29. Satu Langkah

59 9 5
                                    

Benar yang dibilang Bayu semalam, persiapan pernikahan tidak main-main banyaknya. Aurel jadi bingung harus mulai dari mana. Belum lagi memikirkan pergantian jabatan Salim Group yang hanya tinggal menghitung hari.

Jerih payah Tama, Bayu, dan Aurel sebentar lagi akan berakhir dengan diadakannya rapat besar seluruh jajaran Salim Group. Namun, karena sudah naik jabatan, apakah itu berarti Aurel sudah boleh bersantai? Sepertinya belum.

Oh, jangan lupakan projek pembuatan sekolah musiknya yang sudah hampir delapan puluh persen. Hari pembukaan sekolah itu juga tinggal menghitung hari.

Aurel memijat kepalanya yang terasa pening, sejak tadi dokumen yang mesti dia baca tidak ada habisnya. Terus silih berganti memenuhi meja kerjanya.

Abraham sudah sepenuhnya lepas tangan, walaupun jabatan CEO belum resmi dia tinggalkan. Abraham sudah sepenuhnya percaya pada anak-anak dan calon menantunya.

Di siang harinya, Bayu dan Aurel sudah membuat janji dengan Jefri dan sang kekasih di restoran semalam. Setelah melihat-lihat portofolio di akun sosial media mereka, Aurel akui dia tertarik.

Makanya, sekarang dia terus melingkarkan tangan di lengan Bayu sambil memasuki restoran yang ramai pengunjung, tidak sepi seperti semalam.

"Pesan dulu, Bay. Si nyonya lagi di toilet" ujar Jefri meletakkan buku menu di meja Bayu dan Aurel lalu pergi lagi ke dapur

"Mau apa?" tanya Bayu sambil membuka-buka buku menu

"Ravioli ricotta" jawab Aurel

"Oh iya, kamu pengen itu udah lama ya? Semalam lupa nggak pesan itu. Maaf ya" ujar Bayu

"He-ehm, mas Bayuku emang pelupa" balas Aurel

"Baru lagi kan panggilannya" ucap Bayu

"Nggak suka ya? Sorry"

"Bukan nggak suka, sayang. Nggak bayangin aja nanti kalau nikah bakal dengar panggilan apa lagi"

Aurel tersenyum singkat mendengar penuturan Bayu. Setelahnya, Bayu sibuk menyebutkan pesanannya pada pelayan di sana, sedangkan Aurel sibuk memicingkan mata melihat perempuan berambut pirang yang baru keluar dari toilet.

Perempuan itu mendatangi Jefri di meja bar, Jefri menunjuk ke arah meja Aurel, lalu perempuan itu berjalan mendekat. Aurel masih memicing, merasa perempuan itu tidaklah asing di ingatannya.

"Halo, Bayu dan Aurel ya, sorry bikin nunggu lama" ucap perempuan itu begitu sampai di meja Bayu dan Aurel

"Wait, ini lo Kaluna bukan sih? Kaluna Isvara?" pekik Aurel bangkit berdiri, dia menutup mulutnya tak percaya yang dilihatnya

"Hah? Aurel? Beneran Aurel? Aurel Salim?" pekik perempuan pirang itu tak kalah terkejut, "Babe, come here, cepat!" teriak perempuan itu melambai ke arah Jefri

"Kenapa sih teriak-teriak?" tanya Jefri yang langsung datang

"Kenapa nggak bilang kalau ini Aurel Salim? Astaga, babe" pekik Kaluna heboh

"Apa kabar, Kal?" tanya Aurel menyentuh lengan Kaluna yang tertutup blazer hitamnya

"Baik banget, Rel. I've been looking for you for a long time, you know? Lo apa kabar?" ujar Kaluna heboh memeluk Aurel

"Gue juga baik, tapi kenapa lo nyari gue? Gue nggak kemana-mana tuh?" balas Aurel setelah puas berpelukan dengan Kaluna

Kaluna menghela nafas lega, "Andai lo tahu sebesar apa pengaruh hidup lo di karir gue, Rel. Sumpah, gue sedih banget pas kehilangan kontak lo. Mana waktu itu lo belum main sosmed pula"

Meeting You Was A Nice Accident || Kim Doyoung & Kim SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang