Arinna telah disibukkan dengan beberapa kegiatan di pagi hari ini setelah baru saja datang ke ruangannya. Jadwalnya hari ini cukup padat, tetapi itu bukanlah masalah besar baginya.
Arinna terbiasa sibuk dan tenggelam dalam pekerjaannya.
Namun seketika entah mengapa ia teringat akan ucapannya pada Marvin kemarin. Apakah ia sangat keterlaluan mengatakan kata-kata seperti itu padanya?
Kata-kata itu, terucap dengan sangat ringan di mulut Arinna tanpa berpikir panjang. Ia masih mengingat raut wajah Marvin yang terdiam dan tersenyum kecil saat mendengar ucapannya, lelaki itu tampak biasa saja seolah ucapan Arinna tidaklah menyakiti hatinya.
Tapi jelas Arinna berpikir dan merasa bahwa ucapannya menyakiti hati Marvin. Ia kelewat jujur pada saat itu, ia kelewat hilang kendali pada saat itu.
Dan sekarang, baik Marvin ataupun Winter--ah, Winter! Gadis kecil itu hari ini belum menampakkan dirinya pada Arinna seperti biasa. Dan yang jadi pertanyaannya adalah..
Tumben sekali? Bahkan Winter tidak pernah absen untuk menemuinya setiap hari bersama Yasmine.
"Mungkin Winter akan datang nanti siang"Monolog Arinna, ia pun langsung memakai jas putihnya kemudian merapikan mejanya setelah mendengar suara ketukan pintu.
Pasien yang akan melakukan konsultasi padanya sudah datang, dan sekarang waktunya untuk tidak memikirkan Winter juga menyimpan rasa bersalahnya pada Marvin.
---
"Sudah siap?"
"Hmm~"
Marvin melihat raut murung Winter yang kini telah berpakaian rapi dengan tas ransel yang ia gendong. Hari ini hingga tiga hari ke depan, Marvin akan membawa Winter ke Korea Selatan untuk sekadar berlibur singkat dan menemui kerabat dari mendiang orang tuanya yang jarang ia kunjungi kediamannya.
"Mengapa murung begitu, hm? Apakah Winter tidak rindu halmoni dan haraboji? "Marvin berjongkok untuk menyamai tingginya dengan tinggi Winter.
Marvin sudah mengenalkan mendiang orang tuanya kepada Winter dan juga memberitahu putrinya bahwa orang tuanya sudah tiada dan dimakamkan di Korea. Winter pun tahu bagaimana kedua wajah kakek dan neneknya, karena Marvin memperlihatkan album foto yang ia miliki kepada Winter.
"Winter rindu, tapi mommy bagaimana? Winter rindu mommy"Tanya Winter dengan sendu, ia ingin sekali Arinna untuk ikut ke Korea.
Tetapi Winter tidak mengetahui betapa buruknya hubungan antara Marvin dan Arinna.
Marvin mengulas senyum tipis, ia mengusap lengan kecil Winter penuh sayang. Dalam hati merasa sesak karena lagi dan lagi sang putri terus mengikutsertakan nama Arinna disetiap kali mereka bicara.
Marvin sama rindunya dengan Winter, bahkan lebih. Namun keadaan memaksanya untuk berjarak dengan Arinna. Sulit sekali rasanya menjelaskan pada Winter bahwa Arinna tidak lagi ingin bertemu dengan Marvin, Winter terlalu kecil untuk mengetahui masalah yang terjadi diantara kedua orang tuanya.
"Mommy Rina bersama aunty Yasmine. Jika Winter rindu dengan mommy Rina, daddy akan menghubunginya untuk Winter ketika kita sudah sampai disana."Tenang Marvin, membuat raut murung Winter berubah menjadi tertarik dengan ucapannya barusan.
"Mau! Mau! Daddy janji!?"
Marvin mengangguk, ia melingkarkan jari kelingkingnya pada kelingking mungil milik Winter. "Daddy berjanji pada putri daddy"Jawabnya.
Dan Marvin, bisa kembali mendengar pekikan senang dan juga bisa melihat senyum lebar milik Winter.
Yang membuatnya tersadar betul bahwa ternyata kebahagiaan Winter adalah Arinna.
---
"Mencari Winter atau daddy nya?"
"Astaga!"
Yasmine tiba-tiba muncul di hadapan Arinna yang baru saja membuka pintu kamar mandi untuk keluar. Bisa Yasmine lihat raut terkejut dan kesal Arinna, ia terkekeh.
"Marvin membawa Winter ke Korea. Semenjak tinggal disini dan bergabung dengan kepolisian, Marvin jarang pulang ke korea untuk menemui mendiang orang tuanya."
"Aku tidak bertanya."Balas Arinna dengan singkat, ia berjalan menuju wastafel dan mencuci tangannya.
Yasmine menaikkan kedua alisnya kemudian berjalan mendekati sang sahabat. "Setidaknya kau pasti menanyakan keberadaan Winter mu. Dan alasannya menghilang hari ini adalah dia ikut Marvin."Ujarnya lagi.
"Berapa lama Winter disana?"Tanya Arinna, ia melihat pantulan wajah Yasmine didepan cermin.
"Empat hari. Dan besok aku akan menyusul mereka bersama Ray, hitung-hitung libur cuti. Apakah kau mau ikut?"
"Tidak."
Yasmine menaikkan sebelah alisnya saat mendengar jawaban singkat Arinna. Uh, sahabatnya ini berada di mode dingin rupanya.
"Tidak merindukan Winter?"Tanya Yasmine.
Arinna menghela napasnya kemudian menoleh kearah Yasmine yang masih setia menatapnya. "Tentu saja rindu, aku bisa menemui Winter saat ia sudah kembali disini tanpa harus ikut denganmu untuk kesana"Jawabnya.
Yasmine menghela napas. Sepertinya ia mengalah saja ketimbang harus terjebak obrolan yang tidak Arinna sukai seperti ini.
"Aku sungguh sibuk."Lirih Arinna, kemudian ia tersenyum tipis pada Yasmine.
"Sampaikan rinduku pada Winter, aku akan memberikan banyak hadiah untuknya saat dia sudah pulang kemari."
---
"Yasmine? Bolehkah kau berikan telepon ini pada Arinna? Winter ingin bicara"
"Apakah kau juga ingin bicara pada Arinna?"
Marvin terdiam sejenak, kemudian tersadar setelahnya. "Tidak. Ia pasti tidak akan nyaman, cepat berikan pada Arinna."
"Rina, Marvin ah maksudnya Winter ingin bicara denganmu"
"Ah? Baiklah."
"Halo, Winter?"
Suara lembut itu kembali ia dengar, penuh rasa kasih sayang dan hangat. Suara itu hanya diperuntukkan bagi Winter seorang, jika nada bicara Arinna pada Marvin sendiri terdengar dingin dan juga singkat.
Marvin memberikan ponselnya kepada Winter yang tampak tidak sabar ingin berbicara dengan sang mommy.
"MOMMY!! Winter sangat rindu pada mommy!!"
Suara tawa Arinna terdengar oleh Marvin, ia sengaja mengaktifkan loud speaker pada telepon Winter dan Arinna semata hanya untuk mendengarkan suara gadis itu.
"Mommy juga rindu pada Winter."
"Apakah mommy juga rindu daddy ku, mommy?"
"..."
Diluar nurul pertanyaan Winter.
TBC?
Wah udah lama gak up, kira-kira pantes gak sih Marvin dikangenin sama Arinna?
KAMU SEDANG MEMBACA
Become a Mommy || Winrina (✓)
Fanfiction"Mommy! Mommy!" "Hm?" Arinna Lawson dibuat kebingungan saat seorang bocah perempuan menarik-narik jas yang ia kenakan sembari memanggil dirinya dengan sebutan "Mommy" winrina fanfiction. warn! genben!