Kata orang, tumbuh dewasa memang menyakitkan. Ya, Bayu juga membenarkan hal itu. Tadi sepulang dari rumah sakit, Bayu menangis bersimpuh dihadapan sang ibu dan adik-adiknya.
Bayu kangen ayah, bu
Selintas itu satu kalimat yang terdengar kemudian terpotong oleh tangisan yang tiada henti. Tantri ikut meneteskan air mata, begitupun Haikal yang menunduk. Hanya Windy yang diam tanpa ekspresi.
Dua belas tahun yang lalu, saat Bayu baru saja menyelesaikan ujian nasionalnya. Dirinya mulai sibuk mengurus pendaftaran perguruan tinggi dimana-mana. Berdua, Bayu diantar ayah kemanapun kehendak Bayu untuk menuntut ilmu pada masa itu.
Hingga di suatu siang saat Bayu sedang mengurus beberapa urusan di sekolahnya. Seorang guru laki-laki mendatangi Bayu dengan lembut. Beliau pelan menepuk pundak Bayu, "Bayu, pulang yuk, nak, bapak antar"
Bayu bergeming, berusaha mencerna makna tersirat dari ajakan pulang itu. Namun, tak ada satupun petunjuk yang Bayu dapatkan. Dia hanya menurut saat guru itu meminta dirinya membereskan barang-barangnya dan menuntun hingga ke parkiran.
Rungu Bayu mendadak tuli saat raganya sampai di rumah yang terasa asing. Tak biasanya rumahnya seramai ini, tak biasanya para paman dan bibi berkumpul tanpa janji, tak biasanya adik-adiknya sudah di rumah jam segini.
Bayu lagi-lagi dituntun melangkah oleh sang guru. Dengan langkah berat, Bayu memasuki rumahnya dan menyaksikan jasad yang disemayamkan disana.
Lutut Bayu melemas, matanya terasa panas, kepalanya pening, telinganya berdenging, dadanya sesak. Sebuah pelukan Bayu terima dari sang ibu, dan saat itulah Bayu memahami yang sedang terjadi.
Ayah kena serangan jantung, bang.
Bayu edarkan pandangannya ke sekitar, dia dapati kedua adiknya di sudut ruangan. Si anak tengah menangis sambil memeluk kaki, sedangkan si bungsu hanya menatap kosong.
Ya Tuhan, sakit sekali.
Bayu melangkah mendekati adik-adiknya, dia peluk keduanya di sisi kanan dan kiri, dia tepuk kedua punggung itu, dia bisikkan sebuah dusta.
Tegar ya, dek, Kal.
Padahal hatinya tak lebih baik dari mereka, padahal hatinya sama hancurnya dengan mereka, padahal nafasnya sama sesaknya dengan mereka.
Akhirnya ayah dimakamkan, Bayu sendiri yang memimpin pemakaman itu. Dia mengantar sang ayah sampai ke peristirahatannya yang terakhir.
Dua belas tahun berlalu, kini Bayu sudah ada di akhir usia 20an. Masih belum habis juga rasa rindunya pada sang ayah, banyak hal yang ingin Bayu ceritakan, banyak hal yang ingin Bayu adukan.
"Mas abis nangis?" tanya Aurel lembut
Pagi-pagi sekali sebelum ke kantor, Bayu menyempatkan diri mengunjungi Aurel di rumah sakit. Benar, matanya masih bengkak dan begitu merah. Aurel dengan menebak laki-lakinya itu barusan menangis.
"Sayang"
"Iya"
"Weekend besok ke Bandung, yuk! Aku pengen jenguk ayah" ujar Bayu
Aurel mengangguk, "Boleh"
"Maaf, hari ini aku nggak bisa nemenin kamu, aku harus handle banyak kerjaan soalnya" ucap Bayu sambil menggenggam erat tangan Aurel
"Iya, mas, mama juga bentar lagi datang mau jemput aku. Hari ini aku pulang ke rumah ya?"
Bayu mengangguk, "Iya, nanti aku suruh orang kantor anterin mobil kamu ke rumah. Maaf, aku nggak bisa anter sendiri"
KAMU SEDANG MEMBACA
Meeting You Was A Nice Accident || Kim Doyoung & Kim Sejeong
FanfictionKau tahu, di antara banyaknya teori komunikasi yang ada di dunia ini, ada satu teori bernama teori penetrasi sosial, dimana teori tersebut membahas proses pembentukan relasi atau hubungan ketika individu beranjak dari komunikasi yang superfisial ke...