34 - You Are My Future

2.1K 278 30
                                    

"Daddy, apakah mommy akan tinggal dengan kita?"Bisik Winter yang berada didalam gendongan Marvin.

Mereka berdua sudah berada di bandara, Arinna dan Yasmine sedang berada di kamar mandi sementara disini hanya ada Marvin, Winter, dan Ray. Ray sendiri sedang mengecek kelengkapan barangnya yang ada di koper.

Mendengar pertanyaan Winter membuat Marvin tersenyum percaya diri, hari ini ia sangat bersemangat dan juga merasa ringan setelah apa yang terjadi malam tadi.

Kini ia telah memiliki tujuan dalam hidupnya setelah beberapa tahun ini penuh dengan tanya.

Membahagiakan Arinna dan Winter, membuat mereka nyaman dan merasa dicintai, itu semua adalah tujuan Marvin sekarang.

Biaya hidup? Tentu Marvin akan terus bekerja keras, ia sangat percaya diri soal keuangan. Sebagai aparat negara, tentu keuangannya sangat cukup dan terpenuhi jika untuk menafkahi kedua orang yang ia sayangi.

Bahkan ia bisa membeli lima unit mobil mewah sekaligus beserta satu mansion besar dan megah jika Arinna menginginkannya.

"Tentu saja, tetapi mommy harus mengurus sedikit lagi urusannya. Setelah itu ia akan tinggal bersama kita, bersabarlah sebentar, sayang."Jawab Marvin, dan tentu saja Winter girang dibuatnya.

Sebentar lagi ia akan memiliki orang tua lengkap yang tinggal dalam satu rumah. Tentu itu sangat membahagiakan sekali!

Sedangkan bagi Marvin, bukan perkara mudah untuk meminta Arinna tinggal satu atap dengannya. Namun ia akan memikirkan beberapa cara dan tentunya juga sesuai dengan kesepakatan Arinna.

Ia tidak mungkin akan mengambil keputusan sepihak, Arinna jelas akan semakin membencinya jika begitu caranya.

Tapi tak apa jika Arinna membencinya, asalkan Arinna cinta dan menyayangi Winter, Marvin rela.

Winter butuh banyak perhatian dan cinta dari figur seorang ibu.

"Daddy"Panggil Winter, bocah kecil itu nampak melihat Marvin dengan tatapan penuh tanya saat Marvin terlihat melamun.

"Apa daddy sedang sedih?" Monolog Winter dalam hati, ia peluk leher Marvin dan memberikan ciuman kecil di pipi kiri sang daddy.

"Ada apa, sayang? Apakah Winter kedinginan?"Tanya Marvin saat pelukan Winter di lehernya semakin mengerat. Ia balas pelukan sang putri kesayangan dan mengusap punggung mungil Winter yang terbalut jaket tebal itu penuh sayang.

"Apakah mommy sedang marah pada daddy?"

Marvin sangat lupa, benar-benar lupa bahwa Winter sangatlah peka dengan keadaan sekitar, sekecil apapun itu. Bahkan Marvin cukup terdiam bingung bagaimana harus merespon pertanyaan dari putrinya itu.

"Ah, tidak. Mommy tidak marah pada daddy, mengapa Winter bertanya seperti itu, hm?"Marvin menjawab dengan pertanyaan, lelaki itu bisa melihat figur Arinna dan Yasmine yang sedang berjalan kemari.

Ia harus segera menyelesaikan percakapan ini dengan Winter. Akan sangat rumit jika diperpanjang, tentu Arinna akan tidak nyaman bila mendengarnya.

"Mommy selalu cemberut jika melihat daddy, tapi saat melihat Winter, aunty Yasmine, dan uncle Ray terlihat senang."Jawab Winter dengan polosnya.

"Ah--"

"Ayo kita segera pergi dari sini, kami sudah selesai"Arinna memotong pembicaraan Marvin, ia tidak tahu jika anak dan ayah itu sedang membicarakan dirinya.

"Ayo"

Semuanya kemudian berjalan, Winter turun dari gendongan Marvin dan tangan mungilnya berhasil menggandeng tangan Arinna. Hingga bocah perempuan itu kini kedua tangannya menggandeng tangan mommy dan daddy nya.

Become a Mommy || Winrina (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang