19. Mulai cinta

167 58 90
                                    

_sama halnya seperti planet Pluto, ada namun tak dianggap_

"Thank's, udah tolongin gue," ucap Raza berterima kasih saat telah sampai di depan rumahnya.

Alka hanya membalas dengan gumaman. "Lain kali lebih hati-hati."

Raza tersenyum.

Shit.

Mengapa senyuman Raza seakan menghipnotis dirinya. Alka sejenak terpaku pada senyuman manis itu. Lalu ia mengerjapkan matanya berusaha mengusir perasaan yang terasa aneh di hatinya saat melihat senyum Raza.

"Dih, lucu banget kedip-kedip," ujar Raza merasa gemas pada ekspresi wajah Alka.

Kata lucu yang terucap dari mulut Raza membuat pipi Alka terasa panas. Gue kenapa, sih?!

Sebisa mungkin Alka tetap memasang wajah datar. "Gue pulang."

Raza mengangguk, lalu mengulurkan tangannya di hadapan Alka. Alis Alka bertaut sembari menatap tangan Raza.

Raza berdecak lalu menarik paksa tangan kanan Alka untuk ia cium. Ya, Raza uluk salam, layaknya suami-istri pada umumnya.

Kedua bola mata Alka melebar dengan sempurna. Ia benar-benar terkejut dengan apa yang dilakukan Raza barusan. Namun, anehnya ia tak menolak sedikitpun membiarkan Raza mencium tangannya.

"Hati-hati di jalan ya, calon Suami," ucap Raza dengan suara lembutnya.

Alka bingung harus apa. Ia pun hanya diam dan segera menyalakan motornya lalu pergi meninggalkan Raza.

Raza tertawa, "kenapa dia imut banget?" gemasnya.

Tiba-tiba Raza terdiam. Ia sadar akan sesuatu. Lalu ia menggelengkan kepalanya, "nggak. Nggak mungkin suka sama Alka."

*****

Baru saja memasuki rumah. Raza langsung mendapat serangan dari sang Abang. Lyo memeluknya erat seakan takut Raza pergi.

"Ba-bang, le-lepas, gue nggak bisa na-napas!" cicit Raza yang merasa napasnya tersendat karena pelukan Lyo.

Lyo segera melepaskan pelukannya, lalu menangkup pipi Raza, "mana yang sakit? Mana, bilang sama gue?"

Raza terkekeh, "bang, gue baik-baik aja."

"Sayang..." Milla sang Mama datang dengan mata yang sembab, pasti habis menangis. Caisar pun berada di belakang tubuh Milla.

"Mah," Raza langsung dipeluk oleh sang Mama. Dan Raza membalas pelukan itu.

"Maafin Mamah, nak..." isak Milla.

"Mamah nggk salah, udah ya, Mah, jangan nangis," Raza berusaha menenangkan.

Caisar mengusap surai Raza lembut saat pelukan sang Anak dan sang Istri sudah terlepas, "Maafin Papah, Papah janji akan luangin waktu buat keluarga."

Kedua mata Raza berbinar, "serius, Pah?"

Caisar tersenyum lalu mengangguk, dan merentangkan tangannya. Tanpa ragu, Raza pun langsung menghambur ke dalam pelukan sang Ayah.

"Kenzo bener udah ditangkap polisi?" tanya Caisar memastikan.

"Udah, Pah."

"Ekhm. Berasa jadi obat nyamuk nih, gue!" sindir Lyo karena merasa tak dihiraukan.

Ketiganya tertawa. "Bukan obat nyamuk, Bang," sahut Raza.

"Terus apa?"

"Planet Pluto."

"Lah? Kok bisa?" Lyo tak mengerti.

"Ada, tapi tak dianggap."

*****

"Bang," panggil Raza dengan ragu saat keduanya kini berada di dalam kamar Raza.

Lyo yang tengah menyisir rambut sang Adik hanya bergumam.

"Balas dendam kita masih lanjut?" tanya Raza dengan sangat berhati-hati.

Pergerakan tangan Lyo terhenti kala mendengar pertanyaan Raza, "kenapa? Kejebak sama permainan lo sendiri? Lo suka 'kan sama Alka?" Lyo menyerang Raza dengan pertanyaan.

Raza menggeleng kuat, "ng-nggak gitu, Bang. Maksut gue__"

"Maksut lo, karena lo mau ini semua berhenti dan lo bisa menjalin hubungan dengan orang yang udah ngebunuh pacar lo, iya?" Lyo memotong ucapan Raza dengan suara datar.

"Ck. Bang, bukan gitu. Dengerin gue dulu. Gue kaya ngerasa gagal buat Alka jatuh cinta sama gue, dan gue ngerasa misi balas dendam kita akan gagal kalo Alka susah buat dibaperin," jelas Raza agar tak terjadi kesalah pahaman antara dirinya dan Lyo.

"Tapi, tadi waktu Alka meluk lo, keliatannya dia khawatir banget," ujar Lyo mengingat kejadian tadi.

Raza hanya diam tak tahu ingin berucap apa.

"Waktu yang dikasih Alka ke elo tinggal berapa hari lagi?" tanya Lyo.

"Kalo nggak salah, sepuluh hari lagi."

Lyo mengangguk-anggukkan kepalanya dengan tangan yang berada di dagu seakan tengah berpikir sesuatu.

"Sepuluh hari lagi kalo lo gagal buat Alka jatuh cinta sama lo, berarti lo jadi babunya..." Lyo menggantungkan kalimatnya lalu menjentikkan jarinya, "nah! Kalo emang lo bener-bener jadi babunya Alka, otomatis lo jadi makin sering bareng dia, dan itu harus lo gunain dengan ambil hati dia. Gue jamin dengan lo yang selalu ada buat dia, dia akan jatuh cinta sama lo!"

Selama ini Alka udah baik sama gue, dia selalu tolongin gue. Apa pantas gue bales kebaikannya dengan kejahatan? Batin Raza merasa bimbang.

"Kenapa? Lo bener-bener suka sama Alka?" tanya Lyo karena melihat wajah Raza yang tak berekspresi.

Raza menggeleng kuat, "nggak Bang. Gue setuju sama ide lo. Tapi gue nggak bayangin kalo gue jadi babunya Alka," ucapnya dengan suara melemah.

Lyo terkekeh, "lo pasti bisa!"

Nggak Bang! Gue nggak bisa! Gue rasa, gue udah kejebak sama permainan gue sendiri. Gue jatuh cinta sama Alka.

*****


ALZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang