43. Berderai Air Mata

72 7 0
                                    

Sudah hampir enam jam operasi dilakukan. Tadi dokter memang sempat mengatakan bahwa operasi mungkin saja bisa lebih lama, tapi selama beliau tidak keluar ruangan di kala tanda operasi menyala, itu artinya aman.

Tak henti Bayu menatap kotak lampu merah di atas bingkai pintu, masih menyala merah artinya operasi masih berjalan. Jemarinya ia gigit sambil duduk tanpa tenang.

Hingga tiba-tiba lampu itu menyala hijau, lalu disusul suara langkah seseorang dari dalam beberapa menit setelahnya. Bayu bangkit berdiri melihat langkah seorang dokter dari celah kaca di pintu.

"Lancar, pak, operasinya lancar. Walaupun butuh waktu lebih lama, tapi kami berhasil menemukan titik pendarahan dan menghentikannya" jelas dokter pria berusia empatpuluhan itu

"Bisa kami temui dia, dok?" tanya Bayu

"Satu jam dari sekarang ya, pak. Bapak bisa temui di ruang ICU. Untuk operasi patah tulangnya akan kami jadwalkan segera"

"Baik, terima kasih, dok"

Helaan nafas lega yang sekarang terdengar dari tiga manusia itu. Meskipun belum semuanya selesai, setidaknya satu persatu tertangani dengan baik.

Tiga orang di sana menunggu di ruang tunggu ICU sekarang, menanti satu jam untuk bisa bertemu dan melihat sang jagoan yang masih belum sadar.

"Sayang" panggil Bayu

"Hm?" Aurel menoleh

"Kamu belum makan malam, kan?" tanya Bayu

"I-iya"

"Makan dulu, sayang! Aku beliin ya!" ujar Bayu yang berjongkok di sisi sang istri yang sedang duduk memeluk Windy

"Nanti aja, mas"

"No! Sekarang"

Aurel menghela nafas berat, dia melirik pada Windy yang masih bergeming dalam rangkulannya. Ini sudah pukul dua pagi, mau mencari makanan ke mana pun sudah sulit.

"Adek, adek udah makan?" tanya Aurel lembut

Windy beranjak dari dada Aurel, lalu mengangguk, "Udah, tadi Aa Ekal nyerang kak Nana pas adek lagi makan bareng kak Nana"

"Adek mau istirahat dulu? Kakak pesenin hotel di dekat sini ya?"

Windy tak langsung menjawab, dia malah melirik pada pintu ruang ICU di depannya, "Adek mau ketemu Aa dulu"

"Aa nya nggak apa-apa, sayang, kan tadi adek dengar sendiri dokter bilang apa. Adek istirahat dulu ya, nanti kita ketemu Aa" bujuk Aurel lembut

Akhirnya Windy mengangguk, begitu lega rasanya relung Aurel melihat itu. Dia melirik Bayu yang berjongkok di sisinya.

"Mas, tolong—"

"Iya, ini aku pesanin"

Karena sulitnya mendapatkan hotel, akhirnya Bayu memilih menyewa apartemen seadanya, ketiga orang itu langsung ke sana dan melakukan check-in.

Rencana makan malam Aurel tetap terlaksana walaupun begitu sulit mencari resto yang masih buka. Untungnya, sebungkus nasi goreng berhasil mendarat aman di kamar hotel mereka.

Windy langsung tidur begitu sampai, sedangkan Bayu menemani Aurel makan dulu di dapur. Jas kerja Bayu sudah dia tanggalkan, berikut dengan blazer kerja yang Aurek pakai sejak tadi.

"Mas, besok aku ke Bandung ya" ujar Aurel

Bayu mengerutkan dahi, "Ngapain? Sama siapa?"

"Ketemu ibu lah, aku sama supir aja, kamu di sini sama Windy, ya?"

Meeting You Was A Nice Accident || Kim Doyoung & Kim SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang