10. Di Antara Dua Hati

58 10 0
                                    

Pagi hari di Bandung. Entah kenapa ini begitu menyenangkan sekaligus menenangkan. Bayu bangun lebih pagi dari biasanya untuk menyesap kopi panas sambil menikmati udara pagi hari yang sejuk di teras rumah.

"Bang" panggil Tantri dari dalam rumah

"Ya, Bu"

"Bisa ikut Ibu ke kamar sebentar?" tanya Tantri

Bayu mengangguk dan segera masuk, meninggalkan cangkir kopinya di meja. Rumah masih sangat sepi, sepertinya Aurel juga belum bangun. Bayu masuk ke kamar ibunya kemudian menutup pintu.

"Abang mau bawa Ibu ketemu keluarga Aurel kapan?" tanya Tantri langsung setelah duduk di tepi ranjang

Bayu ikut duduk di samping ibunya, dia terdiam sejenak sambil berpikir, "Emang harus secepat itu, Bu?"

Tantri menghela nafas berat, "Terus rencana abang gimana? Ibu kira abang udah mau segera menikah"

Bayu menoleh menatap ibunya, "Abang mau-mau aja sih, Bu, cuma Aurel... abang belum pernah bicarain ini sih. Tapi sebenarnya abang juga..."

"Melati?"

Bayu menghadapkan tubuhnya ke arah Tantri, lalu dia meraih tangan wanita itu, "Bayu harus berkunjung ke rumah orang tuanya ya, Bu?"

Tantri membelai lembut surai tebal putra sulungnya, "Sebaiknya iya, nak. Kamu juga masih simpan cincin tunangan kalian, kan? Sebaiknya kamu selesaikan itu dulu"

Bayu menunduk sempurna. Sejak dulu dia tidak pernah berniat menyelesaikan apapun tentang gadis bernama Melati, karena dirinya tak pernah berniat menghilangkan nama itu dari sejarah hidupnya.

"Bu, abang takut nyakitin Aurel..." gumam Bayu yang kemudian semakin menunduk

"Makanya ibu bilang abang harus selesaikan dulu semuanya, bang" ujar Tantri lembut

"Abang masih sayang sama Melati ya?" sambung Tantri

Dan ya, bahkan untuk menjawab pertanyaan itu pun Bayu tak bisa. Yang ada dirinya malah menunduk di pangkuan ibunya, persis seperti hari dimana Bayu mendapatkan kabar kecelakaan Melati lima tahun lalu.

"Katanya abang udah siapin lamaran buat Aurel, kalau udah mau ke tahap itu, jangan gini lagi dong, bang!" ujar Tantri lembut

"Ibu tahu, kehilangan orang yang disayang itu berat, tapi menyakiti pihak yang tidak tahu apa-apa juga nggak benar, bang. Ibu yakin abang lebih paham masalah ini" sambung Tantri

Bayu bangkit menatap ibunya dengan tatapan yakin, "Bayu akan tetap lamar Aurel, Bu. Masalah Mela-" kalimat Bayu terhenti, entah kenapa mengucap nama itu jadi begitu menyakitkan, "Bayu akan segera selesaikan"

"Benar, bang?" Tantri memastikan

Bayu mengangguk, "Iya"

"Ibu nggak mau anak Ibu nyakitin hati perempuan, apalagi itu perempuan yang dicintai"

"Iya, Bu"

Tantri bangkit meninggalkan Bayu saat mendengar suara langkah kaki dari luar. Bisa dipastikan itu Aurel. Tantri sengaja meninggalkan Bayu agar putra sulungnya itu bisa menenangkan diri sebelum bertemu Aurel.

"Ibu jadi belanja, Bu?" tanya Aurel begitu Tantri keluar kamar

"Jadi atuh, Aurel jadi nemenin?" jawab Tantri

Aurel mengangguk, "Jadi, Bu"

"Sarapan dulu, neng. Ibu kalau sarapan biasanya ringan-ringan aja, makanya ini cuma bikin pancake pisang. Aurel kalau mau yang lain, bisa Ibu bikinin" ujar Tantri sambil berjalan menuju meja makan

Meeting You Was A Nice Accident || Kim Doyoung & Kim SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang