64. KETAKUTAN

110 6 0
                                    

Sudah hampir 2 jam THE BLACK dan THE DARK menunggu kabar dari Daniel, Agatha dan Mora namun ketiganya hilang kabar, mereka tidak bisa dihubungi, semua chat dan telepon sama sekali tak direspon jelas itu sangat membuat mereka cemas.

"Gue mau kesana!"

"Ngga, Zi! Sabar dulu kenapa sih?! Kita gak mungkin ke rumah sakit banyakan kayak gini!" sahut Dayra yang menahan Kenzie agar tidak pergi ke rumah sakit.

"Mereka gak ada kabar gini lo bisa tenang, Day?! Pasti terjadi sesuatu disana!"

"Yang khawatir disini gak cuma lo ya, Kenzie! Gue dan yang lain juga sama"

Kenzie menghela napas beratnya. "Gue gak bisa kalo kayak gini terus, harus berapa lama lagi kita nunggu?"

Triiingggg....

"Telpon!!"

"Handphone gue" ucap Bryan yang langsung mengangkat telepon itu.

"Halo.."

"Yan, cepet kesini sama yang lain"

"Semua, Nil?"

"Iya"

Telepon terputus secara sepihak.

"Daniel nyuruh kita semua ke rumah sakit" ucap Bryan.

Tanpa basa-basi mereka langsung bersiap-siap dan bergegas pergi ke rumah sakit.

----------

"Baik pak, semua bukti sudah terkumpul dan saksi juga sudah bersedia jadi kasusnya akan saya proses secepatnya mungkin besok atau lusa ya pak" ucap seorang pengacara itu pada Ferrel.

"Saya mengharapkan yang terbaik pak, semoga semuanya bisa berjalan lancar" jawab Ferrel seraya berjabat tangan.

Drrrtttt... Drrrtttt...

Ferrel yang sadar handphonenya bergetar langsung melirik layar handphone itu dan mendapati nama Arga disana.

"Kenapa, Arga?"

"Hikkss.."

"Arga?! Kenapa kamu nangis?!"

"Ade paa.."

"Papa kesana sekarang"

Ferrel mematikan teleponnya dan beranjak dari duduknya.

"Saya harus ke rumah sakit. Jika ada yang dibutuhkan lagi segera hubungi saya ya, pak" ucap Ferrel lalu pergi meninggalkan pengacaranya yang terlihat sedang membereskan berkas-berkas.

"Baik, pak"

----------

Koridor rumah sakit yang terasa dingin dan tangisan orang-orang yang terisak saat itu terlihat sangat menyedihkan. Tatapan kosong dan air mata yang terus berlinang benar-benar membuat hati Kenan berdegup kencang.

Pria berkaus putih itu berjalan menyeret kakinya yang masih terasa nyeri, langkah demi langkah telinganya dipenuhi dengan suara tangisan, ia tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, pikirnya mengapa semua orang menangis didepan ruangan bertulisan ICU yang ia tahu ada kekasihnya didalam sana.

Langkah Kenan terhenti karena menatap Arga, Helena dan Ferrel yang tengah berpelukan seperti sedang saling menguatkan, kini semua pikiran Kenan hanya tertuju pada Zetlyn, ia masih berusaha semaksimal mungkin untuk tetap positif thinking sebelum akhirnya ia melihat Zetlyn diruangan itu namun dengan keadaan seluruh tubuhnya yang sudah ditutupi dengan kain putih.

Kenan menggeleng cepat, saking terkejutnya ia hanya bisa menutup mulutnya yang membulat.

"Ngga! Gak mungkin!!"

THE GENGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang