Seseorang berjalan dengan langkah tegap diantara tembok koridor rumah sakit yang lumayan sepi, meskipun waktu masih menunjukkan pukul delapan pagi, tetap saja disini suasana masih terasa sepi meskipun ada satu atau dua perawat melewati tempat ini.
Disamping itu, ia dengan memakai pakaian formal yang dikenakannya, menatap dengan jeli satu persatu pintu ruangan dokter yang memang sengaja ditempelkan pada pintu bersama dengan dicantumkan spesialis dibawahnya guna mempermudah para pasien mencari dokter mana yang harus mereka temui.
Helaan napas lega terdengar dari lelaki jangkung itu saat kedua manik kecoklatan nya menemukan sosok yang namanya selalu ia pikirkan dalam kepala, kini ia menemukannya diantara beberapa dokter dengan spesialisasi yang serupa.
Arinna Lawson.
Mengetuk pintu dengan tidak terlalu keras namun juga tidak terlalu pelan, lelaki berperawakan jangkung itu menghentikan tangannya untuk mengetuk pintu tatkala mendengar suara pintu dibuka.
Air mukanya yang semula tanpa ekspresi, kini berubah menjadi senang seiring mengembangnya senyuman manis di bibirnya.
"Eugene?"
---
Marvin berhasil menciduk beberapa remaja yang terlibat dalam pencurian di jalan, kedua tangan remaja itu berhasil ia borgol dan membawanya masuk kedalam mobil polisi.
Tidak ada perlawanan dari sang remaja lelaki itu, ia tampak terdiam dengan raut wajah sedih, membuat Marvin pun melempar tanya tentang perbuatan yang remaja itu lakukan.
"Mengapa kau mencuri dompet nenek itu? Kau tahu, itu sangat berbahaya. Kau hampir mati dikeroyok orang-orang"Marvin bersuara, ia melihat banyak luka dan lebam di wajah sang remaja yang masih tertunduk lemas penuh rasa bersalah.
"Aku harus makan, pak. Aku dan teman-temanku tidak punya uang, jadi itu adalah salah satu jalan agar aku bisa membeli makanan"Jawab sang remaja laki-laki itu dengan lesu, Marvin menghela napas, tangan kokohnya mengusap pelan punggung remaja tersebut kemudian kedua matanya mengarah pada sebuah kantung plastik berisikan makanan yang terletak di kursi belakang.
Tanpa bicara, Marvin meraih kantung plastik itu dan memberikannya pada lelaki muda disampingnya. "Makanlah, aku akan menolong mu jika kau kelaparan. Tapi aku tidak akan menolong mu ketika sudah berada di kantor nanti."Ujarnya dengan lembut namun tegas, ia bisa melihat remaja yang duduk disampingnya ini melihat kearah Marvin dan tersenyum.
"Terima kasih, pak polisi! Aku akan mempertanggungjawabkan perbuatan ku. Dan akan aku ingat kebaikanmu padaku!"
Marvin terkekeh pelan, ia mengangguk kecil dan mempersilahkan remaja lelaki itu memakan makanan pemberiannya.
Secara tiba-tiba saja, Marvin merasa rindu pada Arinna dan Winter meskipun pagi sebelum berangkat mereka sempat berinteraksi dan mengobrol. Sepertinya saat istirahat makan siang nanti, ia akan menghampiri mereka di rumah sakit.
Winter? Arinna membawa Winter, itulah sebabnya Marvin akan menghampiri dua kesayangannya itu.
---
"Mommy, uncle ini siapa?."
"Ah? Ini uncle Eugene, teman mommy semasa kuliah. Eugene, ini Winter, anak---"
"Halo, manis. Namaku Eugene Hartmann, kau pasti anak mommy Arinna, bukan? Kalian sama-sama cantik."Eugene mengulurkan tangannya pada Winter sembari mengedipkan sebelah matanya pada Arinna.
Arinna meresponnya dengan tawa kecil, sementara Winter melihat tidak suka Eugene yang menyebut Arinna cantik.
Hanya Marvin dan Winter yang boleh memanggil Arinna cantik, orang lain jangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become a Mommy || Winrina (✓)
Fanfiction"Mommy! Mommy!" "Hm?" Arinna Lawson dibuat kebingungan saat seorang bocah perempuan menarik-narik jas yang ia kenakan sembari memanggil dirinya dengan sebutan "Mommy" winrina fanfiction. warn! genben!