36. Aneh

66 5 3
                                    

_sahabat itu saling melindungi atau malah saling menyakiti?_

*

Seorang lelaki mengusap pusara milik Zian. Rasa penyesalan sangat menggerogoti hidupnya. Namun, untuk mengakui semuanya ia belum siap.

"Maafin gue, Yan..."

"Gue pengecut. Gue janji akan bongkar semuanya, tapi nggak sekarang, gue belum siap kehilangan mereka."

*****

Raza menatap sendu Zian yang telah tak berdaya di tangan Alka. Di balik semak-semak, ia ingin keluar dari persembunyiannya tetapi sedari awal Zian sudah melarangnya jika tidak ingin hubungannya berakhir.

Zian benar-benar sudah tidak berdaya, untuk membuka mata saja rasanya sangat sulit. Saat ini yang bisa ia lakukan hanyalah pasrah menerima tinju bahkan tendangan dari Alka yang sangat membabi buta. Alka terlihat sangat murka, seakan dirinya haus darah. Matanya yang bak elang benar-benar menyiratkan kebencian dan ingin menghancurkan Zian saat ini juga.

"Ada masalah apa lo sama gue, Hah? Kenapa lo tabrak nyokap gue, anjing?!" murka Alka yang masih terus membabi buta Zian padahal Zian sudah dilumuri dengan cairan berwarna merah.

Pandangan Zian semakin buram, kepalanya berdenyut hebat. Saat ini yang ia khawatirkan adalah Raza. Ia takut kalau Raza sampai keluar dari persembunyiannya.

"Ma-maafin gue, A-al. Gu-gue nggak senga-ja," ucap Zian dengan sisa kekuatannya lalu ia kembali terbatuk, batuk yang mengeluarkan darah begitu banyak.

"Gue pastiin lo mati!" Alka benar-benar sudah tidak bisa mengendalikan emosinya.

Para sahabatnya pun sudah berusaha menarik Alka, namun kekuatan Alka benar-benar tidak bisa dikalahkan. Mereka dibuat kewalahan kecuali Abim, Abim sedang liburan ke Bali bersama keluarganya.

"Al... Maafin gue," ucap Zian lagi dengan tertatih.

Alka menulikan pendengarannya. Ia masih terus menghajar Zian tanpa ampun. Tidak ada kata ampun, Alka hanya ingin menghancurkan Zian saat ini.

"Alka! Sadar, woy!" bentak Zulva yang terpancing emosi karena Alka sangat tak terkendali.

Zulva mencekal lengan Alka, Alen pun ikut serta. Alka berusaha memberontak, namun tenaganya sudah mulai habis. Sementara Bagas dan Ariel sudah membawa mamahnya Alka menuju rumah sakit.

Kesadaran Zian bagaikan di ujung tanduk. Sekujur tubuhnya kini sudah mati rasa. Mungkin memang sampai sini hidup Zian. Kedua mata Zian perlahan tertutup rapat. Semua ini ia lakukan demi gadisnya, karena Zian sangat mencintai Raza.

Alka terbangun dari tidurnya, napasnya memburu, keringat dingin pun mengalir deras dari pelipisnya. Lagi-lagi masalalu kembali menghantui mimpinya.

"Maafin gue..."

*****

Pagi yang cerah menyambut seorang gadis cantik yang baru saja kembali menginjakkan kakinya di lingkungan SMA PERMANA setelah beberapa hari hilang tanpa kabar.

Raza turun dari motor Putri, ia sengaja berangkat lebih awal karena tidak ingin Alka menjemputnya.

Baru saja menginjakkan kakinya di ambang pintu kelas, Meyra memekik terkejut, "RAZAAA!!!" teriaknya lalu memeluk Raza erat.

Dengan senang hati Raza membalas pelukan sahabatnya itu. Sementara Salsa hanya menatap Raza penuh kebencian dari bangkunya.

Erly tersenyum bahagia melihat Raza yang sudah kembali dengan keadaan baik-baik saja. Erly beralih menatap Salsa, alisnya bertaut kala melihat raut wajah Salsa. "Lo kenapa?"

ALZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang