15. Membutuhkan Alka

135 44 42
                                    

"Loh, Pak! Kenapa saya dibawa ke sini?" tanya Raza merasa aneh karena polisi yang menangkapnya membawanya ke tempat seperti gudang lama.


Polisi itu tak memperdulikan pertanyaan Raza. Mereka malah mendorong tubuh Rasa ke lantai yang penuh debu seakan tak pernah dibersihkan selama bertahun-tahun itu.

Raza meringis kala merasakan kulitnya bergesekan dengan lantai yang kotor, ia berusaha untuk bangkit , namun tidak bisa karena polisi itu sempat mengikat kedua tangan Raza saat mereka masih di mobil. Ini benar-benar aneh, dan Raza yakin mereka bukanlah polisi.

"Lo berdua siapa, hah?!" tanya Raza lantang berusaha untuk tetap terlihat berani.

Yang ditanya malah tertawa, "yah... Kita ketauan, bro!" ucapnya pada temannya. Lalu keduanya tertawa keras.

"Lepasin gue!" teriak Raza emosi.

"Halah, diem aja deh lo!" sentak polisi gadungan itu lalu menarik Raza untuk berdiri dan ia dudukkan di kursi kayu yang juga penuh dengan debu.

Setelah berhasil membuat Raza duduk, polisi itu langsung mengikat tubuh Raza sekencang-kencangnya di kursi kayu itu.

Tubuh Raza terus menggeliat guna menolak semua itu. Namun ia kalah, tapi itu sudah lebih dulu menjerat tubuhnya. Raza merasa ikatannya begitu kencang hingga ia merasakan sakit.

"Bos! Kelar nih tugas kita!" setelah mengikat tubuh Raza, lelaki itu memanggil seseorang dengan sedikit berteriak.

Langsung saja, orang yang dipanggil muncul dari arah belakang tubuh Raza. Suara tawa menggema, membuat bulu kuduk Raza seketika meremang. Raza mengenali suara tawa itu, "Kenzo?" lirihnya.

Derap langkah kian mendekat menuju Raza. Dan kini sudah tepat berada di hadapan Raza.

Raza menatap lelaki di hadapannya dengan tatapan nyalang. Benar bukan, ini semua ulah Kenzo.

Tiba-tiba tangan Kenzo terangkat, lalu mengusap rambut Raza. Tentu Raza menolak dengan menggelengkan kepalanya, karena ia merasa jijik dengan lelaki yang notabene mantan kekasihnya itu.

Bukannya tersinggung, justru Kenzo malah tersenyum lebar. Lalu ia beralih menatap kedua anak buahnya yang masih memakai seragam polisi.

"Buat lo berdua, abis ini ganti baju kalian!" Kenzo melempar sebuah amplop coklat yang lumayan tebal kepada anak buahnya, dan ditangkap dengan sempurnanya.

"Mantap Bos! Besok-besok kalo ada tugas lagi, langsung calling kita aja."

"Iya udah sana pergi! Gue mau seneng-seneng dulu!" Kenzo mengusir anak buahnya untuk segera pergi.

Mereka pun menuruti perintah Kenzo. Pergi dari sana dengan senyum yang terus tergambar jelas di wajah keduanya.

"Bos!"

Kenzo menggeram tertahan, menatap tajam anak buahnya yang tiba-tiba kembali, "apa lagi!!!"

"Itu mobil polisinya gimana?" tanya anak buahnya setelah menyengir kuda.

"Gampang, ntar gue yang urus."

"Cakep bener, dah, Bos!" puji anak buah itu.

Kenzo berdecak, "ya udah sana pergi!"

"Iya-iya Bos. Santai kali."

Ya allah... Iya deh Raza minta maaf karena Raza ingkar janji, tadi sholat subuhnya kesiangan. Tapi gak sengaja, Ya allah! Jadi tolonglah hamba-Mu ini!!! Raza takut diperkaos Ya allah! Masa iya Engkau tega melihat ciptaan-Mu yang cantik ini diperkaos? Begitulah batin Raza sedang berdo'a.

"Kenapa?" tanya Kenzo karena Raza menatapnya tajam.

"Pakek nanya lo, anj*ng!" ketua Raza diakhir umpatan.

"Shut! Cewek cantik masa ngomongnya kasar," Kenzo meletakkan jari telunjuknya di bibir Raza.

Raza menolehkan sedikit kepalanya untuk menghindari jari telunjuk Kenzo, "bukannya lo koma?"

Kenzo terkekeh, "iya, berkat lo! Dan sekarang gue udah sehat, kok!"

"Kenapa nggak mati sekalian?" tanya Raza sinis.

"Kalo gue mati, berarti gue nyusul Zian, dong?" nada Kenzo nampak meremehkan Raza.

"Nggak usah bawa-bawa Zian!" bentak Raza emosi. Ia merasa tak terima jika nama kekasihnya yang sudah tiada diungkit apalagi Kenzo yang mengungkitnya dengan nada remeh.

Kenzo merubah raut wajahnya menjadi sedih, "oh gue tau! Harusnya 'kan Alka yang nyusul Zian, ya?"

"Stop sebut nama Zian! Mulut kotor lo nggak pantas buat sebut namanya!"

Kenzo terkekeh, "kalo mulut gue kotor, lo juga harus kotor. Tenang aja, setelah ini kita akan bahagia, Za. Cuma ada kita berdua!"

"Najis!" bentak Raza keras, padahal hatinya sudah merasakan takut yang amat hebat.

Dibentak seperti itu malah membuat Kenzo tertawa, "Raza-Raza, harusnya lo itu berterimakasih sama gue karena gue nggak ikut campur antara gengnya Abang lo dan Resistance."

"Cih! Ogah banget berterimakasih sama hewan!" ejek Raza.

"Udah lah! Gak penting!" ujar Kenzo lalu merogoh saku celananya.

"Lo tau ini?" tanya Kenzo setelah meraih sesuatu dari dalam sakunya dan ia tunjukkan pada Raza.

Kening Raza mengernyit.

"Ini tiket pesawat, sayang. Besok kita akan menempuh hidup baru. Besok kita akan pergi ke London," jelasnya dengan wajah yang amat bahagia.

Kedua bola mata Raza langsung melebar, ia benar-benar terkejut. "Nggak! Gue nggak mau!"

Kenzo kembali memasukkan tiket pesawat itu ke dalam saku celananya, "mau nggak mau, kamu bisa apa, hm?"

Raza menggeleng, air matanya tiba-tiba jatuh. Rasa takut benar-benar menguasai dirinya, "KENZO LEPASIN GUE! LEPASIN!!! TOLOONG!!!" Raza berteriak sekencang mungkin meminta pertolongan.

Kenzo mengusap air mata Raza, "jangan teriak-teriak, nggak akan ada yang denger, sayang."

Alka, lo di mana?...

*****

ALZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang