27. Matahari Di Jogja

65 10 1
                                    

Aurel mengerjap kala merasakan cahaya masuk melalui sela-sela tirai kamar yang tidak tertutup rapat. Matanya sesekali menyipit, membiasakan diri dengan cahaya matahari.

Setelah terbiasa, Aurel berniat bangkit, tapi terhenti karena sebuah tangan melingkar di perutnya. Aurel menoleh ke samping, bisa-bisanya dia tidak sadar bangun dalam pelukan Bayu.

Perlahan, Aurel menggeser tangan besar itu dari perutnya. Dia usap singkat pipi Bayu yang terasa kering, lalu dia tinggalkan kecupan hangat di sana. Setelahnya, Aurel benar-benar bangkit dan berjalan mengendap-endap, tidak ingin mengganggu Bayu.

Aurel yang tadinya hanya berniat menggosok gigi jadi berubah ingin mandi karena merasakan kesegaran airnya. Tigapuluh menit berlalu, Aurel keluar dengan baju yang memang akan dia pakai hari ini. Kemeja putih dan skinny jeans warna biru, rambutnya dicepol asal.

Aurel melirik Bayu yang ternyata masih nyenyak. Lalu, dia bergerak mematikan pendingin ruangan, membuka tirai besar kamarnya, dan membuka jendelanya sedikit. Udara pagi di tengah kota Yogyakarta benar-benar berbeda, sinar mataharinya juga begitu hangat.

Setelah puas menghirup udara, Aurel kembali naik ke kasur yang ditiduri Bayu. Aurel mengelus pipi Bayu lembut, tersenyum singkat saat Bayu melenguh protes karena tidurnya terganggu.

"Sayang, bangun, yuk!" ucap Aurel lembut

"Eungh..." lenguh Bayu berusaha membuka mata sambil meregangkan otot

"Bibirnya ih! Ngapain sih dikerucutin gitu?!" ujar Aurel meraup gemas bibir Bayu

"Jam berapa?" tanya Bayu dengan suara seraknya

"Jam enam. Mas mau breakfast di hotel aja atau mau keluar? Di bawah udah ramai banget loh, mas" tanya Aurel

Bayu bangkit duduk sambil mengusap-usap matanya, lalu menguap lebar. Aurel menyisir rambut Bayu yang berantakan khas bangun tidur.

"Kamu ke bawah?" tanya Bayu sambil menguap

"Nggak, lihat dari balkon" jawab Aurel

Bayu yang nyawanya belum terkumpul akhirnya jatuh bergelayut di pelukan Aurel di depannya, kepalanya dia sandarkan ke dada Aurel sampai membuat gadis itu susah payah menahan tubuhnya agar tetap duduk.

"Udah mandi?" tanya Bayu dengan suara teredam

"Udah, mas mandi sana!" jawab Aurel yang masih setia mengusap-usap rambut Bayu

Bayu akhirnya melepaskan pelukannya pada Aurel, lalu melangkah gontai menuju kamar mandi. Sambil menunggu Bayu mandi, Aurel membuka tirai kamarnya lebih lebar hingga cahaya matahari sepenuhnya masuk ke ruangan itu.

Lalu, Aurel keluar ke balkon, melihat aktivitas warga lokal dan non-lokal dari ketinggian. Banyak tukang becak yang mulai memenuhi pangkalan, juga stasiun tugu yang memulai hari sibuknya.

Sekarang Aurel mengerti, kenapa Yogyakarta ini terasa begitu spesial bagi sebagian orang. Budaya lokal masih begitu kental dan melekat di sini.

Saat sedang asyik menikmati udara pagi di balkon hotel itu, tiba-tiba Aurel merasakan sepasang tangan melingkar di perutnya dari arah belakang. Kemudian, pundaknya terasa berat oleh dagu seseorang.

"Wangi" ujarnya

Aurel terkekeh pelan, "Siapa yang wangi?"

"Aku"

Aurel spontan memukul tangan yang melingkar di perutnya, lalu disambut tawa ringan dari Bayu.

"Mas" panggil Aurel

"Hm"

"Next time kita harus liburan yang proper di Jogja ya" pinta Aurel

Bayu tersenyum tipis, "Emang ini nggak proper?"

Meeting You Was A Nice Accident || Kim Doyoung & Kim SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang