18. Ikhlas

137 39 43
                                    


~Karena dendam tidak akan menjamin kebahagiaan dalam kehidupan~

_ReyAdiasthaAlkaBastian_

"Agrh, sakit..."

"Tahan sebentar."

"Pelan-pelan, sss... Ah."

"Iya sebentar lagi."

"Aaa... S-sakiiit. Jangan diteken!"

"Tahan dulu, sebentar lagi kelar."

"Cepetan, gak kuat, sa-sakit banget, sss..."

"Ck, bawel!"

"AW! Kan gue udah bilang jangan diteken! Budeg atau congek sih?!" Hardik Raza saat lagi-lagi Alka menekan luka di punggung tangannya.

"Makanya lo jangan bawel!" balas Alka tak kalah garang sembari memasang perban di tangan Raza.

Raza mendengus sebal.

"Selesai, sana balik!" usir Alka setelah usai mengobati luka-luka di tubuh Raza.

Raza menatap Alka tak percaya. Bisa-bisanya lelaki itu menyuruh Raza pergi seenaknya. Padahal kondisi Raza masih seperti ini.

"Gue mau tanya dulu," ujar Raza.

Alka menaikkan satu alisnya bertanda apa?

"Tadi, kenapa lo bisa tiba-tiba muncul nyelamatin gue?" tanya Raza penasaran.

"Emang lo harus tau?" Alka malah balik bertanya membuat Raza lagi-lagi mendengus sebal.

"Gue nggak maksa jawab!"

Alka mengangguk sekali lalu membereskan kotak P3K.

"Ih Alka! Jawab pertanyaan gue!" geram Raza karena Alka malah dengan santaynya berjalan untuk meletakkan kembali kotak P3K di tempatnya semula.

"Lo bilang nggak maksa buat jawab," balas Alka santay. Dan memang begitu adanya.

Raza berdecak. "Terserah lo, lah!"

"Lo mau pulang, apa tidur di rumah gue?" tanya Alka pada Raza yang kini tengah memandangi inci ruangan kamar Alka.

"Boleh?" tanya Raza polos.

Alka mengangguk. "Tapi tidur di ruang tamu."

Raut wajah Raza yang semula girang kini berubah masam, "nggak mau! Maunya tidur sama lo!"

"Terserah sih, kalo besok lo mau nggak bisa jalan," papar Alka enteng lalu bersandar pada dinding dengan bersedekap dada. Dan matanya tak lepas menatap Raza yang duduk di tepi ranjangnya.

Raza bergidik ngeri. Lalu menatap Alka curiga, "lo udah suka, ya, sama gue?"

Seketika tubuh Alka menegang, dan sialnya mengapa tiba-tiba jantungnya berdebar. Ia menggeleng kuat, "nggak usah, GR!"

"Terus tadi lo peluk gue kenapa? Wajahnya khawatir juga," Raza mengungkit kejadian beberapa jam lalu.

"Ya-ya, wajar lah! Namanya juga panik, tadi lo mau ditembak kalo lo lupa," jawab Alka dengan sedikit gugup, dan Raza menyadari itu.

Raza tersenyum jahil, "ya nggak usah gugup juga kali, enjoy aja bro!"

"Apaan, sih? Mending sekarang gue antar pulang," final Alka lalu menarik pergelangan tangan Raza, tidak kasar mungkin karena takut membuat Raza merasakan sakit.

"Orang tua lo kemana? Ini rumah kayaknya sepi banget," tanya Raza saat sedang menuruni anak tangga.

"Bokap belum balik masih lembur, dan nyokap... Udah pulang ke tempat asalnya," jawab Alka sedikit mengecilkan suaranya saat menyebut nama nyokap.

ALZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang