35. Akankah bertahan

73 4 5
                                    

Setelah dua jam perjalanan, akhirnya Alka dan Raza telah sampai di perkarangan rumah Raza. Keduanya pun turun dari motor setelah melepas helm masing-masing.

"Istirahat, entar sore gue ajak lo ketemu Marvel." Ucap Alka membuat Raza bingung.

"Emang bang Lyo di mana?" tanya Raza.

"Cepat masuk!" Alih-alih menjawab, Alka malah memerintahkan Raza untuk segera masuk.

Suasana kali ini benar-benar terasa canggung, mungkin karena masalah yang belum sempat mereka selesaikan. Dan Raza memilih untuk segera masuk ke dalam rumah tanpa berucap terimakasih pada Alka.

Ekor mata Alka terus menatap Raza hingga gadis itu benar-benar masuk dan menutup pintu. Ia menghela napas panjang. Masalah kali ini benar-benar rumit, dan Alka bingung bagaimana cara menyelesaikannya.

*****

Warior baru saja menginjakkan kakinya di markas. Adit mendudukkan bokongnya di sofa ruang tengah, ia tampak memikirkan sesuatu.

"Lo kenapa?" tanya Davit.

"Gue nggak yakin, kalo Raza bisa bales dendam ke Alka," jawab Adit memberi tahu kegelisahannya.

"Kenapa lo nggak yakin gitu?"

"Intinya gue nggak yakin, udah bisa dipastikan kalo Raza akan kebawa perasaan juga, walaupun nggak seratus persen tapi itu pasti!"

Davit menepuk pundak Adit. "Sekarang kita pantau aja dulu, bro!"

Tiba-tiba seorang wanita seumuran Davit datang dengan ice cream vanilla di tangannya.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Davit sinis pada wanita yang kini mengambil posisi duduk di samping Adit.

"Apa sih, sirik aja!" balas wanita itu.

"Pulang sana!" Usir Davit.

"Sewot lo monyet!"

Adit memutar bola matanya malas merasa jengah melihat tom&jerry versi manusia. "Kalian berisik!"

"Ya itu Davitnya lho, bang! Gue baru pulang dari London, bukannya dibaik-baikkin malah diusir!" adunya tak terima dengan perbuatan Davit.

"Lo dibaikkin ngelunjak!" balas Davit tak mau disalahkan.

"Gimana di London?" tanya Adit mengalihkan topik.

"Biasa aja."

"Lo pulang kapan?" tanya Adit.

"Kemarin lusa."

"Put, pulang dari London minimal ganti makanan kek, jangan ice cream mulu!" kritik Davit merasa bosan melihat wanita yang ia panggil Putri itu karena hidup Putri hanyalah ice cream.

"Suka-suka gue lah!"

"Gimana Raza?" tanya Putri, kini ekspresi wajahnya berubah sendu.

Adit menghela napas. "Belum ditemukan, dan Marvel belum juga sadar."

*****

Putri menatap gerbang mewah di hadapannya lalu memencet bel. Tak selang lama gerbang pun terbuka menampilkan pria paruh baya dengan seragam putihnya.

"Hallo, Pak!" sapa Putri.

Satpam itu mengernyitkan keningnya bingung. "Maaf siapa ya?"

Pasalnya saat ini Putri menggunakan masker dan kacamata hitam. Ia pun membuka masker dan kacamatanya. "Masa' lupa?" tanya Putri menatap satpam dengan satu alis terangkat.

Kedua alisnya tertukik, matanya menatap Putri lekat-lekat. Sedetik kemudian satpam itu tersenyum lebar. "Non Putri?!"

Putri mengedipkan satu matanya.

ALZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang