42. Siapa?

21 2 5
                                    

"Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, Pak. Tapi saya mohon jangan pecat saya, Pak."

"Anak kamu sudah menyakiti orang yang anak saya sayangi, ini permintaan anak saya."

"Pak, saya akan memberi pelajaran pada anak saya, saya mohon, Pak. Beri saya kesempatan satu kali lagi, Pak."

"Permintaan anak saya tidak bisa ditolak. Saya akan berikan pesangon dua kali lipat, sekali lagi saya minta maaf dan terimakasih."

"Pak__"

Tut.

"AGRH! Apa lagi yang sudah anak itu lakukan?!"

Mendengar pintu terbuka, membuat lelaki itu langsung berdiri.

"Papah udah bilang jangan berulah lagi, Meta!" bentak lelaki paruh baya pada Meta yang baru saja menginjakkan kakinya di rumah.

Meta yang baru sampai langsung dibentak seperti itu, membuatnya mengernyit bingung. "Apa sih, Pah? Meta baru pulang udah dibentak-bentak aja."

"Abis dari mana kamu?" tanya papahnya dengan kilatan mata yang amat tajam. Sedangkan sang istri hanya terdiam sudah tidak bisa berkata-kata lagi.

"Kumpul sama temen-temen," jawabnya.

"Kumpul untuk menghabisi orang?" sambar papahnya yakin, membuat Meta terkejut.

"M-maksud Papah apa?"

"PAPAH DIPECAT META!" teriak lelaki itu penuh dengan emosi.

Meta tersentak. Ia benar-benar terkejut dengan apa yang baru saja dirinya dengar.

"Pah..." Meta berusaha meraih tangan Papahnya, namun papahnya segera menghindar.

"Kamu udah lukai orang yang Alka sayangi, dan itu semua berdampak pada orang tua kamu, Met!"

Spontan Meta berlutut di hadapan papahnya. "Pah, Meta bener-bener minta maaf, Meta nggak bermaksud untuk menjatuhkan Papah. Meta cuma nggak mau ada orang lain yang ngambil hati Alka, Meta cinta sama Alka, pah."

"Cinta kamu bilang? Itu bukan cinta, itu obsesi, Meta!"

Meta menangis tersedu-sedu dengan keadaan berlutut. Sang mamah memalingkan wajahnya menahan tangis, karena tidak tega melihat anaknya yang kini berlutut.

"Pah, maafin Meta..." isak Meta penuh penyesalan.

"Kenaikan kelas, kamu akan papah pindahkan ke tempat eyang di kampung," putus papah Meta mantap dan tidak bisa diganggu gugat.

"Pah, Meta nggak mau!" tolak Meta keras.

Sang papah tidak peduli lalu memilih untuk pergi memasuki kamar lalu diikuti sang istri.

"Mah..." panggil Meta parau kala matanya bertemu dengan mata sang mamah.

Mamah Meta mengusap air mata yang menetes. "Bersihin diri kamu, abis itu langsung istirahat." ucapnya lalu pergi meninggalkan Meta.

Terdengar biasa, namun Meta mengerti bahwa mamahnya sedang menyimpan kekecewaan padanya.

"AGRH!!!" teriak Meta frustasi sembari menjambak rambutnya setelah orang tuanya tidak ada.

*****

Jemari Raza digenggam erat oleh lelaki yang kini tengah duduk di samping brankar. Ia mengusapnya lembut.

"Gini dulu ya, Za? Soalnya kalo lo sadar, gue nggak bisa megang tangan lo," ucapnya lalu mengusap surai Raza.

"Gue nggak akan ngehancurin hubungan lo sama Alka, seperti apa yang udah gue lakuin dulu waktu lo sama Zian," imbuhnya yang sudah pasti tidak dapat didengar oleh gadis di hadapannya.

ALZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang