Entah ini berlebihan atau tidak, tapi nyatanya memang seresah itu batin Aurel kini. Dia tatap dirinya di depan cermin, rambutnya masih basah dan pakaiannya sudah rapi, dia baru selesai mandi setelah kegiatan penuh keringatnya semalam bersama sang suami.
Nyatanya, bukan romantis seperti biasa, yang ada hanyalah luapan emosi tak terkira. Semalam, keduanya bertengkar hebat dan berujung bergelut di ranjang dengan kasar.
Sudah seminggu Bayu meninggalkan Aurel untuk pergi ke Malaysia, dan pulang-pulang Bayu malah mendapati puluhan testpack negatif yang disimpan rapat sang istri di laci yang tak pernah Bayu buka.
Inginnya Bayu berkata lembut, tapi raga lelahnya tak sejalan, apalagi saat Aurel malah semakin berusaha menutupi perilakunya itu dari Bayu. Adu bentakan akhirnya tak terelakkan, Aurel tetap menyalak walaupun air matanya bercucuran, Bayu juga tetap membalas walaupun energinya telah tandas.
Sudah dua tahun, sudah dua kali mereka merayakan ulang tahun pernikahan. Sudah dua kali pula, Aurel merayakan usia sang suami di kepala tiga. Bahkan, bayi kecil yang dulu Aurel temani saat dilahirkan pun kini sudah mulai pandai berjalan.
Jelas sekali jika Aurel begitu resah, rahimnya belum pula dititipkan malaikat oleh Tuhan. Maka, tanpa sepengetahuan suami, Aurel melakukan pengecekan kehamilan itu setidaknya seminggu sekali selama hampir lima bulan terakhir. Dan semuanya negatif.
Aurel melirik pada tempat sampah yang ada di bawah wastafel, tempat dimana puluhan testpack itu dibuang begitu saja semalam oleh sang suami. Kini, dia tumpuk puluhan testpack itu dengan bungkus pembalut yang barusan ia pakai.
Iya, dia datang bulan lagi, baru saja. Aurel mengusap wajahnya kasar, hampir setiap bulannya, datang bulan seolah menjadi musuh baginya. Namun, Tuhan terus memberikannya.
Aurel langkahkan kakinya keluar kamar, dia dapati sang suami tengah gusar meraba-raba kasur di sampingnya yang kosong. Lalu, tiba-tiba kepala pria itu terangkat untuk memastikan benar-benar kasur itu kosong.
"Mas" panggil Aurel
Bayu sontak terperanjat, dia menghela nafas lega saat dapati sang istri sudah rapi dengan pakaian santainya di ambang pintu kamar mandi.
Hari ini bukan akhir pekan, tapi Bayu dapat jatah libur setelah perjalanan bisnis ke Malaysia, jadi Aurel juga memutuskan untuk cuti dua hari ini guna menemani sang suami.
"Nggak usah masak, sarapan ke luar aja" ucap Bayu dingin sambil berlalu melewati Aurel untuk ke kamar mandi
Aurel menghela nafas berat, sambil dia berjalan ke lemari untuk menyiapkan baju suaminya. Setelahnya, Aurel duduk di depan meja rias untuk memulai rutinitas paginya, kali ini sambil memegangi perut karena rasa keram mulai menyerangnya, datang bulan hari pertama tidak pernah sesimpel itu untuk Aurel.
"Kamu datang bulan?" tanya Bayu tiba-tiba sembar melenggang keluar kamar mandi hanya dengan handuk di pinggang
Aurel sontak menoleh, "Iya, maaf"
Bukannya membalas apapun, Bayu kembali ke kamar mandi untuk berpakaian. Aurel hanya menatap kepergian sang suami dengan tatapan nanar.
Kembali Aurel lanjutkan aktivitasnya di depan cermin, sampai tiba-tiba tubuh mungilnya itu didekap begitu hangat dari belakang. Tangan besar itu mulai mengusap-usap perut langsingnya sambil menyandarkan dagu di pundak kanannya.
"Sakit nggak perutnya?" bisik Bayu lembut
"Sedikit" balas Aurel pelan
"Nggak jadi keluar deh, aku masakin aja ya" ujar Bayu lagi tak kalah lembut
"Keluar aja, nggak apa-apa kok" balas Aurel lembut
Keheningan Bayu suguhkan di antara keduanya, dia pejamkan matanya sambil menghirup aroma sang istri yang benar-benar dia suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meeting You Was A Nice Accident || Kim Doyoung & Kim Sejeong
FanfictionKau tahu, di antara banyaknya teori komunikasi yang ada di dunia ini, ada satu teori bernama teori penetrasi sosial, dimana teori tersebut membahas proses pembentukan relasi atau hubungan ketika individu beranjak dari komunikasi yang superfisial ke...