Rumah megah dengan gaya khas Eropa ini adalah tempat tujuan paman dan bibi Hwang. Di malam yang begitu dingin ini, mereka turun dari mobil dan masuk kedalam rumah yang tampak sangat sepi.
Hanya ada dua orang penjaga yang menyambut.
"Sepi sekali"Marvin bisa mendengar komentar Yasmine karena mereka berjalan bersebelahan.
Marvin mengangguk, ia tidak mengucapkan sepatah katapun untuk menjawab. Langkahnya terus berjalan hingga telah sampai didalam rumah.
"Selamat datang, tuan dan nyonya Hwang. Tuan dan nyonya besar menunggu di ruang makan"Seorang maid datang menyambut setelah membukakan pintu.
"Baik. Terima kasih."
Desain yang sangat memanjakan mata. Marvin menyukai gaya rumah ini, tampak elegan dan juga keren karena terdapat banyak barang-barang antik khas Eropa.
Hingga ia menangkap figur perempuan yang juga sedang menatapnya, Marvin terdiam sejenak. Ia dan perempuan itu sama-sama membeku dan terkunci dalam tatapan tanpa ekspresi. Hingga pada akhirnya, keduanya saling membungkuk hormat dan berjalan menuju ruang makan.
---
"Dan kau tahu, Rina? Sepupuku malah menyetujui untuk menikahi Yunjin menggantikan mendiang calon suami perempuan itu. Aku sangat marah karena setelah kami pulang dan dalam perjalanan, ia mengakui bahwa dirinya sudah memiliki kekasih dan sekarang sudah menginjak tahun kedua."
Arinna menaikkan sebelah alisnya mendengar cerita dari Yasmine. Jika menjadi Yasmine pun, ia akan sama marahnya karena sepupu Yasmine telah memainkan banyak hati dan juga bersikap spontanitas tanpa berpikir panjang.
"Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran sepupumu, Yasmine. Ada banyak cara lain, tetapi mengapa harus dengan cara seperti itu?"Tanya Arinna, ia yang semula berbaring di atas ranjang pun kini mengubah posisinya menjadi duduk dengan posisi tegak.
"Kami sekeluarga akan bicara lebih lanjut lagi untuk memberi waktu pada sepupuku. Aku harap ia berpikir kembali sebelum semuanya terlambat, ah aku hampir gila dengan ini semua."
"Baiklah. Kau juga harus segera istirahat, Yasmine. Lanjutkan saja ceritanya nanti."
"Baik. Kalau begitu, aku tutup teleponnya."
Tut.
---
"Selamat pagi, tuan putri."
"Oppa?!"
Tawa terdengar dari Marvin saat Arinna langsung memeluknya erat setelah membuka pintu kamarnya. Ia turut membalas pelukan sang gadis pujaan hati, kemudian mencium puncak kepalanya penuh sayang.
"Wah, ada yang merindukanku rupanya. Oh, oh! Jangan menangis, sayang. Aku sudah kau peluk"Goda Marvin, ia mengusap pelan pipi Arinna yang sudah basah oleh air mata.
"Aku pikir kau tidak akan kesini secepat ini, oppa. Kau juga tidak mengabari"Jawab Arinna, kembali ia peluk tubuh kekar nan semampai didepannya ini penuh sayang dan penuh rindu.
Marvin mengulum senyum tipis, ia mengusap lembut punggung kecil Arinna yang ideal. "Sebuah kejutan? Maaf telah mengejutkanmu, sayang."Bisiknya pelan, kemudian Marvin mengangkat dagu Arinna kemudian menciumnya dengan lembut.
Arinna turut membalas ciuman Marvin, ia memejamkan matanya saat sang lelaki menarik pinggulnya mendekat. Arinna mengalungkan kedua tangannya ke leher kemudian menariknya hingga membuat wajah Marvin semakin sangat dekat pada wajah Arinna.
Ciuman itu cukup intens. Dan pada akhirnya Arinna melepaskan pagutan mesra mereka setelah merasa pasokan oksigennya menipis.
"Aku juga sangat merindukanmu."Marvin membuka suaranya, tangannya bergerak mengusap bibir Arinna yang basah dan sedikit bengkak karena ulahnya.
Arinna terkekeh pelan, ia berjinjit dan mengecup bibir Marvin dengan singkat kemudian kembali memeluk sang kekasih. "Biarkan seperti ini dulu, tubuhmu sangat nyaman sekali untuk aku peluk"Pintanya.
"Peluk saja aku sepuasnya."
"Maafkan aku, Arinna."
TBC?
Fyuh..
KAMU SEDANG MEMBACA
Become a Mommy || Winrina (✓)
Fanfiction"Mommy! Mommy!" "Hm?" Arinna Lawson dibuat kebingungan saat seorang bocah perempuan menarik-narik jas yang ia kenakan sembari memanggil dirinya dengan sebutan "Mommy" winrina fanfiction. warn! genben!