Prolog

972 87 427
                                    

Difollow dulu kali ya... Biar sama-sama enak gitu.
Ini cerita pertama aku, dan murni dari imajinasi aku sendiri, kalo ada alur atau apalah yang sama sama cerita lain mohon maaf ya. Tapi bukan berarti aku plagiat ya... Mungkin kebetulan aja.

*
*
*
Mohon bantuannya untuk vote dan comment, supaya aku tambah semangat nulisnya.

*
Semoga kalian suka ya Reader's.

*
*
*

Happy reading!

*
*
*

Seorang gadis yang bersurai hitam panjang,menatap pusara dihadapannya yang bertuliskan nama
Ziandra alexander

"Maafin gue..." ucapnya lirih seraya menyeka Air matanya yang tak henti-hentinya mengalir membasahi pipi chubbynya.

Seseorang yang berada di samping gadis itu menatap gadisnya dengan pandangan kabur karena air mata yang siap turun membasahi pipi, "pulang, yuk!" ajak lelaki itu sembari mengusap surai gadisnya.

Gadis itu memejamkan matanya sejenak, tak habis pikir dengan ucapan lelaki di sampingnya yang mengajak ia pulang dengan keadaan seperti ini. "Bang! Dia wakil lo! Dia sahabat lo! dan dia..." gadis itu menggantungkan kalimatnya, lalu menarik napas dalam-dalam untuk mengisi oksigen pada dadanya yang sesak. "Dia pacar gue, Bang! Dia pergi ninggalin kita semua, dan lo ngajakin gue pulang?!" ia menatap Abangnya tajam.

"Berhenti bersikap seakan-akan cuma lo yang merasa kehilangan! kita semua juga ngerasain apa yang lo rasain!" ucap lelaki itu berusaha untuk tidak meluapkan emosinya.

Gadis itu kembali meneteskan air matanya, menatap nanar pusara di hadapannya, "Tapi Bang... nanti kalo kita pulang, Zian sendirian di sini, nggak ada yang nemenin Zian, Zian pasti ketakutan, Bang..." lirih gadis itu namun masih bisa didengar oleh Abangnya.

Lelaki itu menyadari bahwa adiknya kini benar-benar dalam keadaan titik terlemah. Ia segera menarik adiknya ke dalam dekapannya.

Gadis itu terisak hebat dalam dekapan sang kakak.

"Kenapa Zian tinggalin gue,Bang? gue sayang sama Zi..." Belum sempat menyelesaikan ucapannya, gadis itu tiba-tiba ambruk begitu saja, ia tak sadarkan diri, dan langsung ditahan oleh Abangnya.

Lelaki itu terkejut, ia menepuk-nepuk pipi adiknya dengan raut wajah khawatir,"Za, bangun... RAZA!!!"

*****

Diwaktu bersamaan, suasana di rumah sakit Jakarta tepatnya di ruangan IGD sangat menegangkan sekaligus menakutkan.

Seorang wanita paruh baya kini tengah terbaring lemah di atas brankar dengan berbagai alat medis yang menghiasi tubuhnya, beserta dokter dan suster yang tengah menanganinya.

Sementara di luar ruangan, sudah banyak yang menunggu. Yaitu sang Suami, sang Anak, dan para sahabat sang Anak. Mereka tak henti-hentinya memanjatkan do'a agar wanita paruh baya yang tengah berjuang melawan maut itu semoga berhasil melewati masa kritisnya.

ALZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang