BONUS CHAPTER (1): Sebuah Amanah

125 7 2
                                    

Bohong jika Aurel bilang dia masih bisa berpikir bahwa dirinya benar-benar sakit seminggu ini. Aurel juga seorang perempuan yang paham tentang hal-hal begini, dia pasti sudah curiga.

Namun, tidak benar pula jika Aurel akui dia dalam masa denial, karena sejatinya Aurel hanya takut kecewa lagi. Makanya, dia tahan semuanya selama seminggu.

Seminggu terakhir ini Aurel lalui begitu berat, dia bisa beraktivitas seperti biasa di kantor, walaupun seringnya terpaksa pulang cepat karena sudah tak sanggup. Banyak pekerjaan yang akhirnya terbengkalai, juga sang ayah yang mulai menegur.

Bukannya menegur karena Aurel sakit, tapi menegur karena Aurel selalu menolak untuk diperiksa. Untungnya, Bayu selalu membelanya dengan berbagai alasan yang dibuat-buat. Karena tentunya, Bayu pun tak tahu pasal ketakutannya.

Hari ini Sabtu kembali datang, Aurel terbangun karena keram di perutnya kembali terasa. Dia cengkeram perutnya dalam diam, tak ingin mengganggu tidur nyenyak sang suami.

Perlahan Aurel bergerak untuk duduk di tepi kasur, berharap sakitnya mereda saat duduk. Namun malah dalam kesakitannya, Aurel seolah terbius sebuah nyali. Sejenak dia kumpulkan keberanian, sampai akhirnya tangannya membuka laci di nakas paling atas. Dia raih sebuah alat tes kehamilan yang tersisa satu, belum pernah digunakan.

Saat alat itu sudah berada di tangannya, tiba-tiba lagi dia teringat sesuatu. Terakhir kali dia melakukan tes itu adalah tiga minggu yang lalu, rasanya sungguh tidak mungkin jika tiba-tiba saja hasilnya berubah.

Aurel remat kencang alat tes kehamilan itu, berusaha menuntaskan keraguannya. Dia mulai memupuk rasa optimis, mengingat yang terjadi di sehari setelah kepulangan Bayu dari Malaysia itu bukanlah menstruasi, Aurel bisa pastikan itu. Kebiasaan Aurel menstruasi setidaknya tujuh hari, dan itu terjadi hanya dua hari.

Dengan ragu, akhirnya Aurel langkahkan kakinya ke kamar mandi sambil membawa alat tes itu. Dia lakukan semua prosedurnya dengan benar sesuai yang dipelajarinya, lalu dia menanti hasil sambil mencuci muka di wastafel.

Aurel tatap wajahnya sendiri di cermin, sudah jauh lebih segar ketimbang saat bangun tidur tadi, hanya rambutnya saja yang masih berantakan karena diikat asal.

Setelah menetralkan nafasnya, Aurel tatap alat tes kehamilan di sisi wastafel yang sengaja dia balik posisinya. Dengan segala keberanian yang tersisa, Aurel raih alat itu dan dia balik posisinya.

 Dengan segala keberanian yang tersisa, Aurel raih alat itu dan dia balik posisinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua garis.

Berulang kali Aurel pastikan yang dilihatnya tidak salah. Dan benar, dua garis berwarna merah melintang bersebelahan dengan sangat jelas. Bukan garis samar atau hanya satu garis.

Tangan Aurel menangkup mulutnya yang hampir saja berteriak, lalu isakannya mulai terurai dalam sunyi. Tubuhnya lemas semua sampai alat tes kehamilan itu akhirnya lolos begitu saja ke lantai.

Tubuh Aurel bergetar hebat seiring isakannya semakin kencang. Dia cengkeram kuat ujung wastafel untuk menahan suaranya agar tidak jadi berisik.

Hingga saat ingin mengambil kembali alat tes kehamilan itu, tangan Aurel tak sengaja menyampar vas bunga yang berada di sudut wastafel, vas kaca itu terjatuh dan pecah di lantai.

Meeting You Was A Nice Accident || Kim Doyoung & Kim SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang