Sinar mentari sedikit demi sedikit mulai naik menyinari bumi. Sinar itu kini berhasil menembus kaca jendela kamar milik seorang gadis yang tengah tertidur pulas di atas kasur QueenSizenya. Gadis itu merasakan silau akan cahaya matahari yang seakan-akan menyorot wajahnya. Alisnya bertaut bersamaan dengan matanya yang mulai terbuka. Ia menguap dan menggeliat. Lalu ia berjalan gontai menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Usai melakukan ritual mandinya. Ia lalu mengenakan seragamnya, menyisir rambutnya, dan sedikit memoleskan bedak pada wajahnya. Setelah itu ia segera menuju ruang makan yang sudah diisi oleh Caisar dan Mila, orang tua gadis tersebut.
"Bang Lyo mana, Mah?" tanyanya seraya mengambil posisi duduk di sebrang orang tuanya.
"Gue datang," Lyo menghampiri adiknya.
Mila menghela napas panjang menatap penampilan anak laki-lakinya. Baju yang dikeluarkan, dua kancing atas yang sengaja dibuka hingga terlihat kaos hitam di dalamnya, dan rambut yang acak-acakkan, "Kamu mau sekolah apa tawuran, sih?"
Mendengar pertanyaan mamahnya, Lyo hanya menyengir kuda.
Caisar menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu ia beralih menatap anak perempuannya. "Kamu bener mau pindah sekolah, Nak?" tanyanya memastikan.
Yang ditanya hanya menganggukkan kepalanya.
"Sayang... Kamu bener bisa jaga diri nggak satu sekolah sama abang kamu?" khawatir Mila karena anak perempuannya meminta untuk dipindahkan sekolah yang otomatis tidak satu sekolah lagi dengan abangnya.
"Mah, i'm okey," ucapnya meyakinkan Mamahnya.
"Kalo gitu aku berangkat dulu, Mah, Pah." Pamitnya.
"Nggak dianterin abang aja?" saran Caisar yang dibalas gelengan oleh putrinya.
"Dianterin Pak Kholis lebih asik," tolaknya.
"Yeee... Siapa juga yang mau antar Lo?" sahut Lyo.
Gadis itu menjulurkan lidahnya pada abangnya. Lalu ia mencium tangan orang tuanya secara bergantian.
"Heh! Lo gak salim sama gue?" tanya Lyo.
Gadis itu menarik tangan Lyo lalu mengendusnya. "Hoek! Tangan lo bau tai! Lo abis berak ya?" tuduhnya.
"Enak aja lo!" balas Lyo tak terima.
*****
"Semalam nggak seru, anjir!" ucap Abim kecewa.
"Padahal gue nggak sabar pengen lihat mereka kalah lagi," tambah Ariel yang tak kalah kecewanya dengan Abim.
Kesal? Sudah pasti, karena semalam genk Scormon's tidak datang, padahal mereka yang mengajak untuk tawuran. Tapi mereka sendiri yang menghindari tawuran itu.
Scormon's adalah genk motor yang sangat bertolak belakang dengan Resistance. Pergaulan yang teramat bebas melebihi batas. Bisa dibilang Resistance protagonist dan Scormon's antagonist. Resistance dan Scormon's dikenal musuh bebuyutan. Scormon's tak henti-hentinya membuat masalah pada Resistance padahal bukan hanya sekali dua kali, tapi berpuluh-puluh kali Scormon's selalu kalah jika berhadapan dengan Resistance.
"Udah lah biarin aja," ucap Alen dengan raut wajah yang datar.
Bagas menatap Alen takjub, "Alen Revarzio! Lo ngomong, nying. Gue terhura dengernya, Len." Ucap Bagas sambil menepuk-nepuk pundak Alen.
Alen menatapnya tajam.
"Gue colok juga mata, lo!" Kesal Bagas lalu kembali menghadap depan, bersamaan dengan datangnya Buk Lia selaku wali kelas XI IPA III.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALZA
Teen Fiction"Nyokap Alka mati gara-gara cowok gue... " "Dan cowok gue mati gara-gara Alka!"