22. Trauma

90 8 2
                                    

Bayu akhirnya keluar dari ruang meeting setelah hampir tiga jam mendengarkan presentasi dan mengoreksi beberapa hal yang menurutnya kurang sesuai. Dia mengambil ponselnya di saku celana dan menghela nafas ketika menyadari ponselnya mati kehabisan baterai.

Bayu segera kembali ke ruangannya, dia menyambungkan ponsel ke aliran listrik sambil beres-beres barangnya untuk segera pulang karena waktu menunjukkan pukul tujuh malam.

Di tengah beres-beresnya Bayu berusaha menyalakan ponselnya. Dia termenung saat ponselnya baru saja menyala dan mendapatkan sinyal. Banyak pesan masuk dari Tama.

Aurel pingsan.

Tak pikir panjang, Bayu mencabut begitu saja ponselnya yang baru terisi 10%, lalu melangkah cepat menuju lift. Beruntung sudah lewat jam pulang kantor, jadi lift tidak terlalu sibuk.

Sambil berjalan, salah satu tangannya berusaha menghubungi Tama yang tak kunjung aktif. Akhirnya dia berusaha menghubungi Citra dan tidak ada jawaban.

Bayu mengerang tertahan saat mencari mobilnya di basement parkir, dia lupa kalau hari ini dia membawa mobil Aurel. Setelah mendapati mobilnya, Bayu segera melajukannya secepat yang dia bisa.

Tiga puluh menit berlalu, Bayu kembali berlarian di parkiran rumah sakit untuk menuju IGD. Untungnya dia bertemu Abraham dan Tama di sana.

"Tam, Pa, Aurel..." ujar Bayu dengan nafas terengah

"Kan udah gue bilang nggak usah panik, Aurel nggak apa-apa kok. Malam ini doang nginep di sini, besok boleh pulang" jawab Tama

Masih dengan nafas yang terengah, Bayu menjawab, "Dimana?"

"Di dalam, masuk aja, Bay!" ujar Abraham

"Makasih, Pa"

Bayu masih dengan aksinya melangkah cepat, dia mencari brangkar yang dimaksud perawat. Tanpa ragu, Bayu menyibak tirai salah satu brankar dan mendapati Aurel sedang terbaring di sana.

"Sayang" ujar Bayu langsung duduk di kursi dekat brankar

"Mas, kamu lari?" tanya Aurel cemas

"Kamu nggak apa-apa? Kenapa, sayang? Mana yang sakit? Hah?" tanya Bayu dengan nafas yang masih memburu

"Aku nggak apa-apa. Udah, mas tenang dulu"

Bayu menggenggam tangan Aurel yang dipasangi infus, dia tenggelamkan wajahnya di tangan itu. Aurel jadi tak tega melihatnya, satu tangannya yang terbebas ia gunakan untuk mengelus pelan rambut Bayu yang lepek.

"Thank God, kamu nggak apa-apa. Aku takut banget, sayang" gumam Bayu dengan wajahnya yang tertunduk

"Hey, I'm okay. Udah ya?" ujar Aurel mengangkat kepala Bayu dan mengelus pipinya pelan

"Makanya, sayang, kamu udah keliatan sakit dari pas makan siang tadi loh, ya kan? Please, jangan disembunyiin lagi kalau kayak gitu. Ngomong aja, ya?"

"Iya, sayang" jawab Aurel singkat

"Eh, kok nangis?" pekik Aurel panik saat mendapati air mata membasahi pipi Bayu

"Sayang, please, janji sama aku! Kapanpun kamu ngerasa badan kamu nggak enak, bilang ke aku! Ini bukan pertama kalinya kamu buat aku panik, sayang, tolong ini yang terakhir ya!"

"Iya, janji. Sini peluk dulu!" Aurel bangkit duduk dan Bayu bangkit berdiri, keduanya saling mendekap erat sampai beberapa menit ke depan

Setelah memastikan Aurel sudah makan dan tidur lelap, Bayu keluar dari ruangan itu. Dia menemui Tama yang masih menunggu di lorong.

Meeting You Was A Nice Accident || Kim Doyoung & Kim SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang