"Daddy, apakah sakit?"
Marvin melihat kearah Winter yang kini sedang ia temani mewarnai buku gambar. Sekarang mereka berada di apartemen milik Yasmine, sengaja sepupunya itu mengajak Winter dan Marvin untuk sementara tinggal di apartemennya.
Mengingat kondisi Marvin yang tidak mungkin untuk tinggal berdua saja dengan Winter. Yasmine tidak tega dan tentu saja Ray juga mengusulkan hal yang sama, ia juga merasa khawatir dikarenakan luka Marvin cukup serius dan memang butuh pemulihan yang lama.
Winter bisa melihat perban putih kini terpasang di lengan kanan sang daddy, ia juga bisa melihat perban berwarna coklat terpasang di bagian dada. Marvin sementara waktu harus memakai baju kemeja lengan pendek untuk memudahkan aktivitasnya.
Sudah ditutup pun, tetap perban-perban ini akan terlihat oleh Winter. Gadis kecil itu kini kedua matanya berkaca-kaca hendak menangis, ia pikir pasti Marvin sangat kesakitan karena ditubuhnya dipakai benda-benda seperti itu.
Bahkan ia juga melihat sebuah plester menutupi pipi kanan Marvin dan ada beberapa goresan kecil di kening dan hidung bagian atas daddy nya itu. Membuat Winter merasa tidak tega melihat Marvin terluka.
Melihat Winter yang hendak menangis membuat Marvin refleks mengangkat tubuh Winter dan membawanya kedalam gendongannya. Lelaki itu merasakan sakit dan terkejut di seluruh tubuhnya saat mengambil keputusan untuk mengangkat tubuh Winter.
Rasanya begitu ngilu, dan sekarang wajah Marvin sedikit pucat menahan sakit. Tapi ia tidak mau membuat Winter khawatir dan ia tidak mau terlihat lemah di depan putrinya.
Marvin harus kuat. Ia harus baik-baik saja untuk Winter.
"Lihat! Daddy baik-baik saja, sayang. Daddy bisa menggendong Winter."Ujar Marvin, kemudian dirinya memberikan ciuman-ciuman kecil di wajah Winter hingga membuat gadis kecil itu tergelak geli.
Keduanya tertawa, dan Winter memeluk Marvin erat.
Sementara itu, Yasmine sedang menyiapkan beberapa perban dan peralatan untuk luka di kotak P3K yang ia miliki. Ia akan membantu Marvin mengganti perbannya, mengingat sepupunya itu akan kesulitan jika melakukannya sendiri.
Namun belum sempat ia hendak beranjak, sosok Ray berjalan masuk terburu-buru dengan dibelakangnya juga terlihat Arinna yang memutuskan untuk mengunjungi apartemen Yasmine.
"Sayang, aku tidak bisa melakukannya sendirian. Ternyata sangat sulit"Ray langsung memperlihatkan perban di telapak tangan kirinya yang tidak terpasang sempurna, membuat Yasmine langsung sigap menangani Ray.
Sementara Arinna kemari bermaksud untuk menemui Winter dan mengajak semuanya untuk sarapan dengan masakan yang ia masak di apartemennya. Yasmine yang menyadari presensi Arinna, ia melihat sang sahabat sedang menyimpan beberapa paper bag ditangannya keatas meja makan.
Ia sebenarnya ingin meminta tolong Arinna untuk menggantikan perban Marvin. Tapi, akan sangat ribet jadinya dan juga tidak akan mungkin bisa Yasmine lakukan mengingat hubungan keduanya tidak baik.
"Aku tidak mengerti mengapa kau bisa memasang perban seperti ini, sayang."Yasmine berujar sembari membenarkan letak perban di telapak tangan Ray.
Ray memasang wajah cemberut, jika saja Marvin melihat, mungkin lelaki itu akan merasa jijik dengan ekspresi wajah Ray.
"Awalnya aku ingin memakainya sendiri. Tapi sangat sulit. Ah, bagaimana dengan Marvin? Apakah perbannya sudah diganti?"
"Belum, bagaimana bisa aku mengganti perbannya jika sekarang aku sedang mengobati lukamu, tuan Shin?"
Ray tertawa melihat raut wajah kesal Yasmine. Dan interaksi keduanya tertangkap dan terdengar oleh Arinna yang sedang menata alat makan untuk sarapan.
"Winter sudah bangun?"
Yasmine dan Ray menoleh, sosok Arinna kini berjalan mendekati sepasang kekasih itu.
"Sudah. Sebentar lagi akan datang ke--"
"MOMMY!!!!"
Teriakan antusias dari Winter mendistraksi jawaban Yasmine. Gadis kecil itu turun dari gendongan Marvin dengan sedikit tergesa, membuat Arinna, Yasmine, dan Ray bisa melihat ekspresi wajah Marvin yang terkejut dan nampak pucat menahan sakit akibat gerakan tiba-tiba Winter.
"Astaga, Winter berhati-hati lah."Ujar Ray, ia melihat Marvin memberikannya isyarat untuk jangan memarahi Winter.
Arinna terdiam, kemudian ia tersenyum saat Winter memeluk kakinya erat dengan senyuman cerahnya yang menyambut pagi Arinna menjadi sangat lebih cerah.
"Selamat pagi, Winter! Wah sudah sangat cantik rupanya hari ini."Arinna menyamakan tinggi tubuhnya dengan Winter, ia terkekeh pelan saat gadis kecil itu mengecup kedua pipinya tiba-tiba.
Marvin turut tersenyum melihat pemandangan di depannya. Hatinya menghangat melihat interaksi Arinna dan Winter yang sangat dekat.
Winter memang membutuhkan figur Arinna.
"Yasmine, tolong siapkan vitamin dan susu untuk Winter untuk hari ini, ya? Agaknya aku sedikit sulit menggerakkan tanganku karena dua kali dikejutkan oleh tingkah lucu Winter."Ujar Marvin sedikit terkekeh.
"Kau? Mau aku buatkan apa? Oh iya perbanmu--"
"Nanti saja, aku akan kembali ke kamar untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan. Kalian sarapan lah lebih dulu. Arinna pasti tidak akan nyaman jika aku berada disana."Jawaban Marvin membuat Yasmine dan Ray terdiam.
Kemudian lelaki jangkung itu berbalik dan beranjak pergi, tidak mungkin ia merusak pagi hari Arinna yang indah oleh kehadiran Marvin diantara gadis itu dan Winter.
Marvin sangat sadar diri.
Di sela mendengarkan Winter yang sangat antusias bercerita kepadanya. Tidak sengaja Arinna menangkap figur belakang Marvin yang perlahan menjauh, ia bertanya-tanya mengapa lelaki itu tidak ikut untuk sarapan.
"Ah, Marvin tidak bisa dilawan. Lelaki itu terlihat sakit tapi tetap saja peduli pada pekerjaan."Celetuk Ray.
"Setelah ini aku akan mengantarkan sarapan dan juga mengganti perbannya"Yasmine datang dan memberikan segelas susu pada Winter yang kini sudah duduk dipangkuan Arinna.
"Mommy, tadi saat Winter pegang tangannya panas sekali, Winter kaget. Tapi daddy bilang, itu tidak apa-apa."Cerita dari Winter membuat Arinna dan Yasmine saling menatap satu sama lain.
"Ah, aunty akan ke--"
"Winter sayang, mommy ingin bertemu dengan daddy mu sebentar tidak apa-apa?"
"Daddy mu sedang tidak baik-baik saja, Winter. Dan sialnya mengapa aku menjadi mengkhawatirkan dirinya."
Bersambungg~~~
Wuih, ada kemajuan gaksieee neng Arinna iniihhhh hehehe wkwk.
Yuk ramein kolom komentar yuk!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Become a Mommy || Winrina (✓)
Fanfiction"Mommy! Mommy!" "Hm?" Arinna Lawson dibuat kebingungan saat seorang bocah perempuan menarik-narik jas yang ia kenakan sembari memanggil dirinya dengan sebutan "Mommy" winrina fanfiction. warn! genben!