BONUS CHAPTER (3): Arion Elvano Ravindra

186 8 2
                                    

Sepertinya puncak momen yang Bayu tunggu-tunggu sekaligus Bayu takutkan sudah hampir tiba, dia sudah mengambil cuti sejak tiga hari lalu untuk dua minggu ke depan sebagai persiapan kelahiran anaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepertinya puncak momen yang Bayu tunggu-tunggu sekaligus Bayu takutkan sudah hampir tiba, dia sudah mengambil cuti sejak tiga hari lalu untuk dua minggu ke depan sebagai persiapan kelahiran anaknya.

Sejak kehamilan Aurel memasuki bulan ke sembilan, Bayu banyak berbincang dengan Tama dan Jefri. Kedua sahabatnya itu banyak membagikan cerita tentang momen mencekam sekaligus mengharukan itu. Apalagi, Tama sudah dua kali.

Sepertinya, momen itu sudah tiba kini. Sejak semalam, Aurel sudah susah tidur dan mengeluhkan perutnya yang sakit. Belum lagi lendir dan darah yang sudah keluar sebagai tanda terbukanya mulut rahim.

Bayu sebenarnya panik, tidak pernah dia lihat Aurel begitu tegarnya menghadapi sakit yang hilang-timbul. Namun, dia berusaha tenang, menggenggam tangan Aurel yang basah dan dingin.

Aurel masih enggan dibawa ke rumah sakit, karena berdasarkan aplikasi pelacak kontraksi, kontraksi Aurel masih jarang dan durasinya masih cukup pendek. Dia masih beraktivitas biasa di rumah, hanya tidak naik-turun tangga saja.

"Ssshhh..." desis Aurel sambil mencengkeram ujung meja dapur, kini dia sedang mencuci piring dan perutnya merasakan kontraksi lagi

"Sayang?" pekik Bayu

Aurel terkekeh pelan dalam sakitnya, "Bentar, Mas"

"Ke rumah sakit sekarang aja deh, yuk!" ajak Bayu

Aurel terkekeh lagi, "Masih sepuluh menit sekali, Mas, masih jauh"

"Hm, ya udah, kamu duduk aja. Biar aku yang lanjutin cuci piring"

Aurel menurut saja. Ringan sekali langkahnya untuk duduk di ruang tengah. Pasalnya kontraksi yang dia rasakan sudah hilang lagi. Sejak semalam, begitu terus yang Aurel rasakan. Dari yang belum teratur kontraksinya, sampai yang limabelas menit sekali dan kini sudah sepuluh menit sekali.

Santai sekali Aurel saat itu, dia sudah banyak mendengar berbagai afirmasi dan nasehat dari Anggun, Citra, maupun Tantri. Walaupun tidak benar-benar membuatnya lega, setidaknya Aurel punya banyak afirmasi untuk menguatkan dirinya.

"Ibu udah jalan dari rumah" ucap Bayu sambil memainkan ponsel dan duduk di samping Aurel

"Bilangin suruh Pak Ridho hati-hati" sahut Aurel

"Iya, udah kok"

"Awwhh... Aduh..." pekik Aurel saat dia rasakan perutnya menegang lagi

Bayu langsung mengelus perut besar Aurel, berharap sakitnya mereda karena sentuhannya. Dan benar, hanya tigapuluh detik saja, sakit itu mereda lagi.

"Sayang" panggil Bayu

"Hm"

"Kamu beneran mau normal aja?" tanya Bayu ragu

"Iya, emang kenapa?" sahut Aurel santai

"Nggak mau operasi aja?" tawar Bayu

Aurel tersenyum, "Aku tahu kamu khawatir, nggak tega, dan apalah itu. Tapi aku kan aku udah ngikutin semua saran dokter, olahraga rutin, makan makanan bergizi, dan minum vitamin juga. Aku pengen banget rasain momen ini sejak kita nikah dulu, Mas. Nggak apa-apa ya?"

Meeting You Was A Nice Accident || Kim Doyoung & Kim SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang