27 - My World

2.2K 290 23
                                    

Arinna terbangun karena merasa terkejut karena kepalanya tiba-tiba saja teringat seseorang, menimbulkan kepalanya langsung terasa nyeri karena dipaksa untuk sadar secara utuh sementara ia beberapa jam ini tertidur cukup pulas.

"Akh"Ringisnya pelan, tangan kirinya memegang kepala sementara tangannya yang lain meraih ponselnya yang tersimpan diatas meja.

Ia terkejut karena mendapat belasan notifikasi berasal dari sebuah nomor tak dikenal. Ada tiga panggilan tak terjawab dan sebelas pesan yang belum dibaca.

Marvin.

Arinna bergegas menuju kamar mandi dengan sedikit tergesa, tak butuh waktu lima menit gadis itu sudah keluar dan berlari kecil menuju pintu apartemennya.











---










"Yah? Apakah dia masih hidup?"

"Masih, lelaki ini masih bernapas. Astaga mengapa ia begitu penuh luka? Apakah ia diserang orang tidak dikenal?"

"Tuan? Tuan? Kau bisa mendengarku?"

Marvin mengernyit saat mendengar suara berisik, ia perlahan membuka matanya dan mendapati orang-orang sedang mengerubunginya dengan raut penasaran dan juga khawatir.

Huh? Sejak kapan Marvin berada disini dengan posisi tidur bersandar pada dinding? Kepalanya mendadak sakit untuk mengingat apa yang terjadi padanya.

"Apakah ada yang sakit? Omo! Tanganmu!?"Marvin melihat ke tangan kirinya, perban yang dipakainya semula berwarna putih bersih, kini berubah menjadi warna merah.

Lukanya kembali sobek, Marvin bisa mengingat apa yang terjadi malam tadi. Namun seketika lamunannya buyar dan sadar penuh saat kini dihadapannya sosok Arinna tengah berjongkok kearahnya sembari memeriksa kondisi tubuhnya.

Arinna merasakan denyut nadi Marvin sedikit lemah, dan juga badannya terasa panas. Gadis itu mengerti apa penanganan selanjutnya yang akan ia berikan pada Marvin.

"Bantu aku untuk membawanya ke rumah sakit. Kondisinya kurang stabil."Pinta Arinna, kedua tangannya kini mengusap keringat dingin di kening Marvin.

Lelaki didepannya ini sangat pucat dengan beberapa lebam dan luka goresan di wajahnya, tentu Arinna kaget dengan kondisi Marvin yang semula ia temui baik-baik saja.

Marvin sendiri tidak bisa membuka mulutnya untuk bicara. Ia terlampau lemas dengan seluruh tubuhnya yang terasa sangat sakit, namun ia sebisa mungkin untuk bangkit dengan tenaganya sendiri agar Arinna tidak kewalahan.

Para lelaki yang ada disana kini mengambil alih tubuh Marvin. Mereka membawa Marvin berjalan pelan keluar, sementara Arinna memutuskan untuk kembali kedalam untuk membawa barang-barang penting kemudian langsung mengunci apartemennya.

Ia berjalan beriringan bersama tetangganya yang merupakan seorang wanita tua, nyonya Lee.

"Apakah kau mengenalnya? Aku mengenalnya, dia seorang polisi berpangkat, Marvin Kim. Kondisinya begitu lemah, apakah ada orang jahat yang melukainya? Kasihan sekali."

Arinna terdiam, kemudian ia tersenyum. "Kami tidak saling mengenal, hanya saja putrinya selalu bermain kemari bersama aunty nya yang merupakan dokter anak di rumah sakit tempat aku bekerja." Jawabnya dengan ramah.

Nyonya Lee hanya mengangguk. "Sayangnya kini ia tinggal seorang diri bersama putrinya, bukan? Ah, dia memang membutuhkan figur seorang istri meskipun terlihat kuat begitu."Ujarnya lagi.

Arinna tidak bisa lagi menjawab. Beruntung saja ia dan Marvin mendapatkan taksi dan mereka pun langsung pergi menuju rumah sakit berdua.

Ia bisa melihat Marvin memejamkan matanya, lelaki itu benar-benar terlihat tidak baik-baik saja sekarang. Arinna membenarkan posisi duduk sang lelaki yang tampak terlihat kurang nyaman, namun tubuhnya membeku saat tangan kekar Marvin kini memeluk pinggangnya erat.

Bahkan kini lelaki itu menyandarkan kepalanya di pundak Arinna. Membuat Arinna sendiri tidak bisa berkutik dengan jantung yang berdegup kencang seperti sedang lomba maraton.

Ini gila!

"Ayo Arinna! Singkirkan lelaki pengkhianat seperti ini! Ia tidak pantas diperlakukan dengan baik!"

"Tidak, Rina. Marvin telah merelakan banyak hal kali ini. Ia bahkan rela terluka hanya untuk melindungi mu. Apakah kau akan tega?"

"Hey! Jangan dengarkan kata hatimu, Arinna! Marvin itu tidak pantas mendapatkan kebaikanmu setelah ia melukaimu dengan begitu hebatnya di masa lalu."

"Rina, dengar aku. Masa lalu memang terasa menyakitkan untuk diingat, tetapi kehidupan harus tetap berjalan, bukan? Seiring berjalannya waktu, Marvin telah mendapatkan hukumannya setelah menyakitimu. Ia sudah mendapatkan banyak rasa sakit setelah menyakitimu hingga sekarang. Ayo bantu ia untuk tenang dan sembuh dari rasa gelisah dan ketakutannya di masa lalu."

Otak dan hati Arinna berperang, membuatnya pusing dan ingin menyingkirkan suara bising keduanya. Namun, seketika ia mulai menyadari dan mendengar suara hatinya.

Haruskah ia memaafkan Marvin dan membuat lelaki itu tenang dari rasa gelisah dan bersalahnya di masa lalu?













---













Marvin terbangun. Ia sangat terkejut dan kesadarannya langsung penuh saat melihat dirinya telanjang dada dengan perban di lengan kanan dan bagian punggungnya terlihat terasa baru.

Juga ia merasakan nyeri di bagian lengannya yang masih belum sembuh akibat terkena tembakan. Sepertinya lukanya kembali terbuka, karena rasanya sangat menyakitkan dari yang sebelumnya.

Marvin sadar betul bahwa ia di rumah sakit. Ia merasa panik saat tidak menyadari ponselnya tidak ada, ia ingin memberikan kabar kepada Arinna karena semalaman ini tidak memberikan kabar.

"Kau masih belum baik-baik saja, Marvin. Kembalilah beristirahat"Sosok Arinna datang dari luar, ia berjalan kearah Marvin yang sudah duduk bersandar.

Marvin menoleh, kemudian bibirnya yang pucat itu melengkung menciptakan senyum saat pandangannya menangkap figur ayu milik Arinna yang tetap saja cantik meskipun hanya memasang wajah dinginnya.

"Aku baik-baik saja dan sudah sembuh. Maaf tidak mengabarimu--"

"Kau kelelahan dan dehidrasi juga demam. Kau butuh istirahat yang cukup, Marvin."

Marvin terdiam, kemudian sekali lagi ia tatap kedua manik bening milik Arinna. "Aku benar-benar baik-baik saja, Rina. Terima kasih telah membawaku kemari dan peduli. Selama kau baik-baik saja, aku pun akan baik-baik saja."

"Karena duniaku sekarang bukan hanya Winter saja, tapi kau juga sudah termasuk, Rina."









Bersambung.

Bagaimana chapter malam ini!? Jangan bilang chapter nya pendek): aku butuh komentar kalian yang seru dan asik itu!

Terima kasih sudah baca! See u guys di chapter selanjutnya!

Hehe






Become a Mommy || Winrina (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang