16 - Superman

2.6K 299 16
                                    

Arinna berlari sekuat tenaga menaiki beberapa anak tangga dengan kedua tangannya setia mendekap Winter yang masih ketakutan dan menangis, sesekali ia menenangkan si kecil dan memberikannya beberapa kecupan di keningnya berharap agar Winter bisa tenang.

Keringat membasahi, Arinna mulai merasakan lelah yang luar biasa setelah berhasil memasuki sebuah ruangan. Napasnya memburu, ia terduduk letih bersandar pada tembok.

"M--mommy, apakah diluar ada orang jahat?"Pertanyaan polos Winter membuat Arinna mengalihkan atensinya penuh pada sang gadis kecil yang kini berada di pangkuannya.

Arinna mengulum senyum kecil, ia memejamkan kedua matanya saat tangan mungil Winter menyingkirkan anak rambut yang menghalangi pandangan Arinna.

"Kita harus bersembunyi dan lawan mereka agar menang, Winter mau membantu mommy?"

Winter dengan polosnya mengangguk semangat, ia mengepalkan kedua tangannya yang mungil. Membuat Arinna terkekeh pelan disela lelahnya.

Seketika rasa lelah ini hilang, Arinna merasa bersemangat kembali.

Namun suara pintu terbuka membuat mereka awas, Arinna mendekap erat Winter dengan satu tangan. Sementara satu tangannya yang lain berhasil mengambil sebuah benda berupa tongkat sebagai alat perlindungan diri.
















----














"Bos yang merupakan otak dari pemberontak ini sudah berhasil kami bekuk, kapten!"

"Tapi kami kehilangan jejak dari asistennya yang diduga kabur."

"Tetap waspada. Pastikan lantai lima rumah sakit bersih dari bahaya, bawa personil untuk melakukan penjagaan ekstra di lantai satu, dua, tiga, dan empat"

"Cek! Ray disini, dan sedang berada di rooftop gedung. Terhitung kita telah melumpuhkan setengah dari mereka, ini akan menjadi malam yang melelahkan tapi ayo kita kalahkan mereka sampai akhir!"

"Baik laksanakan!"

Marvin berlari dan memberitahu orang-orang sekitar agar mengunci pintu juga tidak berbuat keributan. Lantai empat ini masih tergolong aman, dan sekarang tujuannya adalah mencari Winter dan Arinna.

Namun kedua netranya menangkap sosok lelaki berpakaian serba hitam sedang membuka paksa sebuah pintu, tentu itu sangat mencurigakan. Dan dengan cepat namun tanpa bersuara, Marvin melakukan penyerangan terhadap lelaki itu.

Marvin melompat dan menendang leher belakang lelaki itu dengan kuat hingga terjatuh, kemudian mengikat kedua tangannya dengan sebuah tali dan mendorongnya hingga jatuh menggelinding ke tangga dengan keras.

Masa bodoh dengan keadaan hidup atau tidaknya.

Lalu Marvin membuka pintu tersebut dan ia sangat terkejut saat mendapati Arinna dan Winter berada di ruangan ini. Lelaki itu berjalan menghampiri dan refleks memeluk keduanya dengan erat.

"Aku sangat lega bahwa kalian baik-baik saja"Lirih Marvin.

Winter senang tatkala untuk kali pertamanya ia dipeluk oleh orang tua yang lengkap, ia bisa melihat wajah Arinna yang memerah. Winter pikir Arinna sakit hingga hal itu ia beritahukan kepada Marvin.

"Daddy! Mommy sakit!"

"Ah?"

Marvin tersadarkan, ia canggung dan mendapati dirinya sedang memeluk Arinna. Dengan cepat ia melepaskan pelukannya.

Ini gila!

"Ayo kita pindah ke tempat yang jauh lebih aman. Winter biar aku yang gendong saja. Kau pasti lelah"Tawar Marvin kepada Arinna yang masih belum bersuara.

Arinna menggeleng, ia berdiri dan Marvin pun turut ikut berdiri. Namun belum sempat ia berkata, Arinna dikejutkan dengan Marvin yang tiba-tiba saja mendapatkan serangan berupa tendangan keras di punggungnya, tentu lelaki itu terjatuh dihadapan Arinna dan Winter.

Seseorang dengan kedua tangan yang masih terikat nampak menatap marah kearah Marvin.

"Daddy bangun! Daddy!"Winter berteriak, sementara Arinna diam-diam hendak memukul seseorang tersebut dengan tongkat yang ia pegang.

Namun belum sempat ia memukul, lelaki itu tersadar dan menendang Arinna hingga ia bersama Winter terjatuh. Marvin yang sudah bangkit pun langsung menendang keras kaki lelaki tak dikenal itu hingga terjatuh, kemudian menempelkan pistol yang dipegangnya di kepala lelaki tersebut.

"Kau sudah menyakiti orang yang kusayangi, bajingan. Sekarang kau harus mati."Bisik Marvin kepada lelaki yang kini tampak meringis kesakitan.

Ia langsung membawa lelaki itu pergi, dan terdengar suara tarikan pelatuk pistol dilepaskan, meskipun suaranya kecil tetapi Arinna menyadari betul apa yang Marvin lakukan.

"Mommy tidak apa-apa? Orang itu mendorong mommy!"

"Mommy tidak apa-apa. Winter ada yang sakit? Mommy sangat khawatir sekali."Arinna mengecek tubuh Winter yang sempat terjatuh bersamanya, tidak ada apapun yang terluka dan ia lega.

Arinna bangun, ia menggandeng tangan Winter untuk berjalan keluar. Dan berpapasan dengan Mario yang juga hendak masuk kedalam.

"Tim kami sedang menyisir beberapa lantai untuk mencari satu orang pemberontak yang kabur. Aku sudah menemukan tempat untuk kau, Winter, Yasmine, dan yang lain untuk mengamankan diri."Ujar Marvin, rasanya punggungnya sangat sakit setelah mendapatkan tendangan keras tadi.

Arinna mendongak menatap datar Marvin kemudian mengangguk tipis. Kali ini ia harus menurunkan ego demi keselamatan Winter dan orang-orang.

"Tunjukkan tempat itu."Jawabnya dengan dingin, Marvin mengangguk, ia bergeser untuk mempersilahkan Arinna untuk berjalan lebih dahulu.

" Aku akan menjaga kalian di belakang."

Tanpa bicara, Arinna berjalan mendahului Marvin. Marvin mengikuti, dalam hening keduanya tampak penuh dengan pikiran masing-masing. Winter melambaikan tangannya pada Marvin yang terlalu serius mengamati sekitar.

"Daddy hebat! Seperti Superman!"Bisik Winter, membuat Marvin terkekeh pelan merasa terhibur dengan ucapan putrinya.

"Daddy Superman nya Winter."

"Superman nya mommy juga! Daddy menyelamatkan mommy!"

Arinna dan Marvin bungkam mendengarkan celotehan Winter. Arinna sendiri tampak tidak ambil pusing, ia memilih terus berjalan.

"Apakah itu masih bisa terjadi, Arinna?"















TBC?

Gimana nich? Marvin bisa gak yaaa?

Become a Mommy || Winrina (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang