41 - Jealous

2.2K 267 7
                                    

Wah, memasuki chapter-chapter akhir nih hehe.

Tersisa empat chapter lagi, dan akan lebih panjang lagi words nya. Jadi dimohon untuk bersabar ya🙏

Dan juga maaf untuk chapter hari ini yang pasti kalian rasa pendek amat ini🙏

Makasih udah tetap setia nunggu dan baca dengan sabar setiap chapter yang aku update! Maaf aku enggak secepat author lain dalam hal update (':

Aku usahakan untuk enggak sampai gantungin kalian lama-lama 🙏

Jangan lupa ramaikan vote dan kolom komentar hehe!

-zare






---




Marvin memilih diam sembari menemani Winter bermain boneka miliknya sementara Arinna masih mengobrol bersama dengan Eugene tepat di depan sofa tempat Marvin dan Winter duduk.

Tatapan mata Marvin begitu sangat tajam memperhatikan gerak-gerik Eugene yang mengobrol dengan Arinna, sebenarnya ia tidak ingin Arinna mengobrol dengan lelaki tengil itu, tetapi Arinna membujuknya karena ada pembicaraan penting dengan Eugene.

Marvin mengizinkan meskipun sedikit berat hati, ia hanya bisa menghela napas panjang panjang saat melihat keduanya tertawa dan terlihat semakin asyik mengobrol.

"Daddy, Winter ingin pipis"Winter menyimpan boneka miliknya di sofa dan Marvin dengan sigap langsung membawa putrinya menuju kamar mandi.

Arinna menoleh dan melihat Marvin membawa Winter ke kamar mandi, ia tersenyum tipis kemudian kembali fokus pada Eugene yang tengah mengucap beberapa patah kalimat padanya.

"Jadi, aku harap kau mau membantuku, Arinna."Ujar Eugene, menatap penuh harap perempuan didepannya, ia tidak memiliki pilihan lain.

Ia harus membuat Arinna mau membantunya.

Arinna terdiam sejenak, kemudian ia menghela napas, kedua netra beningnya menatap sang lelaki bermarga Hartmann itu dengan lekat. Dalam diri Arinna, ia merasa lumayan bingung juga karena Marvin juga harus mengetahui hal ini.

Ya mungkin, minimalnya mereka akan sedikit bertengkar; Arinna yang hanya ingin membantu Eugene atas dasar pertemanan, dan Marvin yang sudah diprediksi tidak ingin Arinna terlibat apalagi dengan adanya Eugene.

Calon suaminya ini sudah ketara rasa cemburu dan tidak sukanya pada Eugene. Lagipula, salah Eugene sendiri yang membuat dirinya sendiri memiliki kesan minus didepan Marvin.

"Sudah mengobrol nya? Kau mengganggu jam kerja calon istriku, bung."

Marvin sudah keluar, ia membiarkan Winter kembali bermain dengan mainannya sementara ia berjalan mendekat kearah Arinna dan Eugene yang sekarang mereka menaruh seluruh atensi mereka pada lelaki berseragam polisi itu.

Sebenarnya, Eugene lumayan takut dengan Marvin. Tubuhnya tegap menjulang dan juga kekar apalagi memakai seragam polisi, Arinna ini memiliki calon suami atau bodyguard? Bahkan Eugene bisa saja terbang jika terkena pukulan Marvin.

Agak ngeri-ngeri sedap.

"Sayang--"

"Ah? Sudah. Arinna, katakan padanya secepatnya, oke? Aku tidak mau berlama-lama."

"Yah, aku bicara padamu, bung."

"Aku pamit."

"Yah!"

"Oppa, tenanglah."

Arinna turut bangkit dan menahan Marvin yang hendak menyusul Eugene, perempuan itu mengusap dada bidang Marvin bermaksud untuk menenangkan. Sedangkan Marvin sendiri menghela napasnya kemudian melihat kearah Arinna yang tampak melihatnya khawatir.

Become a Mommy || Winrina (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang