39. Air Mata Penyesalan

7.5K 289 115
                                    

🌹السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 🌹

"Hallo, saya kembali lagi, jangan lupa vote dan komen ya. Maaf jika lama up nya."

🌹بسم الله الرحمن الرحيم 🌹

"Apabila ada yang memaki kita, jangan memaki balik, sabarlah. Jaga adab sebagai orang berilmu. Jadilah seperti kayu gaharu, apabila dibakar semerbak bau wanginya."

(Abah Guru Sekumpul)

🌹🔪🌹🔪🌹🔪

Air Mata Penyesalan
by LieWeyWey

Air Mata Penyesalanby LieWeyWey

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AMP

Tiga hari sudah berlalu atas meninggalnya Umi Fima istri dari pemilik pesantren ternama yaitu Abi Basyor. Selama itu juga Gabriel dan ibu Liana belum pulang. Mereka ingin menemani keluarga pesantren dan sekaligus Alifa kecil tidak mau ditinggal oleh Gabriel.

Seperti sekarang, Alifa kecil masih terus menangis walaupun hanya tangisan kecil. Gadis ini sesegukan akibat terlalu banyak menangis, Gus Awan hanya melihat adiknya yang digendong oleh ibu Liana.

Gus Awan ingin menangis sambil berteriak keras untuk melampiaskan rasa sesak karena ditinggalkan oleh sang Umi. Namun itu semua tidaklah berguna, jika menangis bisa mengembalikan Umi Fima mungkin dia sudah melakukan hal tersebut.

Malam hari yang sudah menunjukkan pukul 22:00 malam nampak sunyi, ditambah lagi dengan rintikan hujan yang datang dari langit hingga turun ke bumi. Gabriel duduk di samping Gus Awan yang hanya melamun sedari tadi. Tangannya menyentuh pundak anak pemilik pesantren sekaligus penerus Abi Basyor.

Gus Awan menoleh ke samping dan langsung disambut oleh senyuman tulus dari Gabriel. Mata Gus Awan sedikit berair di bagian sudut, lalu memeluk laki-laki yang berada di sampingnya karena sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri.

"Jangan menangis, nanti Umi akan sedih."

"Mii Umii." Alifa kecil menoleh ke arah Gabriel yang baru saja bersuara.

"Aku gak kuat kak. Alifa juga masih kecil dia sangat membutuhkan kasih sayang Umi."

"Abang, Umii itu Umii." Alifa memanggil Gus Awan sambil menunjuk-nunjuk ke arah luar rumah.

Gus Awan melepaskan pelukan tadi dan melihat adiknya, ia tersenyum.

"Iya dek, Umi di luar sekarang."

"Sudah. Jangan bersedih ikhlaskan Umi kamu ya Nak," ucap ibu Liana.

"Iya, Bu."

"Sekarang Alifa tidur ya Nak." Ibu Liana membawa Alifa ke dalam kamar milik gadis kecil yang sedang dia gendong.

Air Mata Penyesalan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang