23. Bahasa baru

136 43 118
                                    

Raza berjalan menyusuri koridor bersama ketiga temannya yaitu, Meyra, Erly, dan Salsa. Beberapa langkah lagi mereka akan sampai di kelas.

Plak.

Tiba-tiba sebuah tamparan mendarat mulus mengenai pipi Raza membuat ia tertoleh ke samping. Mata Raza terpejam karena merasakan pipinya yang berdenyut. Orang itu adalah Meta.

Plak.

Baru ingin membalas perbuatan Meta. Namun, Erly sudah lebih dulu menampar pipi Meta.

Meyra dan Salsa hanya diam menatap wajah Meta yang memerah karena menahan amarah. Mereka seakan menikmatinya.

Raza tersenyum puas. "Itu baru temen gue yang bales," tukasnya lalu meraih telapak tangan Erly. "Tangan lo nggak kadasan, 'kan, abis nampar pipinya jamet?" tanyanya sok khawatir lalu mengusap-usap telapak tangan Erly. "Masih lembut. Berarti aman."

Raza beralih menatap remeh wanita di hadapannya yang didampingi oleh dua orang temannya. Mungkin lebih cocok disebut dengan anak buah dari pada teman.

"Tangan lo kasar banget, untung pipi gue nggak kenapa-kenapa." ejeknya seraya mengusap-usap pipinya yang masih meninggalkan bekas berwarna merah.

"Nggak usah basa-basi! Putusin Alka sekarang juga!" cecar Meta dengan nada yang tidak bisa santay.

Raza hanya tersenyum kecut. Lalu matanya menangkap sosok Alka yang tengah berdiri di ambang pintu kelasnya.

"Sayang!" teriak Raza pada Alka. Seluruh mata pun langsung tertuju pada Alka.

Alka tersenyum lebar, lalu melangkah mendekati Raza. Raza menyodorkan tangannya di depan Alka. Alka paham, ia pun langsung menggenggam tangan kekasihnya itu dengan lembut.

"Pipi lo kok merah?" tanya Alka menyadari pipi Raza yang berwarna merah.

"Tadi ada nyamuk di pipi gue, terus gue pukul." Jawab Raza berbohong.

"Keras banget mukulnya, sampe merah gitu." Alka mengusap pipi Raza.

Raza mengangguk dengan wajah gemasnya. "Iya, tadi keras banget mukulnya."

"Ya udah yuk, ke kelas!" Ajak Alka.

Raza mengangguk lalu sengaja menyenggol bahu Meta dengan lumayan keras hingga membuat Meta hampir terjatuh. Namun, langsung ditahan oleh kedua temannya.

Meyra dan Salsa tertawa puas. "Emang enak!" ejeknya lalu pergi.

"Cari lawan yang seiras aja!" bisik Erly pada Meta sebelum ikut pergi dengan teman-temannya.

Meta mengepalkan tangannya karena merasa sangat dipermalukan oleh Raza dkk. Ia tidak akan tinggal diam, ia akan membalas semuanya.

*****

Bel istirahat berbunyi nyaring membuat seluruh siswa-siswi SMA PERMANA langsung bersorak gembira. Saat guru sudah menutup pelajaran dan pergi, mereka pun langsung berhamburan untuk pergi ke tempat yang bisa membuat perut mereka kenyang.

"Sal, traktir gue dong," pinta Raza pada Salsa saat mereka baru saja duduk di bangku kantin.

Salsa menatap tak percaya sahabatnya itu. "Rumah lo segede gunung, nggak mungkin lo nggak punya duit!"

"Gue baru inget, duit yang bokap kasih gue taro di meja kamar, terus gue lupa bawa." Jelas Raza.

Salsa memutar bola matanya malas. "Untung ojek lo setiap hari gratis," cibirnya menyindir Raza.

"Itu mah pacar gue!" sambar Raza tak terima.

Mereka tertawa, lalu Meyra beranjak hendak memesan makanan. "Samain aja ya?" tanya Meyra meminta persetujuan.

Ketiganya pun hanya mengangguk.

Sambil menunggu pesanan, Salsa bercerita tentang berbagai hal konyol yang membuat Raza terus tertawa sampai perutnya terasa sakit. Erly sesekali tertawa jika memang benar-benar terdengar lucu, jika tidak, ia hanya terkekeh.

Brak.

"Any*ng!" umpat Salsa terkejut karena Bagas menggebrak mejanya.

"Mulut lo minta diapain?" tanya Erly dengan wajah datarnya.

"Ya maap, Ly. Namanya juga reflek," jawab Salsa.

Bagas malah tertawa setelah membuat Salsa terkejut. Lalu ia hendak duduk. Namun, ia bingung harus duduk di mana, karena bangku meja ini tinggal tersisa dua.

"Masa gue duduk di samping Salsa?" tanya Bagas.

"Et, di kursi satunya lagi, jangan di samping gue!" tolak Salsa keras.

"Emang itu buat siapa?" tanya Bagas penasaran.

"Meyra, lah!"

Mata Bagas membulat. "Meyrot?! Gue duduk di samping jenglot?!"

"Apa jenglot-jenglot?!" tiba-tiba Meyra datang dengan nampan di tangannya yang berisikan empat mangkuk bakso.

"Sadar kalo lo jenglot?" tanya Bagas memulai peperangan antara dirinya dan Meyra.

"Heh! Cepot! Lo__"

"Gelutnya ntar! Gue laper!" sambar Salsa lalu meraih nampan di tangan Meyra.

Meyra mendengus sebal lalu duduk diikuti oleh Bagas. Bagas melirik Meyra dengan tatapan sinis.

"Apa lo lirik-lirik? Nanti tertarik!" ucap Meyra dengan percaya dirinya.

"Idih nadajidis!" sergah Bagas merasa jijik.

Seluruh mata yang menduduki bangku kantin ini menatap Bagas tak mengerti.

"Kenapa pada lihatin gue?" tanya Bagas bingung.

"Tadi lo ngomong apa?" tanya Ariel.

"Nadajidis," jawab Bagas enteng.

"Hah?!" Abim dan Ariel bertanya serempak.

"Najis!" jawab Bagas keras.

"Kok lo malah najis-najisin kita sih?! 'Kan kita cuma tanya!" Ariel nampak tak terima dengan ucapan Bagas.

Bagas menggeram. "Itu bahasa adek gue dari temen-temenya. Setiap kata ditambahin D. Kaya tadi gue ngomong najis jadinya NAdaJIdiS."

Beberapa ada yang mengerti dan beberapa ada yang tidak mengerti.

"Au ah, nggak paham!" ucap Raza lalu kembali melahap baksonya.

Alka yang duduk di hadapan Raza hanya tersenyum melihat kekasihnya yang sangat lahap memakan bakso.

"Pelan-pelan makannya." titah Alka.

"Nggak bisa! Takut lo ambil nanti!" balas Raza serakah.

Alka terkekeh merasa gemas dengan wanita di sebrangnya itu. "Gue udah ambil hati lo, itu udah cukup buat gue."

Pipi Raza bersemu bagaikan menggunakan blush on, akibat gombalan Alka, "gue nggak baper!"

"Pipinya merah gitu?" ejek Alka.

"Namanya juga putri salju!" sergah Raza malu.

Alka hanya tersenyum lalu mengusap surai Raza.

Sialan, dia gak tau apa, dari tadi jantung gue jedag-jedug! Batin Raza merasa tak kuasa dengan perlakuan Alka.

"Nih gue kasih contoh, MEdeYRAda JEdeLEdeK KAdaYAda MOdoNYEdeT," Bagas memberi contoh.

"Anjir! Gue paham!" sambar Abim lalu tertawa.

Meyra menatap Bagas nyalang. Dikiranya ia tidak paham apa! "BAdaGAdaS MIdiRIdiP CEdePOdoT!" balas Meyra tak ingin kalah.

"Mampus! Dia paham!" ejek Abim tertawa lagi.

Bagas hanya menghela napas kasar lalu beranjak ingin memesan makanan.

"Gas, samain semuanya ya!!!" teriak Ariel lalu tertawa dengan yang lain.

*****

ALZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang