37. Raza lepas kendali

60 4 0
                                    

"Raza?"

Kini Raza melangkah medekat dengan tatapan menghunus. Meta yang sudah menyadari kehadiran Raza malah semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Alka.

Tanpa diduga Raza langsung menjambak rambut Meta membuat kepala Meta mendongak dan pelukannya seketika terlepas.

"Agrh, sakit, bego!" maki Meta sambil mencengkram tangan Raza yang semakin mengencangkan jambakkannya.

Meta berusaha meraih wajah Raza, ia ingin membalas perbuatan Raza. Namun, Raza dengan sigapnya menghindar lalu menangkap tangan Meta dan memutarnya ke belakang.

"Sakit, Za!" rintih Meta kesakitan.

Tidak memperdulikan rintihan Meta, kini Raza mendorong tubuh Meta hingga tersungkur.

Meta merasakan lututnya yang berdenyut karena bergesekkan dengan lantai kasai rooftop.

Raza hendak menghampiri Meta kembali, namun Alka lebih dulu menahannya. "Udah, Za. Kita pergi dari sini."

Raza menatap marah lelaki yang menahannya. "Lo boleh pergi!" usir Raza tegas.

"Za!" Raza berhasil mendorong tubuh Alka. Bagi ukuran wanita, kekuatan Raza sangatlah kuat. Kini Raza kembali menendang pinggang Meta yang baru saja hendak bangkit.

"Agrh..." teriak Meta.

Raza melangkah mendekati Meta yang masih dalam keadaan tersungkur. Ia menghentikan langkahnya tepat di hadapan Meta. Bisa dikatakan posisi Meta saat ini sedang bersujud di kaki Raza. Raza menjongkokkan kakinya untuk menyamai posisi Meta, ia mencengkram dagu Meta agar wanita itu menatapnya.

"Alka punya gue kalo lo lupa." ucapnya memberi peringatan.

Meta menatap Raza penuh kebencian. "Nggak akan gue biarin lo bahagia sama Alka." balas Meta sedikit kesulitan bicara karena cengkraman Raza.

Raza terkekeh mendengar ucapan Meta. "Coba ngomong lagi?"

"Alka bakal jadi milik gue!" teriak Meta setelah menyentak tangan Raza yang mencengkramnya.

Emosi Raza kembali tersulut karena teriakan Meta yang tepat di depan wajahnya. Tangannya mengepal, matanya terpejam sejenak menahan emosi. Lagi dan lagi Raza menarik surai Meta, kali ini lebih kuat dari sebelumnya. Meta mengerang kesakitan bahkan air matanya pun ikut mengalir.

"Raza... Sakiiit!" teriaknya kesakitan.

Tidak memperdulikan Meta yang kesakitan. Kini Raza berdiri hingga Meta pun ikut berdiru. Lalu Raza memukul kepala Meta keras, satu kali, dua kali. Tangannya mengambang di udara karena Alka mencekalnya kuat.

"Lepasin!" sentak Raza dengan napas yang memburu.

"Ingat batasan, Za!" peringat Alka agar Raza tidak lepas kendali.

Raza memilih mengalah, lalu mendorong tubuh Meta yang sudah mulai lemas. Raza beralih menghadap Alka. "Gue belum selesai!"

"Jangan halangi gue!" tambahnya sedikit berteriak.

Alka sadar bahwa Raza saat ini benar-benar emosi. Ia harus sabar untuk menghentikan Raza. "Raza, udah cukup, sekarang kita pergi dari sini, ya?" Alka berbicara selembut mungkin.

Bukannya semakin membaik, emosi Raza malah semakin menggebu-gebu. Ia mendorong tubuh Alka lalu menghampiri Meta.

"RAZA!" teriak Alka karena Raza menendang dada Meta begitu kuat.

Meta kembali terjatuh akibat tendangan Raza . Dadanya terasak sesak. Kepalanya pun berdenyut hebat akibat pukulan Raza tadi. Tidak terasa, ternyata hidungnya mengeluarkan cairan merah. Pandangannya pun mulai memburam dan kini dirinya tidak sadarkan diri.

Raza hendak menindih tubuh Meta. Namun Alka segera menariknya. "Lo keterlaluan, Za!" bentak Alka.

Alka benar-benar tidak percaya dengan apa yang sudah dilakukan oleh kekasihnya. Alka menghampiri Meta yang sudah tak sadarkan diri. Ia menepuk-nepuk pipi Meta pelan. "Meta... Bangun, Met."

"Lo gila, hah?!" bentak Alka pada Raza yang kini berdiri mematung. Melihat Raza yang diam saja, Alka hanya berdecak lalu memilih untuk menggendong tubuh Meta.

Raza menahan lengan Alka. "Al?" lirihnya.

"Lepas!" perintah Alka tak ingin dibantah. Raza pun melepaskan cekalannya pada lengan Alka.

"Renungin kesalahan lo!" setelah mengucapkan itu Alka lalu pergi meninggalkan Raza yang menatapnya dengan tatapan kecewa.

Setelah Alka pergi, Raza menarik rambutnya frustasi. "AGRH!!!"

*****

"Loh, Al? Meta kenapa?" tanya Bagas heboh karena berpas-pasan dengan Alka di koridor kelas.

Alka tidak menjawabnya, ia terus melangkahkan kakinya menuju UKS. "Dok, periksa dia!" perintahnya pada dokter khusus sekolah ini setelah meletakkan Meta di atas brankar.

"Terus Raza mana?" tanya Meyra yang merasa bingung.

"Kayanya ada yang nggak beres," ujar Ariel dengan mengusap-usap dagunya.

Bagas dkk, dan Meyra dkk dibuat bingung dengan apa yang terjadi antara Alka, Raza dan Meta. Akibat Alka yang menggendong Meta, kini di depan ruang UKS hampir seluruh siswa-siswi mengerumuni tempat ini.

"Bubar semua!" teriak Zulva tegas yang langsung diikuti oleh semuanya. Wajar mereka takut dengan Zulva, selain dirinya wakil dari Resistance, ia juga wakil dari OSIS SMA PERMANA.

"Itu Raza, noh." Tunjuk Abim dengan jarinya.

"Samperin!"

Mereka pun berbondong-bondong menghampiri Raza yang baru saja masuk ke kelasnya.

"Za, kenapa Alka bisa gendong Meta?" tanya Meyra to the point mewakili rasa penasaran yang lain. Bahkan beberapa yang berada di kelas ikut memasang telinga.

"Gue yang salah," jawab Raza lalu menelungkupkan wajahnya di atas meja.

"Lo bisa cerita pelan-pelan," kata Salsa berusaha untuk tidak menyinggung perasaan Raza yang sedang terlihat kacau.

Bagas menarik kursi untuk duduk lebih dekat, diikuti Abim dan Ariel, sementara Alen dan Zulva tetap berdiri menunggu cerita yang akan keluar dari mulut Raza.

Raza mulai menceritakan di mana dirinya melihat Meta yang memeluk Alka secara paksa sehingga dirinya lepas kendali terhadap Meta. Dan berakhir membuat Alka kecewa padanya.

"Emang si Metanya salah si," ucap Bagas.

"Tapi, lo salah juga, Za," imbuh Zulva setelah mendengar cerita dari Raza.

"Iya, gue tau gue salah," ujar Raza dengan suara lesunya.

Meyra mengusap-usap pundak Raza, berusaha untuk menenangkannya. "It's okey. Nanti bisa lo bicarain baik-baik sama Alka dan Meta."

"Gue kalo di posisi lo emang pasti marah si, cuma menurut gue lo kelewatan," kritik Salsa membuat dirinya menjadi pusat pandangan.

"Ya siapa coba yang nggak marah liat pacarnya dipeluk cewek lain?" sambar Abim tidak terima atas kritikkan Salsa.

"Ya nggak segitunya juga kali!" balas Salsa dengan sinis.

"Woy, malah debat!" lerai Erly merasa jengah. Jujur ia merasa benar-benar ada yang berbeda dari Salsa.

"Nanti lo bicarain baik-baik, Alka pasti ngerti kok," kata Meyra lagi untuk tidak menambah buruk perasaan hati Raza, dan Raza hanya membalasnya dengan anggukkan lemas.

*****

ALZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang