"Aku harus ke kantor untuk mengusut kejadian tadi."
"Tidak perlu diperpanjang, Marvin."
Marvin menggeleng, ia menatap Arinna serius. Hal seperti ini tidak perlu diperpanjang? Astaga Arinna! Kau bahkan nyaris kehilangan nyawamu karena kejadian malam tadi, bagaimana Marvin tidak marah?
"Harus diperpanjang. Ini masalah yang serius, sebagai polisi, aku harus mengusut masalah apapun yang terjadi disekitar. Nyawamu nyaris terancam tadi, negara kita tidak buta hukum maupun sekecil apapun kejahatan, bukan?"Marvin melihat Arinna yang bungkam, gadis itu berdiri didepannya tanpa menoleh kearah Marvin saat mereka membicarakan ini.
Arinna tidak bisa berkomentar banyak. Sepertinya ia harus membiarkan Marvin melakukan apapun kali ini, akan sangat tidak sopan jika ia menghalangi lelaki itu untuk mengusut kejadian tadi.
Marvin seorang polisi, ia berhak melakukan apapun untuk menegakkan keadilan.
"Kalau begitu, aku ikut denganmu."Arinna berbalik, melihat kearah Marvin yang juga kini melihatnya balik.
Wajah Marvin tampak terlihat lelah. Arinna sedikit iba, namun tidak menutup fakta bahwa ia juga masih menyimpan rasa bencinya pada sang lelaki.
Tapi untuk kali ini, ia berusaha untuk tidak mempersulit Marvin. Ia akan berkomunikasi dan berinteraksi dengan Marvin untuk malam ini saja, setelah itu ia akan kembali menjaga jarak.
Untuk malam ini saja.
"Kasus tidak akan dilanjutkan tanpa kehadiran korban, bukan?"Arinna kembali membuka suara, seolah ia tahu bahwa Marvin pasti akan bertanya "kenapa?" Padanya.
Tanpa berpikir panjang, Marvin mengangguk. Kesempatan ini tidak akan ia sia-siakan, akan Marvin gunakan untuk berinteraksi dengan Arinna. Karena ia tahu, mungkin besok mereka akan kembali asing.
Atau lebih tepatnya, Arinna akan kembali menjadi sosok terdepan yang membencinya.
---
Kedatangan Marvin ke kantor disaat cuti cukup mengejutkan para polisi yang bertugas. Kapten mereka membawa seorang gadis cantik! Tentu saja kesempatan ini menjadi momen untuk menggoda Marvin yang selama ini sangat anti interaksi dengan perempuan.
Bahkan mereka mengira bahwa Marvin tidak memiliki ketertarikan dengan perempuan. Meskipun di negara mereka ini adalah hal yang bisa dikatakan umum, akan aneh saja jika sosok Marvin yang sangat maskulin dan kekar gagah ini menyukai gender yang sama.
Hehe.
"Aku kemari untuk mengusut kasus baru. Luis membawa seorang laki-laki yang diduga tersangka yang nyaris menghilangkan nyawa seseorang."Ujar Marvin langsung pada intinya, ia pun menarik sebuah kursi untuk Arinna duduk.
"Dan aku membawa korbannya kemari. Dia adalah calon ibu dari putriku Winter. Aku ingin kalian datangkan pelaku kehadapan ku sekarang juga."Lanjut Marvin kembali, ia tidak menyadari raut terkejut Arinna saat mendengarkan ia bicara perihal status dirinya yang dikenalkan lelaki itu pada rekan kerjanya.
Calon ibu?
Dan respon sama terlihat dari raut wajah rekan-rekan Marvin. Mereka sangat terkejut dengan fakta ini, mengingat sekali lagi bahwa Marvin sama sekali bisa dihitung dengan jari untuk berinteraksi dengan perempuan.
"Kapten, tersangka sepertinya tidak kondusif untuk diwawancarai. Ia menunjukkan gelagat aneh seperti ciri-ciri gangguan pada kejiwaan, kami akan memanggil psikolog kemari guna mengusut kasus."Luis datang dan berdiri dihadapan Marvin setelah berjalan dari arah sel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become a Mommy || Winrina (✓)
Fanfiction"Mommy! Mommy!" "Hm?" Arinna Lawson dibuat kebingungan saat seorang bocah perempuan menarik-narik jas yang ia kenakan sembari memanggil dirinya dengan sebutan "Mommy" winrina fanfiction. warn! genben!