Pagi hari yang cerah sangat mendukung semangat Raza untuk memasuki gerbang sekolah yang sudah terbuka lebar untuk siswa-siswi SMA PERMANA.
Setelah supir pribadi sang Ayah pergi, Raza pun langsung melangkahkan kakinya memasuki lapangan sekolahnya. Jujur, ia tidak suka jika harus diantar-jemput. Raza lebih menyukai berangkat sendiri menggunakan motor kesayangannya. Namun, dilarang oleh orang tuanya karena kondisi Raza yang belum sepenuhnya sehat.
Baru saja hendak menaiki tangga, tiba-tiba lengannya ditarik oleh seseorang. Raza ingin berteriak. Namun, mulutnya dibekap.
"Shuuuttt!!!" perintah orang tersebut dengan jari telunjuk menempel di bibir.
Raza menghela napas lega saat mengetahui siapa yang sudah menariknya. "Kenapa, sih?!" tanya Raza kesal.
Mereka adalah, Zulva, Abim, Ariel, dan Bagas. Alen lebih memilih untuk bermain ponsel di dalam kelas daripada mengikuti ide-ide tidak jelas dari teman-temannya itu. Sedangkan Alka, ia masih belum datang.
"Lo bener suka sama Alka?" tanya Zulva mengawali.
Raza mengangguk dengan raut wajah yang terlihat masih bingung dengan tindakan keempat anggota Resistance.
"Mau cinta lo terbalas?" imbuh Ariel bertanya.
Lagi-lagi Raza mengangguk.
"Gimana kalo kita bantu?" Bagas memberi tawaran pada Raza.
"Bantu?" ulang Raza belum mengerti maksud keempat lelaki itu.
"Jadi gini..." Abim mulai memberi tahu tentang semua rencana yang sudah mereka buat dari sewaktu Alka pergi mencari Raza.
Panjang lebar Abim berbicara tentang rencana yang telah ia buat. Dan Raza pun tersenyum lebar, bertanda bahwa ia menyetujui rencana itu.
"Gimana? Setuju?" tanya Abim meminta persetujuan Raza.
Raza mengangguk mantap dengan senyum yang amat lebar. "SETUJU!"
*****
Alka baru saja memarkirkan motornya. Saat ia hendak turun dari motornya tiba-tiba keempat anggotanya menyerangnya dengan berbagai celotehan yang tidak Alka mengerti.
"Bisa nggak ngomongnya satu-satu?" geram Alka.
"Jadi gini, Al__"
"Tadi, 'kan Raza__"
"Anak buah Scormon's__"
Alka memejamkan matanya guna meredam emosi karena Abim, Ariel, dan Bagas saling berebut untuk berbicara.
"Gue bilang satu-satu!" cecar Alka.
Mereka pun terdiam. Lalu Abim pun membuka suara untuk menjelaskan apa yang terjadi.
"Raza..." Abim sengaja menggantungkan kalimatnya dengan raut wajah yang terlihat ragu.
Alis Alka terangkat satu. "Raza?"
"Raza babak belur," lanjut Abim dengan suara sedikit memelan.
Kedua mata Alka melebar. "Babak belur? Kok bisa? Siapa yang buat Raza babak belur?!"
"Giwi gik ikin siki simi Rizi," Bagas mengejek Alka dengan menirukan ucapan Alka beberapa waktu lalu.
Alka menatap tajam Bagas.
"Sekarang Raza di mana?" tanya Alka terlihat cemas.
"Di UKS," jawab Abim.
Tanpa pikir panjang, Alka segera berlari menuju UKS. Entah mengapa, ia merasa sangat khawatir pada Raza, dan ia akan menghabisi siapapun yang sudah membuat Raza babak belur.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALZA
Ficção Adolescente"Nyokap Alka mati gara-gara cowok gue... " "Dan cowok gue mati gara-gara Alka!"