4. Siapa Raza?

241 80 172
                                    

"Lo beneran nggak mau gue antar?"

Raza tersenyum seraya menggelengkan kapalanya. Malam ini ia tengah mengunjungi markas Warior yang masih belum diketahui jika mereka sudah kembali. Kedatangannya disambut sangat baik oleh para anggotanya. Karena mereka sudah mengganggap Raza layaknya adik mereka, seperti Lyo dan Raza.
"Gue bisa sendiri, Bang," tolaknya halus.

Lyo menghela napas panjang, "Tapi Za, ini udah malam," bujuknya khawatir.

"Bang Lyo... Gue beneran nggak papa, suwer!" ucapnya meyakinkan sembari menunjukan dua jarinya.

Lyo mengusap surai Raza, "Hati-hati, kalo ada apa-apa telpon gue." perintahnya yang dibalas anggukkan oleh Raza.

Beralih menatap anggota Warior yang lain, "Gue balik dulu guys..." pamitnya sedikit berteriak agar semuanya dapat mendengar suaranya.

"Oke. Baek-baek lo, Za."

*****

Raza memasukkan kedua tangannya di saku hoodie yang ia kenakan. Angin malam ini mampu menembus tebalnya kain hoodie milik Raza hingga menyentuh pori-pori kulit Raza.

Gadis cantik dengan surai yang sengaja digerai itu celingukkan, mencari taxi namun tak kunjung datang. Sudah hampir setengah jam ia berdiri di trotoar, ia merasa kakinya sudah pegal, ingin cepat-cepat kembali ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya di kasur kesayangannya.

Raza menyipitkan matanya kala sebuah cahaya mendekat membuat matanya silau.

Ternyata pengendara motor. Alisnya bertaut kala motor itu berhenti tepat di hadapannya. Siapa nih? Begal kali ya?

"Udah malam, lo ngapain disini?" tanyanya setelah melepas helm full facenya.

Setelah mengetahui siapa pengendara motor itu, Raza memutar bola matanya malas, "lah lo sendiri ngapain disini?"

Lelaki yang biasa dipanggil Alka itu memilih turun dari motor dan berhadapan dengan Raza, "malah tanya balik, lo ngapain disini?"

"Nunggu taxi," jawab Raza cuek.

Alka terkekeh, "mana ada taxi jam segini."

Raza menautkan alisnya, "emang gak ada ya?" tanyanya polos.

Sepolos inikah gadis divhadapannya? Alka menjitak kening Raza, membuat gadis itu meringis, "ih! Sakit bodoh!" makinya sembari mengusap-usap keningnya.

"Lo abis dari mana?" tanya Alka.

"Dari markas," jawabnya lalu menipiskan bibirnya keceplosan njir!

Alis Alka bertaut, "markas?"

Raza bingung. Alasan apa yang harus ia ucapkan agar Alka percaya dan tidak curiga, "Itu... Markas__"

"Markas?" ulang Alka.

Raza menjentikkan jarinya, "markas, martabak kasur! Nah, iya martabak kasur. Gue lagi cari martabak kasur langganan gue, tapi nggak ada, kayanya Abangnya lagi libur."

Alka menatap intens Raza. Mencari apakah gadis ini berbohong atau tidak. Ah! Tidak penting.

"Gue antar pulang," putus Alka

Raza memundurkan kakinya selangkah, ia memicingkan matanya menatap Alka curiga, "lo mau macem-macem ya?"

Merasa dicurigai seperti itu, Alka pun memutuskan untuk kembali menaiki motornya. Ini pertama kalinya seorang Alka mau mengantarkan seorang wanita yang bahkan belum ia kenal sama sekali seluk beluknya. Padahal di luaran sana banyak sekali siswi-siswi SMA PERMANA yang mengemis untuk minta diantar pulang oleh Alka. Namun gadis yang bernama Raza ini menolaknya? Bahkan mencurigainya!

"Kalo nggak mau ya udah! Gue nggak yakin abis ini lo masih idup," ucap Alka menakut-nakuti Raza.

Raza terdiam tampak sedang menimang-nimang ucapan Alka.

Senyuman kecil muncul diwajah Alka melihat Raza yang diam seperti patung, "takut kan lo?"

Raza menatap Alka ragu, lalu perlahan melangkah mendekati motor besar Alka, "tapi lo jangan macem-macem!" peringatnya.

"Gak nafsu," kata Alka malas.

"Dih, belum tau aja lo," cibir Raza tak terima akan ucapan Alka.

"Lo mancing gue?" suaranya rendah, membuat Raza memilih untuk menutup mulutnya.

Dengan gerakan yang canggung, Raza menaiki motor Alka, sedikit kesusahan. Tangannya terangkat ragu menyentuh pundak Alka, mencengkramnya pelan, agar ia tak terjatuh, dan kini ia sudah berada di jok belakang motor Alka.

Alka kembali memakai helmnya dan menghidupkan mesin motornya. Lalu perlahan ia mulai menancapkan gas. Dan Raza berpegangan pada kedua pundak Alka.

Sepanjang perjalanan keduanya hanya terdiam tanpa ada yang membuka mulut. Raza yang terdiam sambil menatap jalanan yang terus terlewati malah membuat rasa kantuk menyerang matanya.

"Rumah lo di mana?" tanya Alka membuat mata Raza yang hampir tertutup, terbuka kembali.

"Di jalan Anggrek, no 5B," jawab Raza.

Alka menarik rem mendadak, membuat Raza menubruk punggung Alka, "Wah... Lo sengaja ya?"

"Lo bego apa gimana, sih?" tanya Alka dengan nada kesal.

"Hah?" Raza tak mengerti.

"Jalan Anggrek udah kelewat, kenapa diem aja?" geram Alka.

Raza mengedarkan pandangannya, ternyata benar jalan ini sudah melewati rumahnya, dan hampir terlampau jauh. Ia menggaruk pipinya yang tak gatal, "so-sorry Al, gue tadi ngantuk."

Alka menghela napas, mengalah. Merasa malam sudah semakin larut, lebih baik ia cepat mengantarkan pulang gadis di belakangnya. Lalu ia kembali menghidupkan motornya dan memutar balik arah.

Lagi-lagi angin malam membuat Raza mengantuk. Sekarang ia harus apa? Apakah ia harus memindahkan tangannya ke perut Alka dan bersandar pada punggung Alka.

Alka menyempatkan diri untuk melirik Raza melalui kaca spion. Gadis itu tampak merem melek untuk menahan kantuk. Ia pun menurunkan tangan Raza yang menyekal pundaknya ke perutnya.

Hal itu membuat Raza terkejut. Tapi ini kesempatan untuk Raza, ia pun langsung mengeratkan pelukannya pada perut Alka dan menyandarkan kepalanya pada punggung Alka. Sedetik kemudian kedua mata indah itu tertutup.

Alka mengurangi kecepatan laju motornya, ia mengetahui Raza sudah memejamkan matanya. Lebih baik ia mengendarai motornya dengan pelan- pelan, supaya gadis di belakangnya tidak terjatuh.

*****

Sesampainya di depan gerbang besar yang bertuliskan no 5B, Alka menyenggol-nyenggol Raza yang tampak tenang bersandar di punggungnya dengan mata terpejam.

"Heh, bangun lo."

Raza membuka matanya merasa terganggu, "brisik lo!" balasnya masih memeluk Alka.

"Turun! Udah di depan rumah lo!"

Sontak Raza melepas pelukannya, Lalu turun dari motor, "thanks," ucapnya lalu membuka gerbang yang belum digembok karena ia sempat berpesan pada satpamnya sebelum ia pergi ke markas tadi untuk jangan mengunci gerbang.

Hanya itu yang diucapkan Raza, membuat Alka sedikit menyesal telah mengantar gadis itu pulang.

Alka mendengus sebal, lalu kembali menaiki motornya dan meninggalkan perkarangan rumah Raza.

*****

ALZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang