13. Khawatir

198 75 404
                                    

~dengan lo yang khawatir sama gue, apa belum bisa dibilang suka?~

_RazaVilyanecaCaisar_

Tangan Raza memeluk erat perut Alka. Kejadian beberapa menit lalu yang hampir merenggut kesuciannya terus berputar di benaknya. Tatapannya kosong. Rasa sakit di kepalanya pun sudah hilang.

Begitupun dengan Alka. Rasa sakit pada lengannya yang terkena tusukan pisau Kenzo kini tak ia hiraukan. Sekarang yang terpenting baginya adalah mengantarkan Raza pulang dengan selamat. Ia mengendarai motornya dengan kecepatan rata-rata agar gadis di belakangnya merasa tenang. Apakah ia khawatir kepada gadis di boncengannya itu?

"Al, jangan ke rumah gue!" larang Raza sedikit mengeraskan suaranya supaya dapat didengar oleh Alka.

Alka sedikit mengurangi laju motornya. "Kenapa?"

"Ke rumah sakit aja."

"Lo sakit? apanya yang sakit?!" tanya Alka khawatir.

"Gue nggak papa."

Alka menautkan alisnya. "Terus ngapain ke rumah sakit?"

Terdengar helaan napas panjang Raza. "Tangan lo ketusuk, Al."

"Nanti gue obati di rumah." Ujar Alka.

"Ke rumah sakit, atau turunin gue di sini?" pertanyaan yang bermakna ancaman.

Alka menghela napas pasrah
"Abis dari rumah sakit, gue antar lo pulang."

"Hm." Gumam Raza lalu mengeratkan pelukannya di perut Alka. Untuk saat ini biarkan Raza melupakan dendamnya sejenak. Entahlah, ia merasa nyaman memeluk Alka seperti ini.

Sesampainya di RS. INSAN PERMATA, Raza langsung meminta kepada Dokter untuk mengobati luka tusuk di lengan Alka.

Tak membutuhkan waktu lama, Alka pun keluar dari ruangan Dokter itu dengan lengan yang sudah diperban.

"Udah?" tanya Raza.

Alka mengangguk.

"Yuk pulang!" Ajak Raza.

"Bentar, bayar administrasi dulu." Tahan Alka lalu mengeluarkan dompetnya.

"Udah gue bayar," tukas Raza cepat sebelum Alka benar-benar mengeluarkan dompetnya.

"Berarti gue punya utang sama lo?" tanya Alka memastikan.

Raza mengangguk. "Tapi bayarnya jangan pake duit."

Alis Alka bertaut. "Terus pake apa?"

Raza tersenyum jahil. "Pake cinta, boleh?"

Alka menatap horor gadis di hadapannya. Sepertinya baru beberapa menit yang lalu ia seperti orang depresi, tapi sekarang sudah bisa menggombali Alka seperti ini. Secepat itukah moodnya berubah? Lalu Alka meraup wajah Raza. "Ngimpinya nanti aja kalo lo udah sampe rumah terus tidur."

Raza mencebikkan bibirnya, merasa kesal pada Alka. "Ya udah, ayo pulang. Biar bisa cepet tidur terus mimpi dapatin cintanya Alka."

ALZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang