35 - Second Chance

1.9K 274 17
                                    

Memutuskan untuk mengantar Arinna ke apartemennya setelah sampai bukanlah masalah untuk Marvin. Winter telah dibawa oleh Ray dan Yasmine pulang, putrinya itu sama sekali tidak rewel meskipun pada awalnya ingin terus bersama Arinna.

Tapi Marvin ingin lebih dekat dengan Arinna saat ini, ia ingin menikmati suasana berdua bersama gadis yang masih ia cintai itu dalam hening.

Kedua netra tajamnya kini menangkap figur Arinna yang terlelap lelah. Marvin mengulum senyum tipis, ia mengusap surai hitam sang gadis dengan hati-hati. Lampu merah masih menyala, ada waktu bagi Marvin untuk menikmati visual indah Arinna yang memanjakan mata.

"Apa yang kau lihat?"Suara serak Arinna terdengar, gadis itu bicara lirih dengan kedua matanya yang masih tertutup rapat.

Jelas Marvin sedikit terkejut, ia tidak menyangka jika Arinna telah bangun dari alam mimpinya.

"Aku melihatmu"Jawab Marvin dengan tenang, ia menjalankan mobilnya setelah lampu hijau menyala.

Keduanya kembali hening, Arinna membuka matanya setelah dirasa ia telah terlelap sedikit lebih lama. Kemudian kedua netra jernihnya melihat kearah Marvin yang kini terfokus pada jalanan, gadis itu menegakkan tubuhnya dan tertegun saat melihat sebuah mantel besar menyelimuti tubuhnya.

Mantel milik Marvin.

Melihat sekilas pergerakan Arinna, Marvin memelankan laju mobil agar gadis ayu itu bisa menyamankan kondisi tubuhnya. "Sebentar"Ujarnya.

Mobil pun terhenti, dan Arinna bisa melihat Marvin keluar dari mobil kemudian sedikit berlari masuk kedalam minimarket. Kedua tangan gadis itu meremas mantel milik Marvin dan semakin menyelimuti tubuhnya yang dingin dengan mantel besar itu.

Udara sangat dingin.

Tak selang beberapa menit, Marvin kembali masuk kedalam mobil. Lelaki itu menyerahkan sebotol air mineral, sedangkan tangannya yang lain menyimpan rokok yang ia beli di saku celana bahannya.

Arinna melihatnya, seketika ia merasa tidak suka pada benda yang Marvin simpan di saku celananya.

"Minumlah"Marvin berujar, ia tersenyum saat Arinna menerima pemberiannya.

"Terima kasih"

"Sama sama"

Marvin memilih untuk menunggu Arinna selesai minum sebelum kembali menjalankan mobilnya, namun ia merasa sedikit nyeri pada lengan kanannya yang masih dibalut oleh perban. Seketika teringat bahwa ia belum mengganti perbannya karena lupa.

"Ah ternyata masih belum ada perubahan, masih terasa sakit."Monolog Marvin begitu pelan, ia melihat pantulan lengannya pada kaca spion mobil.

Sedangkan besok ia harus langsung aktif kembali bekerja, semoga saja luka ini tidak merepotkan.

Arinna menoleh, ia melihat Marvin meringis kecil sembari mengusap lukanya yang terbalut perban. Dalam hati ia bertanya, apakah lelaki itu kembali merasakan sakit pada lukanya?

Apakah sebelum pulang ke Manhattan, Marvin sudah mengganti perban lukanya?

"Apakah kita akan terus diam disini?"Tanya Arinna, kembali nada suaranya terdengar dingin dan datar. Marvin langsung merubah raut wajahnya saat menoleh pada Arinna.

Lelaki itu tampak terlihat tenang dan baik-baik saja. "Tidak, aku akan mengantarmu dengan selamat."Jawabnya dengan lembut, setelah memastikan Arinna siap, ia menjalankan kembali mobilnya.














---














"Winter, mengapa melamun?"

Yasmine mendekati Winter yang nampak terlihat sedih, padahal didepannya telah tersedia coklat kesukaannya dan juga beberapa jelly. Namun nampaknya putri dari Marvin Kim ini nampak murung.

Become a Mommy || Winrina (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang