Aurel terbangun karena seorang petugas mengantarkan sarapan untuknya. Namun, saat dilihatnya sekitar, tidak ada siapa-siapa. Bayu yang semalam tidur di sofa pun sudah tidak terlihat.
Kepala Aurel terasa pening lagi, sepertinya dia mulai demam lagi. Karena ingin ke kamar mandi, akhirnya paksakan turun dari brankar dengan perlahan. Begitu susah, karena tubuhnya lemas tak berdaya.
Tiba-tiba sebuah tangan meraih lengannya, Aurel spontan mendongak dan ternyata itu Tantri. Wanita itu yang menuntun Aurel turun dari brankar dengan perlahan, mendorong tiang infus juga dengan telaten.
Sejujurnya, Aurel bertanya-tanya, kenapa bukan suaminya yang datang? Apakah Bayu semarah itu sampai enggan untuk sekedar menemuinya?
"Bu, mas Bayu mana?" tanya Aurel setelah kembali ke brankarnya
"Lagi antar Windy ke kampus sebentar" jawab Tantri dengan senyum
"Mas Bayu marah banget sama Aurel ya, Bu?" tanya Aurel takut-takut
Tantri tersenyum simpul, dia elus surai lembut nan panjang milik sang menantu, "Nggak kok, nanti Bayu akan bicara sama Aurel. Sekarang Aurel sarapan dulu ya?"
Aurel hanya mengangguk kala Tantri mulai menarik meja beroda untuknya makan. Sebenarnya, Aurel tidak nafsu makan sama sekali. Menatap bubur rumah sakit di depannya benar-benar tidak menggugah selera.
"Nanti aja sarapannya, Bu" ujar Aurel
"Sekarang, nak, biar bisa langsung minum obat. Kayaknya kamu demam lagi" balas Tantri sambil menyentuh kening dan leher Aurel
"Mulut Aurel pahit, Bu" tutur Aurel bernegosiasi
Ceklek
"Bu, itu Ekal mau dimandiin katanya"
Tantri dan Aurel menoleh ke ambang pintu, ada Bayu yang sudah berdiri di sana dengan jaket kulit hitamnya, terlihat seperti baru dari luar.
Melihat Bayu, Aurel sempurna menunduk, tak berani menatap barang sekilas. Tantri hanya mengiyakan Bayu singkat, lalu beralih menatap Aurel.
"Dipaksa makan ya, sedikit aja! Jangan sampai kosong perutnya, nak" ujar Tantri
"Kenapa, Bu?" tanya Bayu mendekat
"Nggak apa-apa, nggak selera makan katanya, mulutnya pahit. Biasa orang sakit" jelas Tantri
"Ibu..." panggil Aurel sambil menahan lengan Tantri saat ibunya itu ingin pergi
"Ibu urus Ekal dulu ya, nanti ibu ke sini lagi"
Tantri benar-benar pergi dari tempatnya, meninggalkan Bayu dan Aurel yang hanya berdua di sana.
"Makan!" perintah Bayu pelan tapi dingin
"Mas, jangan giniin aku!" pinta Aurel dengan suara bergetar
"Terus maunya gimana?" tanya Bayu dingin
"Jangan diamin aku!" tutur Aurel kini berani menatap Bayu
"Makan dulu! Nanti kita bicara"
"Mas—"
"Aurel!"
"Okay, aku makan"
Jika Bayu sudah menanggalkan segala panggilan sayang padanya, artinya Aurel sudah tidak boleh melakukan negosiasi apapun. Dia paksa bubur tak berasa itu masuk ke dalam mulut walaupun sulit.
Suap demi suap Aurel lakukan, walaupun rasanya perutnya tidak bisa menerimanya. Hingga akhirnya piring itu tandas setengah dan Aurel menyerah.
"Mas, udah ya? Aku mual banget" ujar Aurel pasrah
KAMU SEDANG MEMBACA
Meeting You Was A Nice Accident || Kim Doyoung & Kim Sejeong
FanfictionKau tahu, di antara banyaknya teori komunikasi yang ada di dunia ini, ada satu teori bernama teori penetrasi sosial, dimana teori tersebut membahas proses pembentukan relasi atau hubungan ketika individu beranjak dari komunikasi yang superfisial ke...