44. Lyo sadar

26 3 9
                                    

Setelah pembicaraan serius antara Alka dan Alen, kedua orang tua Raza datang.

"Kenapa baru kasih kabar, Al?" tanya Caisar yang terlihat amat cemas dengan kondisi Raza.

"Maaf, Om. Saya juga baru tau semalam," jawab Alka merasa bersalah.

"Terus, siapa yang bawa Raza ke rumah sakit?" tanya Milla yang tengah mengusap surai gadisnya.

Alka menggeleng. "Saya belum tau, tan. Orangnya kabur."

"Bangun, sayang..." lirih Milla dengan air mata yang sudah siap turun.

"Abang masih tidur, masa' Raza juga ikut tidur," tambahnya dengan amat memilukan.

"Pah, cari pelakunya sampai ketemu!" emosi Milla.

"Tan, biar saya cari, dan biar saya yang urus," final Alka penuh keyakinan lalu menatap Caisar untuk meminta persetujuan.

Caisar mengangguk, ia mempercayai Alka.

"Kalo gitu, kami pamit, om, tante." Pamit Alka lalu menyalimi kedua tangan orang tua blm Raza, lalu disusul oleh Alen.

*****

Salsa menatap tajam lelaki di hadapannya. "To the point!"

"Apa tujuan, lo? Sementara Zian udah nggak ada," tanya lelaki itu.

"Pertanyaan lo, nggak penting!" Salsa hendak meninggalkan lelaki itu, namun dengan cepat tangannya dicekal.

"Jawab, gue!" tekan lelaki tersebut.

Salsa menyentak tangan lelaki yang mencekalnya. "Zian mati gara-gara Raza! Gue masih nggak terima!"

"Lo, dalang dari semuanya!" bentak lelaki itu ikut emosi.

Alih-alih takut, Salsa malah terkekeh. "Gue ingetin sama, lo. Lo yang nerima tawaran buat kerjasama sama gue," ia bersedekap dada. "Jadi bukan cuma gue yang buat Zian mati, tapi kita berdua!" lanjut Salsa dengan senyum liciknya.

"Apapun resikonya, gue kena, lo kena," finalnya lalu pergi meninggalkan lelaki itu yang kini hanya diam mematung.

*

"Lo dulu yang cerita!" perintah Zian pada sahabatnya yang menggunakan kaos bertuliskan the Resistance.

Lelaki itu menggelengkan kepalanya. "Lo dulu tunjukkin siapa pacar, lo."

Zian mengetuk-ngetuk dagu menggunakan jari telunjuknya.

"Kasih tau, lah, Yan..." pinta sahabatnya dengan wajah memelas.

"Pacar gue, namanya... Ra... Hasia," Zian tertawa puas karena melihat wajah kesal sahabatnya.

"Nggak lucu! Kenapa nggak lo bawa aja sih, pas Resistance sama Warior sunmori?" tanya sahabatnya geram.

Zian menggelengkan kepalanya. "Musuh kita dimana-mana, terutama Scormon's apalagi Kenzo. Gue khawatir kalo pacar gue terjerumus ke dalam peperangan kita," jelas Zian yang menyiratkan kekhawatiran.

Sahabatnya mengangguk mengerti akan kekhawatiran yang dirasakan Zian. Ia menepuk pundak Zian. "Lo harus inget, Resistance dan Warior udah kaya keluarga, jadi pacar lo juga udah jadi tanggung jawab kita buat lindungin dia," ucapnya meyakinkan Zian.

"Thanks, bro!"  Zian tersenyum penuh arti.

"Makanya kasih tau, siapa?"

"Iya, gue kasih tau, tapi jangan disebarin dulu," peringat Zian yang dibalas anggukkan mantap.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang