Alo!
AYO RAMAIKAN KOMENTAR DENGAN CHEERFULL KARENA CHAPTER INI KATA AKU MAH LANGKA BANGET.
Tapi gomen ya kak belum bisa triple (': ayo kasih semangat aku dan para cast disini agar bisa membuat hari-hari kalian CHEERFULL juga gaksi
Hepi reding!
Aku merasa tidak pantas untukmu, aku terlalu egois memintamu untuk kembali padaku setelah apa yang aku lakukan dulu. Tapi meskipun begitu, yang selalu aku inginkan adalah kamu.
---
Marvin berhasil mengajak Arinna untuk mengobrol berdua, suhu di ruang tamu yang sedari tadi mereka tempati terasa begitu dingin dan canggung. Dua cangkir teh lemon hangat masih mengepul asapnya, belum tersentuh sama sekali oleh keduanya semenjak disajikan oleh Yasmine.
Yasmine dan Ray, memilih untuk menyingkir. Mereka memilih untuk menemani tidur Winter, bocah perempuan itu sedikit rewel karena ingin ditemani tidur oleh Marvin dan Arinna.
Sementara Marvin dan Arinna sendiri, harus menyelesaikan sesuatu yang belum selesai diantara mereka berdua.
"Winter bukanlah anak kandung ku. Namun aku sangat menyayanginya seperti anakku sendiri."Marvin membuka suaranya, memecah hening diantara dirinya juga Arinna, dan hal itu berhasil membuat Arinna mengangkat pandangannya.
Arinna melebarkan kedua matanya, ia tetap terkejut meskipun sebelumnya telah Yasmine beritahu tentang fakta ini. Tapi setelah ia mendengar langsung dari Marvin, ia terkejut.
Tidak ada sepatah katapun yang Arinna lontarkan, ia ingin mendengar lebih dari bibir Marvin, apapun dan segalanya yang belum lelaki utarakan. Ia menunggu hingga semuanya jelas.
"Alasan aku mantap menikahi Yunjin pada saat itu. Karena ia depresi atas kehamilannya, ia tidak bisa jika saat ia mengandung tidak didampingi oleh suaminya. Suaminya, Yeonjun, meninggal karena kecelakaan. Aku tidak tega jika anak yang sangat suci itu dibunuh oleh ibunya sendiri dengan meminum obat penggugur kandungan-"
"-jika saat itu aku mengatakan tidak bersedia menikahi Yunjin dan bertanggung jawab atas anaknya, aku tidak bisa melihat Winter dan merawatnya hingga sebesar ini."Cerita Marvin, ia menghela napas merasa dadanya sedikit sesak setelah menceritakan sesuatu yang ia pendam sendiri.
Ia mengangkat pandangannya, menangkap Arinna yang terlihat memandang kosong kearah karpet bulu yang ia pihak. Gadis itu bercampur aduk perasaannya saat mendengar kelanjutan cerita Marvin.
Arinna belum bisa merespon apapun, ia hanya tetap diam.
"Aku sangat mencintaimu, tapi disatu sisi aku juga harus mencintai Yunjin demi kelangsungan hidup Winter. Aku tidak mau Winter mati ditangan Yunjin, maka dari itu melepasmu adalah jalan terbaik waktu itu--"
"Tapi kau melukai hatiku, Marvin. Kau membuat segalanya hancur, kau membuat hatiku sangat sakit hingga aku tidak bisa merasakan apa itu bahagia selama dua tahun lamanya."
"Namun setelah luka itu mulai sembuh, kau kembali datang dihadapan ku. Aku kembali terluka, Marvin. Aku sangat membencimu, tapi aku sangat mencintai Winter seperti anakku sendiri. Aku ingin kau pergi sejauh mungkin, tapi bagaimana dengan Winter?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Become a Mommy || Winrina (✓)
Fanfiction"Mommy! Mommy!" "Hm?" Arinna Lawson dibuat kebingungan saat seorang bocah perempuan menarik-narik jas yang ia kenakan sembari memanggil dirinya dengan sebutan "Mommy" winrina fanfiction. warn! genben!