Tepat pukul tujuh malam, Raza sudah siap dengan celana dan hoodie berwarna senada. Rambutnya ia biarkan tergerai.
Tak selang lama kemudian, Alka datang memasuki perkarangan rumahnya menggunakan motor sport nya. Alka menghampiri Raza yang tengah duduk menunggunya di sofa teras. "Mana bonyok lo?"
Raza mengerjap, ia sedikit khilaf akan penampilan Alka yang terlihat sangat cool, "mau ngapain?"
"Mau minta izin bawa lo, lah!" jawabnya sedikit ngegas.
Wah, kalo dia ketemu papah, dia bisa tau dong kalo gue Adiknya Bang Lyo. Batin Raza panik, "papah gue belum pulang."
"Nyokap?"
"Belum pulang juga, mereka satu kantor," jawab Raza sedikit gugup.
Alka mengangguk paham. "Ya udah ayo," ajaknya.
"Kemana?" tanya Raza.
Alka berdecak, "ck! Banyak nanyak, udah ayo..."
Raza beranjak, "iya-iya."
Raza mengurungkan langkahnya, "bentar-bentar."
Alka pun ikut berhenti, "apa lagi?"
"Lo tau rumahnya Lyo eh Marvelyo gak?" tanya Raza hampir keceplosan, memang sudah keceplosan bukan?
Pertanyaan itu membuat Alka mengerutkan keningnya, "lo kenal dia?"
Raza menggeleng kuat, "gue cuma tau dia ketua Warior."
"Gak. Gue gk tau."
Lah, berarti selama Warior masih berteman sama Resistance, Abang gak pernah ajak main ke rumah gue? Pantesan Alka gak curiga dateng ke rumah gue.
*****
"Lo cewek bukan si?" satu pertanyaan yang sangat tidak masuk akal keluar dari mulut Alka.
Raza memutar bola matanya malas. Ia saat ini benar-benar kesal lantaran Alka membawanya ketempat tongkrongan pinggir jalan yang hanya beralaskan tikar yang Alka sewa dari pedagang kopi keliling di depan mereka, ditambah lagi pertanyaan Alka yang sangat menjengkelkan.
"Mau liat?" tanya Raza.
Sontak Alka melebarkan matanya, "boleh dong," jawabnya berbinar.
Raza mencubit lengan Alka kecil tapi kencang, membuat Alka merintih kesakitan, "sakit, Za... "
"Makanya jangan mesum."
"Lo yang nawarin, 'kan?"
"Lo__" ucapan Raza terhenti kala pedagang kopi keliling datang membawakan dua kopi yang Alka pesan tadi.
"Silahken diminum kopinya, atuh... " ucap sipedagang ramah.
Raza mengangguk sambil tersenyum, "makasih ya pak."
Pedagang itu mengangguk lalu kembali ke dagangannya.
"Lo ngapain bawa gue kesini?" tanya Raza penasaran.
"Berharap gue bawa ke mana emang?" Alka balik bertanya dengan nada yang amat menyebalkan di telinga Raza.
"Gue tanya dijawab!" ketus Raza.
Alka menyeruput kopi yang berwadahkan cup bening. Lalu menatap Raza, "penampilan lo."
Penampilan gue kenapa emangnya? Batin Raza bingung, ia pun menatap bingung Alka, "penampilan gue?" beonya.
Alka mengangguk, "makanya gue tanya lo cewek bukan?"
"Ish! Jawab yang bener ngapa sih!" Raza mulai terpancing emosi.
Alka tertawa kecil, "setahu gue kalo cewek diajak jalan sama cowok, penampilannya itu feminim, anggun, cantik. Tapi lo? Gue gak nyangka sama pemikiran lo," ejek Alka.
Raza menamati hoodie dan celananya yang ia pakai, Raza bukan cewek feminim seperti cewek-cewek di luar sana yang sangat akrab dengan dunia make up. Ia hanya menggunakan bedak bayi itu pun kalau ingat dan sempat.
"Terus hubungannya lo bawa gue ke sini apa?" tanya Raza jengah.
"Gue sih liat dari penampilan lo aja ya, gue kira lo bakalan pake outfit ala-ala model, eh ternyata lo pake outfit kek gini. Ya udah lah gue bawa kesini. Tapi kalo tadi lo pake outfit yang feminin, bakal gue bawa ketempat mehong," jelas Alka panjang lebar.
"Lo kebanyakan ngomong tau gak?!" bentak Raza, "terserah gue lah! Mau pake outfit apa, mau telanjang sekalipun!"
"Iya terserah lo."
"Lo ajak gue jalan karena lo suka sama gue kan?" tuduh Raza tiba-tiba.
Alka tertawa mendengar tuduhan itu, "gue? Suka sama lo?"
Raza mengangguk antusias, "ngaku lo!"
Alka menoyor kepala Raza pelan, "gak akan!"
Bibir Raza mengerucut sebal karna Alka menoyor kepalanya serta jawaban Alka. Lalu setelahnya senyuman miring terukir diwajahnya.
Alka menatap ngeri gadis di sampingnya yang tersenyum seperti itu, "ngapa lo senyum begitu?"
Raza mendekatkan wajahnya pada wajah Alka, lalu membisikkan sesuatu di telinga Alka membuat bulu kuduk Alka meremang.
"Kalo gue suka sama lo, gimana?"
Detik itu juga, Alka merasa jantungnya berhenti berdetak karena bisikkan Raza yang tak terduga.
Melihat Alka yang tampak tegang, membuat Raza tersenyum smirk.
Ini masih langkah awal, Al.
*****
Kalo gue suka sama lo, gimana?
Kalo gue suka sama lo, gimana?
Kalo gue suka sama lo, gimana?
Kalo gue suka___ "aghr!! Raza kampret!" makinya setelah mengucapkan ucapan Raza tadi berkali-kali.
"Gak! Gue gak boleh baper!" Alka meyakinkan dirinya sendiri.
Alka mengangguk mantap, "iya! Gue gak baper!"
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
ALZA
Teen Fiction"Nyokap Alka mati gara-gara cowok gue... " "Dan cowok gue mati gara-gara Alka!"