12. Benar-benar Berakhir

68 10 0
                                    

Di Senin pagi yang dingin, Selena datang menjemput Aurel di apartemen untuk bertemu langsung dengan pihak yang akan membeli sekolah milik Aurel.

Aurel melarang Bayu ikut, karena dia tidak ingin Bayu merasa tidak nyaman dengan pertemuan yang bisa dibilang penting ini. Bayu juga setuju-setuju saja, dia sudah punya rencana sendiri, seperti berbelanja beberapa kebutuhan dan untuk sekedar mengisi kulkas. Aurel tidak keberatan untuk itu.

Selena berusaha menenangkan Aurel yang gugup, karena kini keduanya sudah sampai di gedung Yayasan yang akan membeli sekolah Aurel. Salah satu Yayasan seni terbaik di kota ini.

Selena tak sedikitpun meninggalkan Aurel, terutama saat akhirnya tanda tangan dilabuhkan pada kertas kesepakatan kedua pihak. Meskipun dengan sedikit gemetar, Aurel berhasil.

"Good job, kak" ucap Selena sesaat setelah mereka keluar dari gedung itu

"Thank you, Sel. Makan siang dulu yuk, aku kangen pasta di dekat sekolah kita deh" jawab Aurel santai

Aurel dan Selena memang seringkali pergi berdua, apalagi di antara seluruh staff sekolah Aurel, hanya mereka yang orang Indonesia. Aurel menganggap Selena seperti adiknya sendiri, begitu Selena yang menganggap Aurel seperti kakaknya.

Mereka bertemu di himpunan mahasiswa Indonesia yang kuliah di Edinburgh College of Art, dan ternyata sama-sama berasal dari program studi seni musik, hanya beda angkatan.

"Gimana kakak bisa ketemu sama kak Bayu?" tanya Selena saat mereka selesai memesan makanan di resto favorite mereka

"Well, dia teman abangku di kampus sampai sekarang kerja jadi sekretaris abangku di kantor, orang tuaku kenal akrab sama dia. Ya singkat cerita orang tuaku berencana memperkenalkan kita, akhirnya kita ketemu dan ya... begitulah" cerita Aurel singkat

"He looks love you so much, kak" ujar Selena

"Really?"

Selena mengangguk semangat, "Tadinya aku pengen menghakimi laki-laki mana yang udah bikin kakak sebucin itu, tapi pas lihat dia orangnya, aku mundur. Dia terlihat benar-benar tulus sama kakak"

Aurel tersenyum simpul, "Yes he is, that's why I love him so much"

"Bahagia terus ya, kak. Makasih udah bawa aku sampai ke titik ini" ucap Selena mendadak sendu

"What do you mean 'bawa'?" tanya Aurel setengah becanda

"Ya, aku memilih Edinburgh karena aku udah jatuh cinta dengan kota ini sejak kecil, jadi aku nggak mau cepat-cepat berpisah sama kota ini. Kalau aja waktu itu kakak nggak ajak aku buat bangun sekolah itu, mungkin sekarang aku nggak di kota ini lagi" jelas Selena

Aurel menunduk, dia ingat bagaimana dulu orang tua Selena terus memaksa Selena untuk pulang dan melanjutkan perusahaan ayahnya. Selena diberi kesempatan untuk kuliah sesuai passion nya, asal setelah itu dia tetap melanjutkan perusahaan ayahnya.

"Kamu nggak mau pulang, Sel?" tanya Aurel pelan

Selena menggeleng pelan, "Aku masih merasa bersalah sama orang tuaku, kak. Aku nggak sanggup ketemu mereka"

"Terus kamu juga nggak mau nikah?" tanya Aurel lagi, persis pertanyaan yang Tama berikan padanya dulu

Selena menunduk sejenak, lalu kembali menatap Aurel, "Mau, kak. Pacarku pun udah sering bahas, dia juga udah kenalin aku ke keluarganya, tapi aku merasa aku harus selesaikan masalahku dulu, baru aku bisa nerima dia masuk ke kehidupanku"

"Then, fix it!" ucap Aurel

Selena sepenuhnya menunduk. Aurel tak mengatakan apapun lagi, dia sedang menata kalimat nasihat agar Selena tidak tersinggung.

Meeting You Was A Nice Accident || Kim Doyoung & Kim SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang