27. Kecelakaan

102 21 10
                                    

"Plis angkat, Za!" Pinta Lyo yang tengah menyetir mobil sembari terus-menerus menghubungi nomor Raza. Namun, selalu saja yang menjawab adalah suara perempuan yang menyebalkan yaitu operator.

Lyo memutuskan untuk ke markasnya. Setelah sampai, ia segera memerintahkan anggotanya untuk mencari Raza.

"Adit! Suruh pasukan inti cari Raza!"

Adit -yang kini menjabat sebagai pengganti Zian- mengangguk mematuhi perintah Lyo. "Raza emang ke mana, Vel?" tanya Adit penasaran.

Lyo menggeram. "Pokoknya cari aja!"

"Siap, Bos!" ucap Adit lantang lalu mengajak anggota inti untuk mencari adik dari ketua mereka.

Lyo kembali memijak gas. Entah ke mana tempat yang akan ia tuju, tapi ia harus menelusuri kota Jakarta supaya dapat menemukan adiknya.

Lyo terus mengedarkan pandangannya pada setiap jalan yang ia lewati.

"Maafin, gue, Za..." lirih Lyo sambil terus menatap jalan-jalan dengan teliti.

Ponselnya berdering. Dengan sigapnya Lyo meraih ponselnya, ternyata Milla bukan Raza.

"Iya, Mah..."

"Gimana, Bang? Udah ketemu Razanya?"

"Lyo masih berusaha, Mah."

"Mamah takut Raza kenapa-kenapa..."

"Mah, jangan buat Lyo takut. Lyo akan temuin Raza. Lyo nggak akan pulang sampe Raza ketemu!"

"Mamah cuma bisa berdo'a, semoga Raza baik-baik aja."

"Mamah tidur aja ya, percaya sama Lyo."

"Iya, Nak. Lyo hati-hati ya?"

"Iya, Mah. Good night."

"Good night, sayang."

Usai panggilan terputus, Lyo menghela napas berat. "Gue mohon, Za. Jangan hukum gue kaya gini!"

*****

Alka langsung membaringkan tubuhnya di ranjang. Usai perdebatan tadi Alka memilih untuk pulang ke rumah guna menenangkan emosinya.

Entah mengapa perasaan Alka merasa ada yang mengganjal. Ia selalu memikirkan Raza, ia takut jika sesuatu yang tak diinginkan terjadi pada Raza.

Alka menghidupkan ponselnya lalu mencari nomor Raza. Ia ingin menelepon Raza. Namun, ia ragu.

Mengenyampingkan egonya, Alka pun menelepon Raza. Satu kali, dua kali, tiga kali. Tidak ada jawaban sama sekali. Ponsel Raza aktif, sambungan teleponnya pun berdering. Tapi, mengapa Raza tidak mengangkatnya?

Rasa takut semakin menguasai Alka. Bayangan-bayangan menyeramkan mulai menghantui pikiran Alka. Alka menggelengkan kepalanya kuat. "Nggak! Raza nggak akan kenapa-kenapa! Mungkin dia lagi marah sama gue, makanya dia nggak angkat telepon gue!" ucapnya berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa Raza akan baik-baik saja.

Alka meletakkan ponselnya asal. Lalu memejamkan matanya berusaha untuk tidur dan melupakan masalah yang terjadi malam ini.

Alisnya bertaut, dan matanya kembali terbuka. "Agrh! Kok gue nggak tenang, sih?!" geram Alka merasa frustasi.

"Raza! Lo udah buat gue gila!!!"

*****

Beberapa jam berlalu, kini sudah hampir pukul 03.00 Pagi. Tetapi, Lyo belum juga menemukan keberadaan Raza. Bahkan rasa kantuk sama sekali tak ia rasakan.

Lyo menghentikan mobilnya di tepi jalan. Ia menyandarkan tubuhnya lalu memejamkan matanya. Tak terasa cairan bening menetes membasahi pipi Lyo.

"Za, gue takut! Gue takut nggak bisa ketemu lo lagi! Maafin gue, Za..." ucapnya penuh penyesalan.

Lyo mengusap kasar air mata yang menetes di pipinya. Ia kembali membuka matanya, dan menghirup oksigen. "Gue nggak akan berhenti sebelum Raza ketemu!" ucapnya penuh tekad.

Saat hendak menghidupkan mesin mobil. Ada sesuatu membuat atensi Lyo teralihkan. Lyo menatap kaca spion, matanya menyipit karena silaunya cahaya yang memantul pada kaca spionnya.

Setelahnya ia sadar. Bahwa itu adalah cahaya...

Cepat-cepat Lyo menghidupkan mesin mobilnya lalu menancap gas. Namun, nampaknya itu sia-sia karena mobil truck yang melaju kencang ke arahnya seperti tak terkendali itu sudah mencapainya.

Kecelakaan yang amat hebat. Mobil truck yang dikendalikan oleh supir mengantuk itu melaju sangat cepat, tanpa supir itu sadari, di depannya ada mobil Lyo, bahkan mobil Lyo sudah menepi.

Mobil yang Lyo kendarai terhempas begitu saja. Terpental beberapa meter hingga menimbulkan suara yang amat mengerikan. Bahkan mobil itu berguling-guling layaknya bola yang sedang ditendang.

Tubuh Lyo terasa terhempas sangat jauh hingga ia tidak bisa merasakan lagi berat badannya. Tubuhnya terasa seperti bulu-bulu yang berterbangan. Lalu sebuah cairan mengalir menutupi pandangannya. Kini yang ia rasakan adalah kepala yang berdenyut hebat dan telinga yang berdenging sangat keras hingga menimbulkan sakit di gendang telinganya.

Lyo berusaha mengumpulkan kesadarannya. Tugasnya belum selesai, ia tidak boleh berhenti untuk mencari sangat Adik. Walau pandangannya masih buram, Lyo berusaha keras untuk bangkit. Namun, saat ia ingin bangkit, tiba-tiba ia terjatuh kembali. Ternyata kakinya terjepit. Apalagi dengan posisi mobil yang terbalik seperti ini, membuat Lyo sangat kesulitan.

Lyo masih terus berusaha. Akhirnya ia menyerah, napasnya terengah-engah. Lalu pandangannya semakin buram dan sama sekali tidak dapat melihat. Setelahnya semua terasa gelap. Kedua mata itu tertutup menyisakan air mata yang menetes.

*****

"Abang!" Teriak Raza.

"Alhamdulilah kamu udah sadar," ucap seorang wanita paruh baya yang berada di samping Raza.

Raza sontak terkejut melihat wanita paruh baya itu dan kamar sederhana yang saat ia tempati. Raza mencengkram kepalanya yang masih terasa sangat pusing. Lalu memaksakan dirinya untuk duduk dan dibantu oleh wanita itu.

"Anda siapa?" tanya Raza masih bingung dengan apa yang terjadi.

"Panggil aja buk Indah," jawab wanita paruh baya itu memperkenalkan dirinya.

"Kamu sendiri siapa namanya?" tanya Indah gantian.

"Raza."

Indah hanya manggut-manggut.

Raza mengedarkan pandangannya menatap sekeliling kamar yang terlihat sederhana namun terasa nyaman. Lalu matanya berhenti pada lelaki mungkin seumurannya datang dengan membawa secangkir teh hangat.

"Ini anak Ibu. Namanya Elfan," Indah menerima teh yang di beri oleh anak lelakinya itu sembari memperkenalkannya.

Raza hanya menanggapi dengan senyuman tipis. Lelaki itu pun juga ikut tersenyum membalas Raza.

Indah memberikan teh hangat itu kepada Raza. Raza menerimanya lalu meminumnya secara perlahan, menikmati sensasi hangat yang membelai tenggorokannya.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Indah penasaran.

Raza menatap Indah, alisnya bertaut. "Maksudnya?" Raza balik bertanya.

"Kamu ditemukan sama anak Ibu, di tepi sungai desa ini," jawab Indah menjelaskan apa yang terjadi pada Raza sebelum dibawa ke rumah ini.

Raza terdiam sejenak, nampak sedang mengingat-ingat apa yang telah terjadi padanya.

*****

ALZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang