33. Salah paham

76 7 3
                                    

~tak peduli apapun itu, cinta tanpa alasan, itulah definisi cinta yang sesungguhnya~

*

Setelah perbincangan singkatnya dengan Caisar, membuat Alka tidak bisa berhenti untuk terus memikirkannya. Mengapa Raza tidak pernah memberitahunya dari awal bahwa dia adalah sepasang kekasih dengan Zian? Alka tidak boleh langsung menyimpulkan. Raza pasti memiliki alasan tersendiri. Tetapi, satu perkiraan yang membuat Alka tidak tenang, yaitu, apakah Raza berniat untuk balas dendam padanya atas meninggalnya Zian?

"Gue udah jatuh hati sama lo, Za. Jadi gue harap lo tulus sama gue," lirih Alka dengan mata yang terus menatap ponsel milik Raza.

Alka membuka layar ponsel milik Raza. Menghidupkan data selulernya, sedetik kemudian berbagai macam notifikasi masuk. Saat ini yang ingin Alka jelajahi adalah aplikasi berwarna hijau yaitu WhatsApp.

Tiba-tiba senyum Alka terukir kala melihat kontaknya yang disematkan oleh gadis itu. Namun, senyum itu menghilang karena ada nomor tidak dikenal mengirimi Raza pesan.

+6281991++++
Woy!
Lo siapa? Kenapa online? Lo nemu hape gue dimana? Hah?

Seketika Alka menegakkan tubuhnya kala melihat isi chat tersebut. Tanpa pikir panjang, ia langsung menelepon nomor tidak dikenal tersebut.

*****

Raza bingung harus melakukan apa pada ponsel milik Elfan yang berada di genggamannya tersebut. Setelah bergelut dengan pikirannya sendiri, akhirnya ia pun memutuskan untuk menambahkan nomornya di kontak WhatsApp milik Elfan.

Setelah memberi nama pada kontaknya sendiri, dahi Raza berkerut. Seingat Raza ponselnya terjatuh di jembatan saat ia berhadapan dengan preman-preman sialan. Tapi, kenapa tertera bahwa nomor Raza sedang online?

Wah?! Gak bisa dibiarin, nih! Pasti ada yang nemu hp gue.

Segera saja Raza mengirimi chat pada nomornya itu. Waw! Langsung ceklis dua berwarna biru. Merasa kesal karena tak kunjung mendapat balasan, Raza hendak kembali mengirim pesan, namun tiba-tiba nomornya meneleponnya.

Raza langsung mengangkatnya dan menyerangnya. "Woy, jangan lo colong hape gue! Mahal itu! Balikin pokoknya!"

Tak ada sahutan dari sebrang sana. Membuat Raza semakin emosi. "Lo budeg__"

"Raza?"

Suara itu?

"Za, ini lo, 'kan? Gue Alka!"

Suara di sebrang telepon membuat Raza membeku sejenak. Ia tidak tahu harus merespon bagaimana. Haruskah ia senang ataukah sebaliknya?

"Za! Jawab gue!"

"Alka?"

"Iya, Za, ini Alka. Lo di mana, pulang Za, gue kangen sama lo."

"Bohong!"

"Za, maafin gue..."

"Untuk?"

"Karena gue udah marah sama lo dan ngebiarin lo pulang sendiri."

"Udah itu doang?"

ALZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang