45. strategi perang

4 0 0
                                    

"Jadi, lo yang selama ini naburin bunga sebelum gue?"

Lelaki itu terkesiap karena keberadaan Raza yang kini sudah berada di belakangnya.

"Sejak kapan, lo, di sini?" tanya lelaki itu.

Raza melangkah mendekat. Ia mengusap batu nisan milik Zian, lalu menaburkan bunga di atas gundukkan tanah itu.

"Lo kenal gue, kan?" tanya lelaki itu penasaran.

Raza mengangguk. "Gue nggak lupa, Zian yang ngenalin."

"Tapi, kenapa__"

"Kenapa seolah-olah gue nggak kenal, lo?" Raza melanjutkan apa yang akan lelaki itu ucapkan. "Gue benci kalian semua! Itu salah satu alasan kenapa gue seolah-olah nggak kenal, lo."

"Jadi, lo pindah sekolah, cuma untuk balas dendam?" tanya lelaki itu.

Raza terkekeh. "Nggak mungkin, lo, nggak tau jawabannya."

"Za__"

"Lo tau, Alka yang bunuh, Zian?" tanya Raza memotong ucapan lelaki di hadapannya.

Lelaki itu mengernyit. "Buktinya?" bukannya menjawab, ia malah balik bertanya.

"Masih butuh bukti? Gue liat pake mata kepala gue sendiri!" jawab Raza mulai emosi.

"Bukan Alka yang bunuh, Zian, Za." setelah mengucapkan itu, lelaki itu beranjak dan pergi meninggalkan Raza yang menatap pusara milik Zian dengan tatapan kosong.

Raza mengepalkan tangannya di atas gundukkan tanah itu. Emosinya memuncak mendengar penuturan lelaki yang baru saja pergi meninggalkannya.

"Kalo bukan, Alka, berarti Elo!" lirih Raza penuh dengan penekanan.

*****

"Bukannya mereka udah putus?" tanya salah satu siswi kepada temannya kala melihat Alka dan Raza datang bersama.

"Balikan, mungkin," jawab temannya.

Sementara itu, Raza sedikit risih dengan berbagai tatapan para penghuni sekolah ini. Secepat itukah berita putusnya dengan Alka tersebar luas?

"Gue bantu." Ucap Alka seraya merangkul pundak Raza karena Raza yang bertatih-tatih saat melangkah.

Raza hendak menolak, namun Alka lebih dulu membuatnya terdiam. "Gue cuma bantu, nggak usah mikirin soal status," cetus Alka.

"Yakin, bisa naik tangga?" tanya Alka ragu saat keduanya hendak manaiki anak tangga.

Raza mengangguk ragu. Namun, tiba-tiba Alka jongkok di depannya membuat Raza terkejut.

"Naik!

"Gue bisa!" tegas Raza menolak Alka.

Alka berdiri, lalu menjulurkan tangannya mempersilahkan Raza menaniki anak tangga lebih dulu. "Silahkan!"

Raza merasa kesulitan mengangkat kakinya yang masih diperban untuk menaiki anak tangga. Namun, ia harus tetap terlihat kuat di hadapan Alka.

"Lo duluan!" perintah Raza karena merasa risih jika diperhatikan oleh Alka.

Alka mengerti, Raza pasti kesulitan dan tidak ingin Alka melihatnya. Alka berdecak lalu menggendong tubuh Raza ala brydal style.

Jelas Raza terkejut dan spontan mengalungkan tangannya di leher Alka. "Al! Turunin, gue!" pinta Raza sedikit berteriak.

Alka menghiraukan Raza. Ia terus berjalan menaiki anak tangga. Hingga sampai di lantai atas, Alka segera menurunkan Raza dari gendongannya secara perlahan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang