"Sudahkah kau melamar Arinna didepan orang tuanya secara resmi?"
Pertanyaan Ray membuat Marvin terdiam hingga tugas mereka selesai, lelaki bermarga Kim itu nampak seperti terlihat memiliki beban hidup yang berat ketika dilihat dari raut wajahnya.
Oh, ingatkan juga bahwa kini Arinna sedang merajuk pada Marvin perihal dokter bedah Kim Chaewon yang tidak sengaja masuk dalam topik pembicaraan mereka berdua. Marvin tidak akan lupa untuk memikirkan cara agar Arinna tidak lagi merajuk.
Tapi yang sekarang telah masuk menjadi topik paling utama adalah; melamar dan meresmikan hubungannya dengan Arinna didepan keluarga Lawson.
Tentu ini bukanlah hal yang mudah ataupun sulit; sedang-sedang saja. Tetapi, Marvin juga harus menyiapkan diri agar siap dan tenang dihadapan mereka.
Haruskah ia datang seorang diri ke kediaman keluarga Lawson atau memboyong paman dan bibi Hwang untuk menjadi saksi hidupnya melamar dan meminta Arinna pada keluarga Lawson?
Oh, haruskah Marvin mengatakan pada Arinna bahwa ia akan melamarnya secara resmi dihadapan orangtuanya?
Aduh, Marvin mendadak menjadi sakit kepala. Namun tidak jadi sakit kepala saat melihat ponselnya memperlihatkan notifikasi panggilan dari Arinna, reflek saja ia langsung mengambil ponselnya dengan kecepatan kilat dan mengangkat panggilan tersebut.
"Halo, sayang? Akhirnya---"
"Tuan Kim? Saya hanya ingin memberitahukan anda bahwa dokter Lawson sedang mendapatkan perawatan diruang intensif--"
Tut.
"Uh? Dimatikan?"Monolog dokter dengan nametag Kim Chaewon yang terpasang di jas putih miliknya, ia kemudian menenangkan bocah perempuan yang sedang menangis tersedu duduk di kursi tunggu.
"Huhuhu! Mommy kenapa?! Mommy Winter tidak berdarah kan, dokter??!"
Winter masih menangis, tetapi ia berusaha untuk melihat Chaewon yang sekarang memasang senyuman tipis padanya. Dokter bedah yang merupakan rekan kerja Arinna itu berusaha menenangkan Winter dengan memeluk dan mengusap bahu kecil itu penuh hati-hati.
Sebenarnya satu jam yang lalu, Chaewon bertemu Arinna dan membawa Winter kedalam ruangannya dengan sedikit tergesa. Padahal jam kerja Arinna telah selesai, mungkin ada urusan yang tidak dapat ditunda.
Tetapi ia mendapatkan laporan bahwa Arinna ditemukan tidak sadarkan diri, kebetulan juga Chaewon sendiri sedang berada ditempat yang berada disekitar arena dekat ruangan Arinna hingga berakhirlah disini.
Dan ia juga melihat ponsel milik Arinna tersimpan tidak jauh dari jangkauannya, ia ingin memberitahukan orang terdekat Arinna lewat panggilan darurat. Dan Chaewon menemukan kontak Marvin di nomor paling awal dari daftar kontak.
---
"Hanya kelelahan dan juga dehidrasi, selebihnya tidak ada yang parah. Aku sangat terkejut sekali dengan kedatangan mu, kapten Kim."
Marvin mengusap tengkuknya seraya tersenyum canggung, kini dipangkuan nya sudah ada Winter yang sudah tenang. Ia juga cukup malu mengingat kejadian tadi, Marvin masuk ke ruang rawat Arinna seperti orang mengamuk dan mengagetkan dokter yang sedang memeriksa calon istrinya itu.
"Ah maaf atas kejadian tadi. Dan aku ingin mengucapkan terima kasih telah menangani calon istriku dengan sigap, aku akan menjaga dan merawatnya hingga sembuh."Marvin membuka suara, ia juga bangkit dan membungkuk pada dokter dihadapannya.
Kemudian Marvin berjalan keluar dan tentu saja langsung menemui Arinna di ruang rawatnya.
"Daddy"
"Hm?"
"Mommy tidak berdarah, kan?" Tanya Winter dengan polos, sontak membuat Marvin terkekeh kecil dibuatnya.
"Mommy tidak berdarah, sayang. Hanya saja perlu istirahat sedikit lama, daddy akan menjaga Winter dan mommy Rina agar tidak berdarah karena orang-orang jahat. Kalian sangat berharga lebih dari apapun."Jawab Marvin dengan tentang, ia memberikan kecupan penuh rasa cinta pada pucuk kepala Winter
Marvin sangat menyayangi Arinna dan Winter, tidak ada yang boleh merebut keduanya, keduanya adalah milik Marvin seorang.
Tiada yang lain.
Keduanya masuk kedalam ruang rawat Arinna, sang puan tampak sedang memejamkan kedua matanya. Ketara wajah cantik jelita itu pucat, membuat Marvin merasa sedih hanya sekadar melihatnya barang sedetik saja.
"Mom-"
"Pelan-pelan, nde? Mommy sedang tidur."Tegur Marvin dengan halus kepada Winter yang hendak mendekat pada Arinna.
Winter mengangguk dengan patuh, kemudian setelah turun dari gendongan Marvin, gadis kecil itu berjalan dengan hati-hati takut langkahnya membuat Arinna terusik.
Marvin mengulas senyum tipis, merasa lucu dengan Winter. Kemudian ia melangkah mendekat, kemudian duduk diatas kursi disamping Arinna.
"Maafkan aku tidak bisa menjagamu dengan baik, kau sakit karena aku tidak terlalu memperhatikanmu, Rina."Lirih Marvin dengan pelan, tangannya yang besar itu terangkat dan meraih tangan kiri Arinna yang terbebas dari jarum infus kemudian menggenggamnya sedikit erat.
"Ini bukan salahmu, oppa."
Bisa dengan jelas Marvin melihat Arinna kini membuka matanya dan tersenyum kearahnya, sementara disamping Arinna telah ada Winter yang duduk diatas ranjang.
Beruntung ranjang ini besar sehingga Winter bisa berada satu tempat dengan Arinna.
"Mommy!"Winter langsung memeluk tubuh Arinna yang masih terbaring itu, sontak sang puan tertawa lemah, tangannya yang dipasang jarum infus itu kini mengusap kepala dan punggung Winter dengan penuh sayang.
"Sayangnya mommy mengapa menangis, hm?"Suara lembut Arinna menyapa rungu kedua manusia bermarga Kim yang kini melihatnya dengan tatapan khawatir.
Winter dan Marvin kompak melihatnya.
"Mommy sakit, hiks--huweeeeeee!!!"
"Eh?"
Marvin hendak mengambil Winter dari Arinna, tetapi sang puan menggeleng. Arinna mencoba merubah posisinya menjadi duduk bersandar, Marvin dengan sigap membantu dan merubah posisi bantal dan selimut agar Arinna nyaman.
Kini Winter berada dalam pelukan Arinna, Marvin masih awas menjaga Arinna takutnya terjadi sesuatu pada puan kesayangannya itu. Arinna menyadari dan mengusap lembut lengan kekar Marvin berusaha menenangkan sang lelaki.
Perlahan, Marvin turut tenang. Lelaki bermarga Kim itu tersenyum tipis melihat Arinna terlihat baik-baik saja meskipun wajahnya pucat.
"Sekarang lebih baik? Apa kau merasa ada yang sakit atau tidak nyaman?"Tanya Marvin, memastikan keadaan Arinna. Tentu ia akan siap dan siaga jika Arinna merasakan sakit.
Arinna merespon dengan senyuman, ia menggeleng perlahan. "Aku sudah baik-baik saja, jangan khawatir."
"Mau sakit mu masih belum mereda atau sudah pun. Aku akan tetap disamping mu, karena kalau tidak bersamamu, aku tidak sempurna."
TBC?
Ehehehehhehe! Makasih sudah mampir baca!!
Jangan lupa untuk vote dan komen yaaa!
Makasih banyak!
-zare
KAMU SEDANG MEMBACA
Become a Mommy || Winrina (✓)
Fanfiction"Mommy! Mommy!" "Hm?" Arinna Lawson dibuat kebingungan saat seorang bocah perempuan menarik-narik jas yang ia kenakan sembari memanggil dirinya dengan sebutan "Mommy" winrina fanfiction. warn! genben!