Baku tembak terjadi pada akhirnya. Marvin sudah beberapa kali melepaskan pelurunya dengan tepat sasaran meskipun malam gelap gulita.
"Sebentar lagi sampai! Kalian harus masuk kedalam mobil, okay!? Yasmine, jangan khawatirkan aku, sayang."Ray semakin mempercepat langkahnya sembari menembak kearah sampingnya.
Ini gila.
Malam yang sangat gila dan menegangkan.
Dan pada akhirnya mereka sampai. Tapi sialnya mobil sudah terisi penuh. Tersisa satu tempat, sementara yang tidak kebagian tempat harus ikut menaiki motor milik polisi dengan resiko yang tentu besar.
"Sayang, sekarang Winter bersama aunty Yasmine dulu, okay? Kalian harus segera sampai ke rumah sakit yang lebih aman."
"Arinna, seharusnya kau--"
"Yasmine, kau terluka! Kau harus mendapatkan perawatan. Dan Winter harus aman, biar aku menaiki motor, itu akan baik-baik saja."Arinna dan ucapannya adalah sulit dibantah, membuat Yasmine, Ray, dan Marvin sepakat meskipun sedikit keberatan.
Mereka memikirkan keselamatan Arinna, mereka takut Arinna terjadi apa-apa.
"Mommy huwaaaa!!" Winter mulai menangis saat Arinna memberikannya kepada Yasmine. Ia kehilangan rasa hangat Arinna sekarang.
Melihat itu Arinna mendekat kearah Winter, ia membisikan sesuatu hingga gadis kecil itu kini kembali tenang meskipun masih sesenggukan.
"Daddy, jaga mommy, ne!? Jangan kalian sampai berdarah! Hiks"
"Kami akan baik-baik saja, sayang."
Semuanya langsung berpisah, dan bertepatan dengan itu suara tembakan kembali terdengar. Disaat Marvin hendak menaiki motornya, ia mendengar Arinna merintih.
Ia sangat terkejut, gadis itu terluka dibagian kaki kanannya. Dan peluru itu tidak mengenai kaki Arinna, lebih menyerempet dan menyasar kearah pohon.
Marvin ikut berjongkok, ia menyobek lengan kiri kemeja yang ia kenakan kemudian membalut luka gores di kaki bagian betis Arinna yang tampak mengeluarkan darah dan membebatnya agar tidak terjadi pendarahan.
"Bertahanlah, ergh!"
"Marvin!"
Tembakan kembali terdengar. Marvin dengan cepat menjadikan tubuhnya tameng agar Arinna tidak semakin terluka, lelaki itu tertembak dibagian lengan kanannya yang juga terluka.
Darah segar mengucur, Ray langsung membebat luka itu dengan saputangan yang ia miliki. Keadaan ini semakin chaos.
Marvin harus segera pergi membawa Arinna dari sini. "Aku akan membawa Arinna secepat mungkin!"
"Kau terluka!!"
"Aku baik-baik saja!"
Marvin dengan cepat menaiki motornya, ia membantu Arinna naik ke motornya kemudian ia menatap kedua manik milik sang gadis yang masih ia cintai dengan tatapan penuh yakin.
"Aku akan membawamu dengan selamat, percayalah. Kau akan kembali bertemu Winter."
Dan tumpahlah air mata Arinna. Ia menjadi gelisah dan khawatir akan keadaan Marvin yang kini sedang berusaha mati-matian mengendarai motor disaat kondisinya lebih parah dari Arinna sendiri.
Sementara dibelakang sana tampak Ray, lelaki itu sama terlukanya. Namun masih baik-baik saja, bahkan sedang mengawasi Marvin jika sesuatu terjadi.
"Arinna, maaf. Tapi, peluklah aku dengan erat. Aku akan menjalankan motor ini lebih kencang."
"Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, Marvin."
Marvin tersenyum saat mendengar kata yang diucapkan Arinna. Gadis itu akhirnya mengucapkan kata yang sedikit panjang padanya.
"Aku akan melindungi mu apapun yang terjadi. Maaf aku tadi lalai hingga membuatmu terluka, Rina. Ini yang terakhir kalinya"
Motor Marvin pun berjalan dengan kencang. Membelah jalanan dan setelah jauh, mereka bisa mendengar suara ledakan yang sangat besar.
"Kami telah memusnahkan mereka, kapten!"
---
Arinna sudah mendapatkan perawatan. Lukanya tidak terlalu patah, kakinya kini telah terbalut perban putih. Tapi meskipun begitu, Winter tetap menangisinya dan sekarang memeluknya erat.
"Mommy sakit hiks!"
"Hei, mommy baik-baik saja, hm. Ini hanya luka kecil, Winter jangan menangis lagi, ya? Nanti tenggorokannya sakit, sayang"Suara lembut Arinna menenangkan Winter. Gadis itu mengusap kepala belakang Winter penuh sayang.
Pintu terbuka, tampak Yasmine dan Ray masuk kedalam. Keduanya tersenyum kearah Arinna dan Yasmine.
"Uncle Ray juga berdarah huweeee!"
Ray mendadak panik saat Winter menangisinya. Ia berjalan mendekat dan hendak menggendong Winter. Namun Yasmine mencegahnya.
"Telapak tangan mu baru selesai dijahit, sayang. Jangan macam-macam!"
Ray menciut, ia melihat telapak tangan kirinya diperban. Ia mendapatkan luka sobek hingga harus mendapatkan lima jahitan.
Yasmine mengambil Winter dari Arinna kemudian menenangkannya. Sementara dibelakang Yasmine, tampak Ray yang sedang berbicara dengan Winter bermaksud untuk menenangkan gadis mungil itu.
Pasti Winter merasa trauma, tapi semoga ini tidak lama.
Sementara, Arinna tidak melihat presensi Marvin. Bahkan Yasmine dan Ray pun tidak mengucapkan apapun.
"Bagaimana keadaanmu? Astaga aku tidak menyangka jika kejadian perang didalam game yang sering Marvin dan Ray mainkan akan menjadi nyata. Ini gila"Yasmine duduk diatas ranjang kosong disamping Arinna.
"Aku baik-baik saja..."Jawab Arinna, terdengar seperti menggantung, dan tentu saja Yasmine melihat kearahnya.
Yasmine merasa...
Arinna hendak mengatakan sesuatu, tetapi gadis itu berusaha menyembunyikannya.
---
"Luka di bagian lengan kanan mu cukup parah. Setelah terkena sabetan benda tajam, kau juga terkena tembakan di area yang sama. Tapi kau masih bisa mengendarai motor sampai kesini dengan selamat."
Marvin terkekeh, kini ia melihat pantulan tubuhnya yang telanjang dada di cermin besar.
Tampak perban putih membalut lengan bagian kanannya, dan perban coklat membalut dada dan punggungnya. Benturan keras yang ia dapatkan di bagian punggung, membuat punggungnya cedera ringan dan harus menggunakan perban elastis.
Tentu menyakitkan, Marvin sulit beraktivitas dengan bebas. Ia harus melakukan pemulihan.
Namun kepalanya terus teringat pada Winter dan Arinna, apakah mereka baik-baik saja? Apakah luka yang Arinna dapatkan sudah diobati? Apakah Winter masih menangis?
"Aku ingin bertemu anakku, boleh?"
"Bukankah anakmu sedang bersama calon istrimu, bung?"
TBC?
Selesai hutang double up ku fyuhhh hahaha!
Gimana untuk chapter ini dan sebelumnya? Jangan lupa tinggalkan komentar, ya?!
Hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Become a Mommy || Winrina (✓)
Fanfiction"Mommy! Mommy!" "Hm?" Arinna Lawson dibuat kebingungan saat seorang bocah perempuan menarik-narik jas yang ia kenakan sembari memanggil dirinya dengan sebutan "Mommy" winrina fanfiction. warn! genben!