~setidaknya kembalilah sebentar untuk berpamitan~
*
"Bangun, Nak, sudah adzan subuh." Seseorang mengguncang pelan bahu Raza membuat Raza membuka matanya karena merasa terganggu.
Hal pertama saat ia membuka mata adalah wanita paruh baya yang sudah siap dengan mukenahnya dan tak lupa senyum hangat yang merekah. Senyuman itu membuat Raza merindukan sosok Ibunya.
"Ayo, kita sholat subuh di mushola!" Ajak Indah pada Raza yang baru saja membuka mata.
Raza mengangguk lemas lalu dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, ia berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Setelah perginya Raza, Indah meletakkan mukenah untuk Raza di atas ranjang. Lalu ia memutuskan untuk menunggu Raza di teras rumah bersama Elfan.
"Mana, Buk, Raza?" tanya Elfan.
"Masih ambil air wudhu, kita tunggu, ya?" jawab Indah yang dibalas anggukkan oleh Elfan.
Setelah beberapa menit kemudian, Raza pun keluar dengan mukenah berwarna putih yang membuat aura wajahnya terlihat tampak lebih cerah. Tanpa di duga, itu membuat Elfan terpaku pada Raza.
Indah menyenggol lengan Elfan karena menyadari keterpakuan anaknya pada gadis di hadapannya ini.
Elfan pun mengerjapkan matanya. "A-ayo, Buk." Ajaknya dengan gelagapan membuat Indah terkekeh ringan.
Setelah sampai di mushola yang jaraknya tidak jauh dari rumah Indah, iqomah pun telah di lantunkan bertanda sholat akan segera dimulai.
*****
Raza menguap lebar saat kakinya baru saja memasuki rumah Indah.
"Jangan bilang kamu mau tidur lagi?" tebak Elfan melihat mata Raza yang sayu.
Raza mengangguk. "Ngantuk banget! Ini pertama kali gue sholat subuh tepat waktu."
Elfan sedikit terkejut. "Terus kamu nggak pernah sholat subuh?"
"Sholat lah! Tapi... Jam setengah tujuh," jawab Raza dengan sedikit malu.
Elfan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Itu mah sholat dhuha!"
Raza menyengir kuda dengan pipi bersemu karena merasa malu pada Elfan. "Ya udah lah! Gue mau tidur!"
"Heee! Nggak boleh! Mending kamu ngaji sama aku!" cegah Elfan sebelum Raza masuk ke dalam kamar.
"Iya Raza, mending sekarang kamu ngaji sama Elfan. Katanya mau pulang? Kalo kamu tidur lagi entar kamu telat loh pulangnya," imbuh Indah menasihati.
Raza terdiam sejenak. "Buk... Boleh nggak, kalo saya di sini dulu beberapa hari?" ujar Raza meminta izin.
Indah dan Elfan terkejut, tapi bukan berarti tidak mengizinkan Raza untuk tinggal lebih lama di sini. Tetapi, ia bingung apa yang membuat Raza menunda waktu untuk pulang ke rumahnya.
Indah tersenyum. "Boleh banget, Nak. Tapi, di rumah ibu seadanya, nggak kaya di kota-kota."
Raza membalasnya dengan senyuman hangat. "Nggak papa, Buk. Raza suka, kok, di sini."
"Ya udah sekarang ngaji!" tiba-tiba Elfan menyela adegan yang sedang hangat-hangatnya itu.
"Kalo gitu Ibu mau masak dulu." pamit Indah lalu pergi menuju dapur.
"Tapi, gue nggak terlalu lancar ngajinya," ucap Raza dengan ragu.
"Nggak papa, aku ajarin!"
*****
Pagi yang cerah. Namun, tidak untuk Alka yang kini tengah berlari menuju gerbang sekolah.
"Pak, bukain!" pinta Alka pada satpam penjaga sekolah ini.
"Ini teh masih jam sekolah, kamu mau ke mana?" tanya satpam itu curiga.
Alka berdecak malas untuk berbasa-basi dengan satpam tua itu. Tak ada jalan lain, ia pun langsung memanjat gerbang sekolah tanpa merasa kesulitan sedikitpun.
Satpam yang melihat aksi Alka pun terkejut. "Heh! Anak ganteng! Aduh jangan bolos! Nanti saya yang dipotong gajinya!!!" cegah satpam namun tidak berhasil saat ingin menggapai kaki Alka.
"Kalo di potong gaji bilang ke saya, nanti saya ganti!" balas Alka mantap lalu berlari meninggalkan satpam yang sedang berteriak terimakasih pada Alka.
Alka terus berlari tanpa tahu arah. Sekarang yang ada di pikirannya hanyalah Raza. Hatinya terus memohon agar Raza baik-baik saja dan secepatnya ditemukan.
Setelah merasa lelah berlari, Alka memutuskan untuk berhenti di warung untuk membeli sebotol air mineral. Ia menenggaknya hingga setengah botol karena saking hausnya.
Ponselnya bergetar, Alka pun langsung mengangkatnya karena panggilan itu dari Zulva.
"Al, lo nggak bawa motor?"
"Nggak."
"Gila lo! Lo jalan kaki? Emang lo mau cari Raza di mana, apalagi lo nggak bawa motor?!"
"Naik motor lebih susah buat nemuin Raza."
"Ya nggak gitu juga, Al."
"Lo nelpon gue cuma buat nanyain itu doang?"
"Et! Ntar dulu, jangan dimatiin. Sekarang lo di mana? Biar gue jemput."
"Nggak usah! Gue mau cari Raza!"
"Iya gue tau! Sekarang kumpul markas dulu. Abis itu kita cari sama-sama. Heran gue sama lo! Kenapa jadi makin goblok sih gara-gara cinta?"
"Mau bantu gue atau menghina?"
"Iya-iya maap! Sekarang lo share lock."
"Hm."
Tanpa menunggu waktu lama, Zulva pun datang untuk menjemput Alka.
"Lama lo!" maki Alka.
"Matamu lama! Gue udah ngebut!" balas Zulva tak terima.
Alka tak menggubris ucapan Zulva lalu langsung menaiki jok belakang motor Zulva.
"Peluk gue, Al! Biar nggak jatoh, soalnya gue mau ngebut." ujar Zulva dengan nada menggoda.
Sontak Alka memukul kepala Zulva. Tidak keras tapi membuat Zulva meringis. "Najis!" hardik Alka membuat Zulva tertawa.
*****
![](https://img.wattpad.com/cover/345922819-288-k703388.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALZA
Teen Fiction"Nyokap Alka mati gara-gara cowok gue... " "Dan cowok gue mati gara-gara Alka!"