40. Air Mata Penyesalan

7.6K 289 88
                                    

🌹السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 🌹

"Hallo, saya kembali lagi, jangan lupa vote dan komen ya. Maaf jika lama up nya."

🌹بسم الله الرحمن الرحيم 🌹

اَللَّٰہُمَّ صَلِّ عَلَیٰ سَیِّدِنَا مُحَمَّدِِ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
"Hidup itu gak usah dibuat sulit dan ruwet, asal gak maksiat, menjadi pribadi yang menyenangkan dan bermanfaat bagi orang banyak serta tidak mengusik hidup orang lain. Itu sudah cukup"

(Gus Baha)

🌹🔪🌹🔪🌹🔪

Air Mata Penyesalan
by LieWeyWey

Air Mata Penyesalanby LieWeyWey

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

AMP





Suara monitor rumah sakit terdengar jelas di telinga. Pria itu menutup matanya dengan kedua tangan sambil menangis. Hampir saja dirinya ikut mati kemarin bersama sang istri, namun keajaiban dari Allah datang langsung menghampiri.

Ibu Tria memukuli pundak Alaska pelan karena kesal, marah, sedih dan tenaganya juga sudah tidak ada lagi. Wanita paruh baya ini menangis sambil sesekali mendongak. Perlahan tangan Alaska ia buka dari menutupi wajahnya. Dia peluk mertuanya itu sambil menangis.

"Harus berapa kali anak Ibu masuk ke rumah sakit, Nak?" Tangannya masih tidak berhenti memukul sang menantu.

Alaska mengeluarkan pisau kecil yang berada di dalam saku celana, itu sengaja dia bawa sebelum pergi ke rumah sakit. Ia berikan pisau kecil itu kepada mertua perempuannya.

"Ayo Bu, silahkan bunuh Alaska karena pria ini memang sudah terlalu banyak menyakiti hati Alifa. Dan aku juga sudah tidak peduli lagi dengan hidup ini jika harus tanpa istriku."

Pak Sudar langsung mengambil pisau kecil tadi dan membuangnya jauh ke luar. Setelah itu dia kembali lagi kepada istri dan menantunya.

"HENTIKAN PERLAKUAN KONYOL KAMU ITU ALASKA."

"Ayah, m-maaf."

"T-tria maafkan aku." Ibu Sulastri datang sambil bersujud di kaki besannya.

Ibu Tria yang sudah sakit hati jadi tidak menghiraukan wanita ini. Namun tidak bisa, mereka belajar agama dan memiliki hati yang lembut. Akhirnya ibu Tria melepaskan pelukan dari menantunya dan membantu ibu Sulastri bangun.

"Kenapa harus seperti ini dulu baru kamu menyesal? Kenapa harus bersujud di kaki saya yang kumuh ini dulu baru kamu menyesal? Bukankah kamu sangat jijik berdekatan dengan keluarga kumuh seperti kami?" Ibu Tria menatap mata wanita kaya ini dengan sangat dalam.

Air Mata Penyesalan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang