43. Flashback

19 3 7
                                    

Beberapa tahun lalu...

Raza dan Zian sedang tertawa bersama karena menonton film comedy di laptop milik Raza, saat ini mereka sedang berada di balkon kamar Raza, tentu dengan izin kedua orangtuanya.

Notifikasi ponsel Zian berbunyi membuat perhatian keduanya teralihkan.

"Siapa?" tanya Raza penasaran.

Salsa:
Gue bisa lakuin apapun yang gue mau, gue tau lo sekarang lagi ada di balkon sama cewek kesayangan lo itu, kan?

"SMS nggak penting," jawab Zian berbohong, namun Raza tidak curiga sama sekali.

Kedua mata Zian menelisik sesuatu di bawah sana, dan Raza menyadari jika Zian seperti sedang mencari seseorang, "kenapa, Yan?"

Zian tersenyum. "Nggak papa."

Tanpa mereka duga, tiba-tiba sebuah batu datang dari arah bawah, bahkan hampir mengenai kepala Raza. Keduanya sontak menatap lekat ke arah gerbang. Terlihat seseorang bertudung hoodie dan bermasker hitam.

"Woy!" teriak Zian saat orang itu melarikan diri. Ia hendak mengejarnya, namun ditahan oleh Raza. "Kayanya ada Putri."

Raza sempat melihat motor Putri melesat, lebih tepatnya mengejar seorang misterius itu.

Zian pun kembali duduk lalu mengusap surai gadisnya. "Nggak kena, kan?" tanyanya khawatir.

Raza menggeleng dengan senyuman hangat. "I'm okey."

Sementara itu, Putri terus mengejar seseorang yang tertangkap basah olehnya. Ia kira si misterius itu tidak menggunakan kendaraan ternyata dugaannya salah. Si misterius itu menggunakan motor. Kini kecepatan motor Putri sudah di atas rata-rata.

Sampai akhirnya, Putri pun sudah berada di samping motor orang itu. "Berhenti, lo!" teriak Putri.

Merasa tak dihiraukan, Putri pun menendang motor orang itu cukup kencang hingga motor orang itu oleng dan terjatuh menghantam pembatas jalan.

Dengan cepat Putri langsung turun dari motornya lalu mencekal tangan orang itu dan ia putar ke belakang.

"Sakit-sakit..." rintihnya.

Putri membuka masker yang menutupi setengah wajahnya si misterius itu. "Udah gue duga, Salsa."

Salsa menatap sinis Putri. "Dari mana lo tau nama gue?"

Putri terkekeh. "Sekarang lo ikut gue!"

"Lo siapa nyuruh-nyuruh gue?"

"Ribet, lo!" ucap Putri lalu memukul leher Salsa hingga wanita itu kehilangan kesadarannya.

Putri menghubungi seseorang untuk membawakan mobil untuknya. Tubuh Salsa benar-benar berat, ia pun menjatuhkannya di atas aspal.

"Apaan?"

"Bawain gue mobil, gue sharelock."

"Buat apaan?"

"Banyak nanya! Cepetan!"

"Tapi..."

Tut.

Belum sempat Davit melanjutkan kalimatnya, Putri sudah lebih dulu mematikan teleponnya.

*

Kini Salsa sudah berada di dalam sebuah ruangan kecil yang berbau debu dengan keadaan diikat di kursi kayu.

ALZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang