5. Raza dan Kenzo

211 63 98
                                    

Happy reading🙂📖

"Maafin gue..." lirih seorang laki-laki sembari mengusap pusara di hadapannya yang bertuliskan nama Ziandra alexander.

"Andai dulu gue nggak egois, lo pasti sekarang masih hidup, dan masih jadi sahabat terbaik gue."

"Dan lo tau, sekarang cewek lo, Raza. Pindah ke sekolahan anak Resistance. Gue yakin Raza pindah karena ada maksut tertentu. Gue nggak bisa mastiin, tapi mungkin dia mau balas dendam sama Alka. Padahal gue yang salah..." ucapnya lalu terkekeh.

*****

Berbagai makanan sudah tersajikan di atas meja makan yang cukup besar itu. Dan hanya ada sepasang adik kakak yang menyantap makanan itu, lebih tepatnya hanya yang mereka inginkan, tidak semuanya mereka santap.

"Papah, Mamah udah berangkat kerja?" tanya Raza yang baru saja menyantap nasi goreng masakan mamanya.

Lyo mengangguk. "Tadi gue liat mamah bangun jam empat, pasti masak ini semua."

"Itu emang kewajiban seorang Ibu, 'kan?" tanya Raza.

Lyo menghela napasnya pasrah. Beginilah adik perempuannya yang hanya berbeda satu tahun dengannya itu. Raza memang sangat tidak menyukai jika kedua orang tuanya terlalu sibuk dengan kerjanya, terutama mamanya. Pernah suatu ketika saat kedua orang tuanya berangkat bekerja pagi-pagi sekali tanpa berpamitan pada kedua anaknya, Raza merasa diacuhkan sebagai anak, ia mengurung dirinya di kamar.

---

"Za, buka pintunya!!!" teriak Lyo yang merasa khawatir karena Raza tak kunjung membuka pintunya.

Lyo terus menggedor-gedor pintu kamar Raza sambil terus memanggil-manggil nama Raza. Ia memutuskan untuk mendobrak pintu kamar Raza.

Brak.

Brak.

Masih belum terbuka, punggungnya terasa ngilu karena berbenturan dengan pintu kamar Raza yang begitu kuat. Lyo terdiam sejenak, ia menyadari sesuatu. Lyo bego! Kan ini pintu geser batinnya merutuki kebodohan dirinya sendiri.

Ditengah kebingungannya harus apa, tiba-tiba kedua orang tuanya datang dengan tergopoh-tergopoh karna saking cemasnya akan kabar dari Lyo.

"Pah, Mah, Raza masih nggak mau buka pintu," ucap Lyo.

"Biar papa dobrak," putus Caisar sang papa yang masih lengkap dengan seragam kantornya.

Caisar hendak mengambil ancang-ancang namun langsung ditahan oleh Lyo, "Pah, ngapain sih?! " tanya Lyo.

"Ya mau dobrak pintu, lah!" jawabnya menyamai nada Lyo yang sedikit meninggi.

"Ini pintu geser, Pak Caisar yang terhormat," geram Lyo.

Caisar terdiam. "Papa lupa."

Milla merasa kesal dengan dua laki-laki di hapannya, bisa-bisanya disaat sedang dalam geting begini mereka malah bertengkar. "Pah, ini gimana?!" kesal Milla cemas.

Caisar memanggil nama Raza namun yang dipanggil masih tetap enggan membuka pintunya.

Kini Milla mendekat, "sayang... Buka pintunya, Nak. Kita bicarakan baik-baik 'ya, Nak?" ia berusaha membujuk Raza dengan hati-hati.

"Papah Mamah jahat! Pentingin kerjaan mulu! Gak pernah ada waktu buat Raza, apa jangan-jangan Raza ini anak pungut?!" teriak Raza dari dalam.

"Makanya keluar, ayo dibicarakan baik-baik," balas Milla masih dengan kelembutannya.

ALZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang