23 - Yes, I Miss Her

2.3K 303 22
                                    

Mengajak Winter mengelilingi Busan dan memperkenalkannya pada budaya juga makanan khas disana memanglah sangat menghibur. Berawal dari pukul delapan pagi hingga sekarang sudah menunjukkan pukul enam sore, Marvin melihat energi Winter tidak habis dan semakin aktif membuatnya sedikit kewalahan.

"Daddy! Daddy! Ayo kita makan es krim!"Ajak Winter dengan antusias, seharian ini gadis itu belum memakan makanan manis nan dingin kesukaannya itu.

Marvin seharian ini memilih untuk membawa Winter pergi ke museum, kebun binatang, restoran tradisional, dan sekarang mereka sudah berada di taman kota sebagai destinasi terakhir sebelum pulang ke rumah mendiang orang tua Marvin.

Terkekeh Marvin melihat wajah Winter yang lucu saat memohon untuk meminta sesuatu kepadanya. Hatinya merasa menghangat, namun tetap terasa kosong dan sepi.

Perkara perasannya pada Arinna, memanglah tidak layak bagi Marvin. Namun ia tidak bisa menampik, bahwa ia juga kini sedang merindukan gadis yang selalu Winter panggil dengan panggilan Mommy.

"Baiklah, Winter boleh makan es krim"Jawab Marvin, tangannya yang besar menggandeng lembut namun erat tangan Winter yang mungil.

Mereka beriringan berjalan menuju kedai es krim yang tidak jauh. Keadaan taman kota cukup ramai, namun Marvin bisa menjaga Winter meskipun putri kecilnya itu tidak ingin digendong karena ingin berjalan.

"Selamat datang! Silahkan pesan menu yang tersedia di kedai es krim kami!"

Marvin mengulas senyum tipis, ia mengangkat tubuh Winter dan menggendongnya agar putri kecilnya itu bisa melihat daftar menu yang terpampang di depannya.

"Aunty! Winter ingin es krim vanila yang besar dengan taburan coklat yang banyak!"Ujar Winter dengan antusias, kedua tangannya ia rentangkan besar-besar untuk mengekspresikan ukuran cup es krim yang ia inginkan.

Marvin dan sang pelayan yang mendengar permintaan Winter tertawa terhibur. Gadis kecil Kim itu sukses mencuri hati orang dewasa dengan kelucuannya.

"Baik, Winter. Akan kami siapkan es krim vanila yang besar dengan taburan coklat yang banyak untuk Winter. Dan untuk tuan, ingin pesan apa?"

Marvin menggeleng kecil dengan senyuman tipis yang belum pudar. "Tidak ada, terima kasih"Jawabnya dengan singkat.

Sang pelayan mengangguk. "Baik, tuan. Kalau begitu, kalian bisa menunggu."

"Terima kasih aunty yang cantik!"

"Astaga sayang, berhentilah membuat aunty tidak nyaman."Canda Marvin seraya mencubit kecil hidung Winter yang mancung.

Pelayan perempuan itu merasa senang dan terhibur dengan interaksi ayah dan anak di depannya ini. Winter yang terlihat sangat lucu dan ayahnya yang terlihat...

Tampan dan gagah.

Eh?

"Astaga aku gila sekali"Gumamnya sembari melihat Marvin sedang berjalan mencari tempat duduk dengan Winter di gendongannya.













---













Di hari Minggu ini, Arinna memutuskan untuk bangun lebih awal, ia telah membersihkan seluruh apartemennya yang mulai sedikit berantakan. Setelah selesai semuanya, ia memutuskan untuk beristirahat sejenak dan juga membersihkan diri.

Setelah ini Arinna memutuskan untuk pergi ke supermarket, membeli bahan-bahan makanan dan juga keperluan pribadinya yang sudah mulai habis.






Ting nong!







"Yasmine disini!"

Arinna yang telah selesai dengan pakaiannya pun langsung bergegas menuju pintu dan membukanya. Tampak dihadapannya sekarang ini sosok Yasmine berdiri dengan kedua tangannya yang penuh dengan paper bag.

"Selamat pagi, sahabatku! Aku hanya sebentar disini, tapi ayo kita masuk"Yasmine berjalan masuk kedalam meninggalkan Arinna yang masih terdiam di depan pintu.

Tamu yang tidak tahu diri. Tapi selama itu Yasmine, Arinna merasa tidak masalah.

"Wow! Bersih sekali apartemen mu! Kau memang calon istri yang keren"Puji Yasmine sembari melihat sekeliling dengan menaruh barang yang ia bawa keatas meja makan.

Arinna menaikkan sebelah alisnya, ia tidak berkomentar tetapi merasa aneh dengan pujian Yasmine.

Calon istri siapa? Berpikir untuk menikah pun Arinna tidak terpikirkan sama sekali.

"Malam nanti aku dan Ray akan ke Korea. Aku memberikanmu pertanyaan dan juga kesempatan---

"--pertanyaannya, apakah kau ingin ikut dengan kami? Hitung-hitung kau berlibur kesana dan mengenal budaya Korea. Dan aku ingin memberikan dirimu kesempatan untuk cuti sedikit lebih lama jika kau ikut, kau juga akan bertemu dengan anakmu Winter."Ujar Yasmine, Arinna mendengus pelan mendengarnya.

Satu sisi ia ingin sekali bertemu dengan Winter. Tapi di sisi lain, ia tidak ingin bertemu dengan Marvin, karena tidak mungkin ia terus mengikuti Yasmine dan juga Ray.

Lebih baik bekerja, ia bisa berhubungan dengan Winter lewat ponsel. Zaman sudah canggih, bukan?

"Jawabannya adalah tidak."















---













Marvin dan Winter telah selesai menggosok gigi dan berganti baju dengan piyama tidur. Kini mereka berdua sedang merebahkan diri diatas ranjang empuk yang membuat siapa saja yang berbaring diatasnya akan segera tidur pulas.

Winter menjadikan dada Marvin yang lebar dan bidang sebagai bantalnya. Sementara tangan kanan Marvin kini tengah mengusap punggung mungil Winter dengan penuh kasih sayang.

Keduanya nampak masih terjaga, namun tak saling bersuara. Saling nyaman satu sama lain meskipun saling diam.

"Apakah aunty Yasmine dan Uncle Ray akan kesini, daddy?"Kini Winter bersuara, menanyakan aunty kesayangannya kepada Marvin.

Marvin mengangguk. "Iya, dan kita akan bermain bersama disini. Apakah Winter senang?"

"Senang. Tapi, apakah mommy ikut?"

Marvin terdiam, ia tidak menjawab pertanyaan Winter. Ia pun bingung harus menjawab bagaimana, jelas Arinna tidak akan sudi kemari. Ia merasa sangat bersalah pada Winter, tidak bisa membawa Arinna yang merupakan orang yang sangat Winter sayangi.

Orang yang juga Marvin sayangi hingga saat ini.

Jika masih sayang, mengapa dahulu ditinggalkan dan dilukai begitu hebatnya, Marvin?

"Mommy sibuk, kata aunty Yasmine. Kita akan bertemu dengannya saat kita kembali kesana, tidak apa-apa kan, sayang?"Bujuk Marvin, mencoba ia memberikan pengertian tentang keadaan Arinna.

Semoga saja Winter mau mengerti.

Setelah ini, Marvin berjanji akan mengusahakan untuk memperbaiki semuanya meskipun ia sadar sudah sangat terlambat.

Setidaknya semua demi Winter. Winter butuh figur ibu, dan Marvin mau sekeras apapun menggantikan peran seorang ibu, tetaplah ia tak mampu.

Bahkan Yasmine sekalipun.

Winter mendadak murung, ia memeluk erat dada Marvin dengan raut wajah sedih. Marvin bisa melihat, dan ia hanya bisa menenangkan sang putri dengan afeksi.

"Winter rindu mommy, daddy."Lirih Winter, Marvin sakit mendengar nada sedih Winter.

Kemudian Winter mendongak untuk melihat wajah Marvin yang sekarang tampak terdiam melamun. "Apakah daddy juga rindu mommy?"

"Ya, daddy merindukannya."















TBC?

Hari ini mau double up ah ehehehe.

Sebelum up satu chapter lagi yang bakal di up malam nanti, ayo kita ramaikan komentar dulu gaes!

Menurut kalian, cerita ini pantes happy ending atau enggak? Kasih tau alasannya kenapa.

Aku tunggu! Hehe!

Become a Mommy || Winrina (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang