"Alka mana?" tanya Raza dengan napas yang memburu. Ia benar-benar merasa tak mempunyai tenaga sama sekali.
"Za, lo kenapa bisa kaya gini?" tanya Abim yang menghampiri Raza dan membantunya untuk duduk di sofa.
"Alka mana, Bim?" tanya Raza dengan suara lemahnya.
Abim menatap teman-temannya secara bergantian. "Bukannya dia nyamperin lo?" tanya Abim bingung.
Raza menghela napas panjang. "Dia belum balik?" tanya Raza lagi.
Abim menggeleng begitupun dengan yang lain.
Raza menyenderkan tubuhnya pada sofa, lalu memejamkan matanya.
"Za, lo sebenarnya kenapa? Kenapa bisa berdarah-darah gini?" tanya Bagas yang sedari tadi sangat kepo akan kondisi Raza.
Raza kembali membuka matanya dan menegakkan tubuhnya. Ia menatapi botol alcohol di meja hadapannya, tiba-tiba ia meraih botol itu.
"Eh! Lo mau ngapain?" tanya Zulva panik.
"Katanya minum ini bisa bikin pikiran tenang? Gue minta!" ucapnya lalu menenggak alcohol itu karena tutupnya sudah dibuka.
"Za! Ini bukan sembarang minuman! Apalagi lo belum pernah!" cecar Zulva mencegah Raza. Namun, nampaknya sia-sia karena Raza sudah meminumnya beberapa tegukkan.
Raza meletakkan kembali botol alcohol itu di atas meja. Ia terdiam sejenak seakan sedang merasakan cara kerja minuman itu.
Sedetik kemudian, ia menggerang kecil. Raza merasakan seperti ada yang membakar tenggorokannya. Sangat panas. Tangan Raza terangkat untuk mengusap lehernya yang dalamnya terasa panas.
"Tenggorokan gue pa-panas," adu Raza sambil terus memegangi luar tenggorokannya.
Inti Resistance seketika panik melihat Raza yang terlihat sangat kepanasan. "Lo baru pertama kali minum, tapi kenapa langsung setengah botol minumnya?!" Abim merasa frustasi dengan apa yang dilakukan Raza barusan.
Raza mencengkram kepalanya karena tiba-tiba rasa pusing menyerang kepalanya. Pandangannya pun ikut memburam. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memulihkan pandangannya. Tidak sepenuhnya pulih, tapi ia dapat melihat ada seseorang yang baru saja masuk ke dalam markas.
Wanita yang tengah mabuk itu tersenyum lalu berdiri dan melangkah dengan tertatih menghampiri lelaki yang baru saja datang.
"Al, Raza mabuk," ujar Zulva memberi tahu.
Alka yang baru tiba itu terkejut, lalu menatap tajam wanita yang tengah berjalan menghampirinya dengan sempoyongan dan tak lupa senyum di wajahnya yang terdapat aliran darah yang hampir mengering.
Raza semakin dekat lalu memeluk tubuh Alka. Alka merasa emosi karena melihat Raza yang mabuk seperti ini. Dan emosinya semakin bertambah kala melihat darah yang mengalir dari kening dan sudut bibir Raza.
Tiba-tiba kejadian di mana Raza menghianatinya kembali berputar dalam ingatannya. Lalu ia mendorong tubuh Raza yang lunglai hingga tubuh Raza terpental.
"Al! Lo apa-apaan, sih?!" sentak Abim tak terima karena Raza diperlakukan kasar oleh Alka.
"Lo diem!" tegas Alka tak mau dibantah.
"Gue sayang sama lo, Al," ucap Raza di luar kesadarannya karena alcohol sudah mempengaruhi pikiran Raza. Lalu ia terkekeh. "Dan asal lo tau, Lyo itu abang gue, saudara kandung gue. Bukan pacar ataupun calon pacar."
Raza berusaha untuk mengangkat kepalanya menatap Alka. Matanya yang terlihat teler itu menyiratkan ketulusan dari setiap ucapan, "luka-luka ini abang gue yang buat. Sakit, Al. Sakit banget!" tunjuknya lalu menundukkan kepalanya karena tak kuat merasakan kepalanya yang terasa amat pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALZA
Teen Fiction"Nyokap Alka mati gara-gara cowok gue... " "Dan cowok gue mati gara-gara Alka!"